kekacauan di kafe

1K 180 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Terhitung selama empat hari Chenle makin sering jalan sama Jisung, tanpa sepengetahuan mereka Naera alias tunangan Chenle merasa aneh.

Oke, dia akui Chenle memang gak suka sama dia. Tapi kali ini beda. Walaupun Chenle gak suka sama dia, cowok keturunan Tionghoa itu setiap harinya bakal anter jemput dia kemanapun—paksaan dari ayahnya sih sebenernya.

Tapi lagi, selama Empat hari berturut turut cowok Zhong itu sama sekali gak ketemu dia. Terlebih kemarin dia dihubungi ayahnya, begini; "Akhir akhir ini papa denger Chenle sering ngajak kamu jalan, gimana?"

What?! Jalan ndasmu jalan, orang empat hari Chenle ngilang gitu aja kayak gak pernah ada di bumi kok bisa bisanya ngajak dia jalan.

Ditambah malam ini secara tidak sengaja, dia akhirnya melihat Chenle, bersama mantannya alias Park Jisung.

•••

"Kapan kamu pulang ke jogja?" tanya Chenle sambil merapikan rambut Jisung yang acak acakan karena lama menggunakan helm.

"Gak tau, tapi kayaknya Lusa sih."

"Berarti bandung gak bakal cantik lagi."

Jisung menaikan alisnya heran, "apa hubungannya? Setiap hari bandung cantik kok."

"Iya, bandung memang cantik. Tapi, lebih cantik lagi kalau ada kamu di antara tiga juta orang yang hidup disini."

"Apasih keju banget!" Kata Jisung sok sok cringe. Untung aja malam itu Bulan sedang ditutup oleh awan, jadinya Chenle gak bisa liat betapa merahnya muka Jisung sekarang. Astaga Sung, inget dia udah tunangan, Jisung mengulang ulang kalimat itu didalam kepalanya.

Chenle terkekeh singkat, "udah sana masuk, udaranya makin dingin,  nanti kamu sakit."

Si aquarius mengangguk kecil, melambaikan tangannya sebelum masuk kepekarangan rumah eyang. Sedangkan Chenle pergi dari sana tepat saat pintu jati dengan ukiran cantik itu tertutup.

Setelah dua anak adam itu pergi, Naera keluar dari tempat dia sembunyi. Menatap sinis rumah yang Jisung tempati lalu melayangkan jari tengah kearahnya.

•••

Brak!

Suara gebrakan meja yang lumayan keras itu menyita atensi seluruh pengunjung kafe. Jisung mendongakkan kepalanya menatap manik mata milik si pelaku.

"Kenapa ya?" tanyanya.

"Gak usah sok gak tau lo lonte!" Hardik Si pelaku, yang tak lain dan tak bukan adalah Naera.

Jisung mengerutkan keningnya, mencoba mengingat ingat, apakah dia pernah bertemu atau kenal dengan gadis kasar ini? Mukanya memang tidak asing, tapi Jisung tidak tau siapa dia.

"Apaan lo ngatain temen gue lonte?!" Tanya Sunghoon tidak terima, pemuda berkulit pucat itu hendak berdiri dari kursinya namun tangannya langsung ditahan oleh Jake yang mengisyaratkannya supaya diam dulu.

"Apa, gue bener kan? Temen lo ini lonte." Ucap Naera lagi.

"Salah gue apa sampe lo ngatain gue kayak gitu?" Tanya Jisung masih berusaha tenang.

Meanwhile peri kebaikan jisung :

"Tunggu apa lagi? Sleding sono, tempeleng cok muka nya. gak kesel lo di katain lonte? Smekdon cepet, tendang dia sampe ginjalnya retak, kalau bisa sekalian koma."

"Halah gak usah sok gak tau, kemaren lo ngajak jalan tunangan gue kan? Empat hari berturut turut? Sadar diri, dia dah tunangan sama gue." cecar Naera.

Jisung masih memproses apa yang sedang dikatakan Naera, dia langsung ber-oh ria kala memahaminya. "Oalah, lo Naera toh. Gila dah beda banget, perasaan cuma setahun gue gak liat lo." Ucap Jisung, sedangkan Sunghoon langsung tepok jidat.

Mohon maap ini teh lo lagi dilabrak, kok bisanya santai banget kek orang reunian, Sunghoon gak habis fikir.

Naera berdecih, "gak usah sok lupa. Intinya, maksud lo apa ngajak jalan tunangan gue? Mau jadi pelakor? Memang ya semua uke itu lonte, kurbel banget. Segala deketin punya orang, Pantes aja dianggep kaum menjijikkan."

Pengunjung kafe langsung riuh, membisikan hal yang tidak tidak mengenai Jisung yang katanya menjadi orang ketiga di hubungan Naera dan Chenle.

"Hellaw, maksud lo apa ya ngatain uke lonte?" Tanya Sunghoon sinis.

"Bener kan? Kaum menjijikkan kayak lo berdua kan memang lonte, ngerebut jodoh orang." Jawab Naera enteng.

"Eh, situ kalau kalah cantik mah ngaku aja. Merasa tersaingi kah lo?"

"Dih sori aja, gak level merasa tersaingi sama kaum lonte kayak lo!"

"Urusan lo sama Jisung, gak usah ngatain pacar gue." Jake menatap tajam kearah Naera. Gak terima dong cantiknya dia dikatain lonte, enak aja.

"Sama aja, dia sama Jisung tuh gak jauh beda—mpph." Jisung yang gak tahan akhirnya memasukan donat bertoping kacang almond kemulut Naera.

"Menengo, delok iki." Ucap Jisung, memberikan ponsel pintarnya pada Naera. Awalnya Naera tidak paham tapi saat melihat isi roomchat Jisung dan Chenle terkuak lah semua.

Disitu Chenle tidak henti hentinya menggoda Jisung dan mengajaknya Jalan. Disitu Jisung sudah berkali kali mengingatkan Chenle pada Naera tapi tampaknya cowok itu gak peduli.

"Lo peletkan anjing?!" maki Naera

"Mbahmu pelet." Jisung mengambil paksa ponselnya dari tangan Naera, berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari kafe. Sunghoon dan Jake mengikutinya dari belakang, setelah Jake meninggalkan tip sebagai permintaan maaf.

Sunghoon sempat sempatnya ingin menjambak rambut gadis itu kalau saja tangannya tidak ditahan oleh Jake. "Gak usah cari gara gara deh, yang." Ucap Jake.

Jadinya Sunghoon cuma bisa melemparkan wajah seolah olah dia tengah menjambak rambut hitam gadis itu.

.
.
.
.

___________________________A/N ; kurang greget ya? Tenang aja nanti main konfliknya bakal bikin kalian mencak mencak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________
A/N ; kurang greget ya? Tenang aja nanti main konfliknya bakal bikin kalian mencak mencak

Tapi jangan terlalu berharap karena work ini ada di akun seorang Lionel si penulis amatir 😚

First •2SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang