03. Cyclops

1.9K 189 44
                                    

Hi, aku update

Mau tanya, update cerita ini satu hari satu chapter atau dua hari satu chapter?






03. Cyclops


Malam harinya tepat pukul setengah sebelas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya tepat pukul setengah sebelas malam. Ririn masih belum bisa tidur, gadis itu berusaha mencari posisi yang nyaman untuk tidurnya. Kemudian, ia melirik ke arah samping ada Alvan yang tidur di lantai dengan beralasan tikar. Ririn turun dari ranjang dan menghampiri Alvan.

Tadi sebelum tidur mereka berdua sempat berdebat karena masalah tempat tidur. Sebagai seorang laki-laki, Alvan mengalah dan membiarkan Ririn tidur di ranjang miliknya.

"Alvan, lo udah tidur?" tanya Ririn dengan suara pelan.

Karena tidak ada pergerakan apa pun, Ririn beralih menoel-noel pipi Alvan dan laki-laki itu tetap tidak terusik juga.

"Alvan ih!" Ririn mulai kesal. Ia mengambil guling, lalu memukul wajah Alvan dengan guling itu.

"Bangun, Alvan!"

"Aduh, apaan, sih?" kesal Alvan yang akhirnya memilih membuka matanya.

Ririn berhenti memukuli Alvan, menatap laki-laki itu dengan tatapan memelas. "Nggak bisa tidur."

"Masalahnya sama gue apaan? Lo pikir, lo itu bayi yang harus digendong dulu biar tidur. Sana, balik lagi ke kasur!" Alvan menarik selimutnya hingga menutupi wajah rupawannya.

Ririn kesal dengan sikap Alvan yang tidak perhatian kepadanya. Gadis dengan memakai piyama berwarna biru tua itu memilih untuk duduk di sofa yang tak jauh dari tempat Alvan tidur. Ririn duduk di sana dengan memeluk guling.

Ia memejamkan matanya, berharap ia bisa tidur dengan nyenyak. Akan tetapi, bayang-bayang yang ingin ia lupakan terus saja melintas begitu jelas yang membuat dirinya tak ingin memejamkan mata. Ririn terlalu takut mengingat kembali kejadian itu. Kejadian yang berhasil membuat dirinya takut melihat darah.

"Akh! Nggak bisa, gue nggak bisa kayak gini terus!" Gadis itu berteriak seraya mengacak rambut sebahunya.

Alvan tentu terusik dengan suara teriakkan Ririn, tetapi itu terlalu malas untuk membuka mata dan mengomeli gadis itu.

Ririn menatap Alvan yang tidur nyenyak dengan terlentang. Ia berpikir beberapa kali soal ini, apakah harus ia tidur berdua dengan Alvan? Apakah itu tidak apa-apa? Biasanya jika Ririn sudah tidur seperti ini, ia akan pergi ke kamar ibunya dan tidur dengan memeluk ibu tercintanya.

"Bodolah, lagian udah sah juga," gumamnya dan di detik berikutnya, Ririn ikut berbaring di samping Alvan. Memeluk tubuh laki-laki itu tanpa ragu-ragu.

"Astaga, lo kenapa, sih? Agresif lo jadi cewek, balik sana ke kasur!" Alvan berusaha melepaskan pelukkan Ririn. Namun, kekuatan Ririn ternyata tidak mudah untuk ditaklukkan.

[iii] [END] MAS SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang