14. Delapan Tiga Satu

631 85 10
                                    

Hi, aku update

Di sini ada yang dari Bandung?

Setelah pulang dari Bukit Bintang, mereka semua sepakat untuk langsung ke rumahnya Abah Deden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pulang dari Bukit Bintang, mereka semua sepakat untuk langsung ke rumahnya Abah Deden. Sampai di sana mereka langsung disambut oleh Abah Deden dengan masakan buatan pria sekitar berusaha 67-an.

"Abah Deden ternyata pinter masa juga," ujar Vira seraya menatap makanan di atas meja.

Abah Deden terkekeh. "Laki-laki oge harus bisa masak atuh."

"Kakinya Ai sekarang gimana? Sudah mendingan?" tanya Abah Deden kepada Aileen yang duduk didekat Ririn.

Aileen mengangguk. "Sudah agak mendingan, tapi kalau digerakin pasti kerasa sakit."

"Nggak bakal lama, kok. Sebelum sakola deui pasti sembuh."

Setelah mengucapkan itu ia permisi dulu untuk pergi ke kebun karena tadi lupa untuk membawa cabe dan tomat yang telah ia petik. Ia melirik ke arah kandang ayam, di sana ada satu ayam yang tergeletak dengan mengenaskan.

Ia menggelengkan kepalanya. "Pasti ulah dia lagi."

~•>•~

Alvan, Delio, Nathaniel, Samuel, serta Ozzie pergi ke kafe terdekat untuk membahas sesuatu. Lebih tepatnya Alvan yang ingin memberitahu perihal pesan dari nomor tak dikenal tadi malam.

"Itu pasti kerjaan Aergia buat bikin kita bingung," ujar Ozzie setelah mendengar semua cerita Alvan.

"Bisa jadi juga, tuh." Samuel ikut menyetujui ucapan Ozzie.

"Masalahnya kalau itu bener Aergia, kenapa baru sekarang mereka melakukan itu? Kenapa nggak dari dulu aja?" Pertanyaan yang dilontarkan Nathaniel malah membuat otak keempat laki-laki itu berputar.

"Apa ada pengkhianat lagi di Cyclops?" tanya Delio seraya melirik satu persatu teman-temannya itu.

Alvan menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kita udah lama nggak ketemu sama anggota yang lainnya setelah kejadian itu, bahas rencana tawuran juga nggak pernah melibatkan anggota lain, selain kita."

"Gimana kalau ternyata pengkhianatnya ada diantara kita berlima?"

Pertanyaan Samuel membuat mereka terdiam, menatap laki-laki bule itu dengan tatapan yang sulit dideskripsikan.

"Bisa jadi, tuh," balas Ozzie, "Ngaku, cepetan! Siapa yang pengkhianat?"

Nathaniel berdecak. "Nggak ada kerjaan banget gue lakuin itu, lagian selama ini gue sibuk--"

"Sibuk sama cewek yang beda agama, bener, 'kan?" Ozzie memotong ucapan Nathaniel dengan kata-kata yang langsung jleb ke hati.

Tolong, untuk semuanya agar tidak menyinggung soal cinta beda agama. Nathaniel sangat ingin melupakan perasaannya terhadap Livia, jangan sampai usah move on nya malah gagal nanti.

[iii] [END] MAS SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang