Kecupan pipi

1.2K 196 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

"Mau kemana rapi rapi gitu?"

Jisung bergeming mengabaikan panggilan video dari Sungchan, dia asik memakan kue kering yang dibuat Eyang putri. Enak loh, kalian mau?

"Jawab dong, sayang."

"pacaran juga enggak enak aja panggil sayang." celetuk Jisung masih fokus pada kue keringnya.

"Yaudah nanti pas pulang aku jadiin pacar. Bye ndut~"

"Sungchan ih, apaan ndut?!" dari Seberang sana Sungchan terkekeh gemas, lalu mematikan panggilan video. Dia tau marmutnya ini lagi malu, liat aja kupingnya sampe merah gitu. Makanya sebagai calon pacar yang baik dia matiin panggilan videonya.

"Ciee siapa tuh sayang sayangan." Wonyoung tiba tiba saja muncul dari belakang Jisung.

"Apa sih, won!"

"Apakah ini tanda tanda mas Jisung bakal move on?" Tanya Wonyoung dramatis. Jangan lupa ekspresinya yang dibuat buat seperti aktor film azab.

Ding dong!

Wonyoung segera memberhentikan aksi menggoda sepupunya saat bell rumah berbunyi. Kelinci tinggi itu melangkah menuju pintu jati dengan ukiran cantik lalu memutar knopnya.

"Loh, kak Chenle?"

"Hai won, Jisungnya ada?" tanya Chenle.

"Mas Ji—mph!" Wonyoung baru saja ingin teriak memanggil Jisung tapi mulutnya sudah dimasukkan kue kering oleh sang pemilik nama.

"Gak usah teriak, gue disini. Ayo kak." Wonyoung mendelik kesal pada Jisung yang berjalan pergi bersama Chenle.

"AWAS GAMON!" teriak Wonyoung saat motor Chenle bergerak menjauh dari rumahnya—ralat rumah eyang.

Jisung melayangkan jari tengahnya pada Wonyoung yang membuat si kelinci tertawa keras. Untung semua keluarganya sedang ada didalam kalau tidak, bisa bisa Jisung kena omel.

•••

"Kakak sebenernya mau bawa aku kemana sih?" Jisung akhirnya bertanya pada Chenle setelah menyadari mereka sudah berulang kali melewati jalan yang sama.

"Kakak cuma mau ngajak kamu jalan." Jawab Chenle.

"Tau gitu gak aku iyain, mending makan dirumah."

"Kamu memang belum makan?" Chenle dapat melihat gelengan Jisung dari spionnya. Tanpa basa basa Chenle menambahkan kecepatan motornya, Jisung secara spontan memeluk erat pinggang Chenle, membuat empu yang dipeluk mengukir senyumannya.

Motor Chenle melaju membelah jalanan kota bandung yang dihiasi berbagai lampu yang kalau dilihat dari ketinggian akan nampak seperti kumpulan bintang. Tujuannya saat ini adalah salah satu rumah makan milik kakak sepupunya, Huang Renjun.

First •2SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang