25. Haters

582 77 17
                                    

Hi, aku update

Bantu rekomendasikan cerita ini sama para pecinta Wattpad, yuk. Biar rame books ini:)

Sepi banget nggak ada yang komen:(

"Dokter bilang ini memang terlalu bahaya untuk Ririn mengandung di usia dini seperti ini, tapi tidak mungkin juga untuk menggugurkannya karena janin itu pemberian dari Allah yang harus kita jaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter bilang ini memang terlalu bahaya untuk Ririn mengandung di usia dini seperti ini, tapi tidak mungkin juga untuk menggugurkannya karena janin itu pemberian dari Allah yang harus kita jaga. Tetapi, insyaallah semuanya akan baik-baik saja asalkan kita bisa menjaga Ririn dengan baik.

"Meski tadi dokter bilang sangat rendah kemungkinan Ririn bisa melahirkan secara normal, itu sangat membahayakan nyawanya," jelas Laras.

Wanita paruh baya itu menggenggam tangan menantunya, menatap Alvan dengan sendu. "Alvan, Ibu mohon sama kamu untuk jaga Ririn sebaik mungkin. Dia putri Ibu satu-satunya, Ibu sangat menyayangi Ririn."

Alvan menghela nafas, laki-laki itu tersenyum tipis seraya memegang pundak mertuanya. "Insyallah, Alvan akan menjaga Ririn dan Ririn juga baik-baik saja."

Tadi saat di rumah sakit ternyata Ririn dinyatakan tengah mengandung dua Minggu. Alvan tentu senang juga tidak menyangka bahwa kejadian itu membuat Ririn hamil. Ia juga bangga karena baru melakukan sekali langsung jadi.

Akan tetapi, kesenangannya itu langsung digantikan dengan resah ketika Laras mengatakan kembali apa yang dokter katakan. Nyawa istrinya terancam karena hamil di usia muda, belum lagi dengan urusan sekolah perempuan itu.

"Ya, sudah. Ibu pulang dulu, kamu harus selalu jaga Ririn."

Alvan mengangguk patuh. "Kalau begitu biar Alvan antar Ibu pulang, ini sudah malam."

"Nggak usah, kamu 'kan harus jaga istri sama calon bayi kamu." Laras tersenyum lantas ia pun pergi dari sana untuk menuju ke rumahnya.

Sementara Alvan, laki-laki itu kembali masuk ke apartemennya dan langsung disambut pelukkan dari istrinya.

"Eh, ada apa hm? Lo mau sesuatu? Bilang aja." Alvan bertanya seraya membawa istrinya itu untuk duduk di sofa.

Ririn menggeleng. "Gue nggak mau apa-apa, cuma dedek bayinya mau peluk lo doang kayak gini."

Alvan mencubit gemas hidung istrinya. "Kemauan dedek bayinya atau Ibunya?"

"Dedek bayinya lah, masa gue!"

"Enggak percaya gue, bilang aja lo nyaman dipelukkan gue."

Ririn tersenyum dalam diam. "Pelukkan lo emang tempat paling ternyaman dan teraman."

Suasana berubah menjadi hening, Alvan diam seraya mengusap-usap punggung istrinya dengan pikiran yang melanglang buana ke sana kemari, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sementara itu, Ririn pun diam dengan jarinya yang menggambar pola acak di dada suaminya.

"Alvan!" Pada akhirnya Ririn lebih memilih memecahkan keheningan itu.

Sang pemilik nama membalasnya dengan deheman.

[iii] [END] MAS SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang