26. Pelet

585 73 1
                                    

Hi, aku update.

Yuk, rekomendasikan cerita ini ke temen-temen kalian, biar cerita ini rame.

Sepi banget nggak ada yang komen:(
Hayu banyak-banyak komen biar bisa terbit:)

"Apakah ada keluarga pasien di sini?" tanya seorang dokter laki-laki bertubuh jangkung dengan name tag Jonathan setelah keluar dari ruangan yang mana di dalamnya ada Ririn terbaring di brankar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah ada keluarga pasien di sini?" tanya seorang dokter laki-laki bertubuh jangkung dengan name tag Jonathan setelah keluar dari ruangan yang mana di dalamnya ada Ririn terbaring di brankar.

"Saya keluarganya!"

Dokter Jonathan, Adhifa, dan Anya menoleh ke arah sumber suara. Menemukan Alvan yang berlari menghampiri mereka, tadi Adhifa sempat menghubungi kekasih Ririn itu. Adhifa hanya tahu kalau Alvan itu adalah kekasih Ririn.

"Kamu kakaknya?" tanya dokter Jonathan.

Alvan menggaruk tengkuknya. "Eum, se-sebenarnya saya pacarnya. Iya, pacarnya Ririn."

Jonathan mengangguk paham. "Kalau begitu kamu ikut saya ke dalam dulu."

Alvan tak menolak, ia mengikuti Jonathan dari belakang untuk masuk ke dalam. Sementara, Adhifa dan Anya kembali menunggu diluar.

"Apa kamu sudah tahu kalau pasien sedang mengandung?" Jonathan bertanya tanpa basa-basi.

Alvan mengangguk. "Saya tahu, Dok."

"Kamu yang menghamili pasien?"

Laki-laki berambut hitam itu langsung terhenyak mendengar pertanyaan yang dilontarkan dokter Jonathan. Mulut si dokter tajem bener, batinnya.

"I-iya, saya yang melakukannya," jawabnya dengan kepala menunduk.

Jonathan menghela nafasnya. "Pasien terlalu muda untuk mengandung dan tadi perutnya malah terbentur dengan meja, tetapi untungnya kandungannya tidak mengalami keguguran. Akan tetapi, tolong untuk diperhatikan lagi keadaan pasien, kandungannya sangat lemah dan jangan biarkan pasien terlalu banyak bergerak. Usahakan untuk jangan melakukan hal yang berat-berat, jaga kondisi hati pasien, juga emosinya."

Alvan mengangguk-angguk kepalanya mendengar perkataan dokter Jonathan. Lumayan, masukkan untuk dirinya yang belum berpengalaman dengan yang namanya mengurus ibu hamil.

"Karena pengaruh emosi dapat menimbulkan dampak buruk pada janin seperti terhambatnya pertumbuhan pada janin. Hal ini terjadi saat ibu hamil kerap memproduksi hormon stres yang disebut juga kortisol. Jika kadar hormon tersebut terus naik, pembuluh darah bisa menyempit dan menurunkan aliran darah ke janin," jelas dokter Jonathan yang Alvan simak sebaik mungkin.

"Saya akan lebih memperhatikan keadaan pasien, Dok," ujarnya tulus.

Dokter Jonathan menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu saya kasih vitamin untuk kandungan pasien, setelah itu kalian bisa pulang."

~•>•~

Sore ini Nathaniel dan Adhifa pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan sehari-hari di apartemen milik Nathaniel yang ditempati oleh Adhifa. Sebenarnya Nathaniel sudah lama tinggal sendirian di apartemen itu, tetapi sekarang ia mengalah karena kasihan terhadap Adhifa.

[iii] [END] MAS SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang