1

9.9K 836 27
                                    

Berulang kali wanita itu melirik jam tangan mewah yang melingkari pergelangan tangannya. Dan berulang kali pula dia menatap kearah jalanan yang dipenuhi oleh kendaraan yang sedari tadi tidak bergerak.

Terjebak kemacetan seperti ini bukan sesuatu yang baru baginya, tapi kali ini kemacetan membuatnya sangat gelisah dikarenakan satu jam lagi dia harus menghadiri pertemuan dengan beberapa orang yang akan bekerja sama dengan perusahaannya, dan ini bukan pertemuan biasa. Pertemuan ini sangat penting bagi Aileen Khadijah Hanafi atau yang biasa dikenal sebagai Aileen Atmojo.

Wanita cantik dengan rambut hitam tebal sebahu itu memang lebih sering menggunakan nama belakang keluarga ibunya karena ia adalah pewaris beberapa bisnis induk keluarga Atmojo.

Aileen mewarisi semua bisnis setelah Omar--kakak lelakinya mengundurkan diri dari kursi kepemimpinan bisnis tiga tahun yang lalu dan lebih memilih untuk terjun ke dunia politik, pria itu tertarik bergulat dengan dunia kepartaian yang menurut Aileen hanya membuang-buang waktu dan uang saja. Dan saat ini Omar tengah mempersiapkan diri untuk maju dalam pemilihan anggota parlemen.

Pilihan yang menurut Aileen sangat merugikannya karena itu otomatis membuatnya harus mengemban tugas berat dengan menjadi pimpinan utama di bisnis keluarga.

Padahal Aileen mempunyai cita-cita yang mulia. Ia ingin bersantai-santai seumur hidupnya dengan berlibur dan berleha-leha tanpa harus memiliki beban pikiran tentang segala urusan mengurus perusahaan yang tidak mengenal waktu dan tidak ada habisnya.

Omar menggagalkan cita-cita mulia seorang Aileen. Ditambah para sepupunya yang juga menolak untuk mengurus perusahaan karena sudah memiliki bisnis dan pekerjaan masing-masing. Dan tentunya karena Aileen yang paling santai diantara mereka semua, jadilah dia yang dijadikan tumbal untuk urusan perbisnisan ini.

Awalnya Aileen berusaha menolak, dia menyarankan untuk pengelolaan perusahaan diserahkan pada manajemen profesional, tapi ibu, kakek dan neneknya menolak keras usulan Aileen. Sang ibu malah mengancam Aileen dengan sangat tegas dan mengatakan jika Aileen tidak menerima permintaan keluarganya, maka Aileen akan dicoret dari daftar ahli waris dan segala fasilitasnya akan dicabut.

Tentu itu membuat Aileen ketar-ketir. Mana mungkin dia membiarkan dirinya hidup susah dan dalam keterbatasan. Seorang Aileen, tidak akan membiarkan dirinya dicoret dari daftar ahli waris, terlebih dia adalah anggota keluarga Atmojo dan kehilangan warisan adalah sesuatu yang sia-sia dan sangat disayangkan.

Jadilah Aileen mengalah dan mengubur keinginan untuk bersantai-santai selama hidupnya. Dia kini harus menjalankan bisnis keluarga menggantikan Omar.

Menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan induk bukanlah perkara mudah. Aileen harus tau segala detail tentang semua bisnis yang dimiliki oleh keluarga Atmojo, fokusnya juga dilatih karena perhatiannya tidak hanya tertuju pada satu bidang.

Perusahaan perkapalan, perusahaan senjata api, perusahaan perakitan pesawat terbang, adalah tiga bisnis utama yang dipegang oleh Aileen. Ada beberapa bisnis lainnya, yang jumlahnya bisa dikatakan banyak. Hanya saja saat ini bisnis-bisnis itu dikelola oleh manajemen profesional, namun segala keputusan mengenai bisnis tersebut tetap berada di tangan Aileen karena ia adalah pimpinan puncak dari segala usaha milik keluarga Atmojo.

Saat ini tanggung jawab Aileen sangat besar. Diawal kepemimpinannya dia buta, banyak belajar dari Omar. Aileen juga sering bertukar pikiran dan menerima nasehat serta masukan dari ibunya yang memang lebih dulu memimpin bisnis tersebut. Berusaha keras untuk belajar dan tidak segan untuk bertanya pada sang ibu membuat Aileen akhirnya bisa bertahan pada posisinya saat ini. Dia berusaha keras untuk bisa memahami semuanya, tidak perlu diragukan lagi kegigihan Aileen dalam menjaga namanya agar tidak dicoret dari daftar ahli waris.

Kembali Aileen melirik jam tangan bertabur berlian yang menghiasi pergelangan tangannya. Ia benar-benwr tidak bisa lagi menunggu di dalam mobil seperti ini.

Jika terus berada ditengah kemacetan seperti ini, ia tidak yakin akan tiba tepat waktu di kantor dan bertemu dengan beberapa tamu pentingnya itu.

Dan Aileen adalah orang yang menghargai waktu, dia tidak suka bila orang menunggunya. Terlebih jika ia harus datang terlambat dalam sebuah pertemuan yang dianggapnya sangat penting. Tidak ada alasan untuk Aileen datang terlambat, dia harus mencari cara agar bisa tiba tepat waktu.

"Saya turun disini ya pak." Ucap wanita itu pada supir pribadinya.

"Tapi bu--"

"Sudah, saya cari ojek saja. Saya nggak mau terlambat."

Tanpa menunggu, Aileen menyambar tas tangannya dan segera membuka pintu mobil.

Ditengah kemacetan, wanita itu berjalan cepat melewati beberapa mobil dan motor yang tidak bergerak. Ketika tiba di bahu jalan, ia mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi ojek online dan mencoba memesan satu armada roda dua.

Tapi sayangnya Aileen tidak tersambung dengan pengemudi. Tentu itu membuat Aileen kesal dan mengumpat di dalam hatinya. Memang ada saja cobaan disaat keadaan penting seperti ini.

Karena tidak ingin menyerah, Aileen coba berjalan. Dia berharap menemukan ojek pangkalan atau sejenisnya. Bahkan dia rela membayar mahal jika ada seorang pengendara bermotor yang memberinya tumpangan menuju Atmojo Building.

Aileen berjalan cukup jauh, hingga ia berbelok di persimpangan bahu jalan yang masih terlihat cukup macet. Tapi  beberapa motor terlihat bisa melewati kemacetan itu dengan sedikit menyelip.

Melihat itu membuat Aileen berharap bisa menghentikan satu motor. Ia berdiri dipinggir bahu jalan, matanya menyipit tajam ketika melihat sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan pelan di dekat bahu jalan, berusaha melewati kemacetan.

Aileen mengulurkan tangannya, melambai untuk menghentikan laju sepeda motor itu. Tapi dia tau motor itu tidak akan berhenti hanya dengan cara seperti itu.

"Mas... Mas... Berhenti tolongin saya!" Aileen buka suara, jelas suara wanita itu cukup besar hingga membuat satu motor yang tadi dilihatnya melambatkan lajunya dan berhenti.

Pria yang berada diatas motor itu baru akan membuka kaca helmnya, tapi Aileen tidak bisa menunggu dan memutuskan untuk segera naik ke jok belakang motor itu.

"Antar saya ke Atmojo Building, darurat. Ini pertarungan hidup dan mati!" Aileen jelas sedikit melebih-lebihkan, dia hanya sedang terburu-buru.

"Cepat mas! Kalau bisa ngebut!" Perintah Aileen pada si pengemudi.

Ketika motor tersebut mulai berjalan, Aileen sedikit bernafas lega. Dia akhirnya bisa menemukan tumpangan dan segera tiba di kantor.

Disepanjang perjalanan, Aileen tidak henti-hentinya untuk memerintahkan pria yang tengah mengendarai sepeda motor itu untuk lebih cepat melajukan motornya. Berulang kali Aileen menyerukan kata-kata 'bisa ngebut dikit mas?!'

Hingga akhirnya mereka tiba di depan bangunan tinggi menjulang. Markas besar bisnis Atmojo, dan tempat dimana Aileen sering menghabiskan waktunya. Atmojo Building.

Jelas sekali Aileen bernafas lega, ia melirik jam tangan di pergelangannya dan untungnya ia tidak terlalu terlambat.

"Eh tunggu! Tunggu!" Teriak Aileen saat melihat pria itu akan kembali melajukan motornya.

Aileen membuka tas tangannya dan mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan. Jelas bukan dalam jumlah yang sedikit.

"Ini mas ongkosnya."

Pria itu bergeming. Aileen yang tidak mempunyai banyak waktu dan jelas tidak bisa bersabar langsung menjejalkan uang itu ke saku jaket berwarna hitam milik pria itu.

Lalu Aileen berlalu meninggalkan pria itu. Dia berjalan cepat menuju arah lobi, kedatangannya langsung disambut oleh petugas keamanan. Beberapa karyawan yang berpapasan juga bersahutan menyapanya.

****

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang