21. Ririn Manja

1K 100 0
                                    

Hi, aku update

Kalian udah lada di vaksin belum?

21. Ririn Manja

Malam harinya sekitar pukul sepuluh malam, Jeon selaku ayah Delio masih betah duduk di sofa ruang tamu sembari membaca majalah dengan segelas kopi hangat yang menemani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya sekitar pukul sepuluh malam, Jeon selaku ayah Delio masih betah duduk di sofa ruang tamu sembari membaca majalah dengan segelas kopi hangat yang menemani. Ia menyeruput kopinya dengan mata yang fokus ke majalah, tetapi detik berikutnya ada salah satu anak buahnya yang mengatakan ada tamu di depan.

Jeon beranjak dari duduknya, pengawal itu membukakan pintu utama dan sosok pria bersetelan jas mahal berdiri di sana.

Pria itu terdeuke arahnya. "Apa kabar, Tuan Jeon?"

Jeon terkekeh, mempersilakan tamu dadakannya itu untuk masuk. "Seperti yang Anda lihat, Tuan Limario."

"Aku dengar putra sulungmu sudah hebat dalam bela diri dan memainkan senjata," ujar Limario memulai percakapan.

"Tentu, aku akan menjadikan dia penerus ku sebagai mafia." Jeon terkekeh diakhir kalimatnya, begitu pun dengan Limario.

Keduanya pun masuk ke dalam obrolan hingga atensi keduanya teralihkan ketika putra sulung Jeon turun dari tangga.

"Mau ke mana kamu?" tanya Jeon yang melihat Delio sudah berpakaian rapi.

"Ada urusan," jawab Delio singkat tanpa menoleh ke arah Papanya.

"Delio!" panggilnya, tetapi sang pemilik nama tak memperdulikan panggilan Papanya.

"Anak itu...!" geramnya seraya memijat pangkal hidung.

Limario menepuk pundak temannya itu. "Maklum saja, anak remaja memang begitu. Apalagi diusia putramu sekarang, mereka sedang dimabuk oleh yang namanya asmara."

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kisah cinta putramu?" Limario bertanya lantaran ingin tahu.

Jeon berdecak kecil. "Dia berhubungan dengan putri Havika!"

Limario terkekeh. "Ini pilihan sulit untuk Delio, tapi aku pikir, Delio akan lebih memilih cintanya dibandingkan dengan dirimu."

"Aku sudah tahu!"

~•>•~

Nathaniel keluar dari supermarket dengan menjinjing keresek belanjaannya dan juga Yakult yang sedang ia minum. Nathaniel siap untuk masuk ke mobil, akan tetapi atensinya tiba-tiba saja teralih kepada seorang gadis yang berteriak di pinggir jalan.

"Ngapain dia di sana? Mana teriakkan lagi udah kayak orang gila," gerutunya.

Laki-laki berjaket hitam itu meletakkan belanjaan, kemudian menghampiri gadis yang ia masuk di sebrang sana.

"Lo ngapain, sih? Malu dilihatin orang," ucapnya dengan kesal kepada Adhifa.

Adhifa memegangi lengan Nathaniel dengan tatapan berkaca-kaca. "Tas Eneng dijambret, padahal di dalam tas itu ada foto bapak satu-satunya. Gimana ini? Eneng nggak rela pokoknya."

[iii] [END] MAS SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang