15

5.5K 600 7
                                    

"Hay mas." Aileen menyapa Yusuf.

Sebenarnya Aileen sudah berdiri tidak jauh dari pria itu duduk sejak beberapa menit yang lalu. Yusuf duduk disalah satu kursi santai yang menghadap kearah puluhan tanaman hias, pandangannya lurus dan seperti tenggelam dalam pikirannya dengan sebatang rokok yang berulang kali ia hisap dalam-dalam.

"Boleh aku duduk disini nggak?" Aileen bertanya sambil menunjuk kursi yang ada di samping Yusuf.

Pria itu hanya mengangguk, tanda memperbolehkan Aileen untuk duduk disana.

Tentunya Aileen segera duduk. Untuk sesaat keduanya sama-sama diam. Di dalam pikirannya Aileen sibuk mencari-cari dan memilah bahan obrolan yang akan ia perbincangkan dengan Yusuf dan berharap pria itu menanggapi obrolan yang akan Aileen buka.

Sejujurnya duduk disebelah pria itu membuat jantung Aileen berdegup dengan kencang sekali, ia rasa jantungnya bisa meloncat dari rongganya jika terus berdetak kencang seperti saat ini.

Aileen memulai dengan obrolan mengenai cuaca dan udara malam yang terasa sedikit panas, yang hanya ditanggapi oleh Yusuf dengan singkat.

Tapi itu tidak membuat Aileen menyerah. Dia melanjutkan dengan membahas jenis-jenis tanaman, untungnya ia mengetahui sedikit banyak karena memang suka memelihara tanaman hias dirumahnya. Sebenarnya bukan memelihara, Aileen hanya rajin membeli sementara yang memelihara adalah pak Dirmo, salah satu pekerja di rumah Aileen yang bertugas mengurus taman dan tanaman.

Lalu Aileen mencoba peruntungan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai kesibukan dan kegiatan Yusuf. Walaupun Yusuf menjawab dengan singkat dan seadanya, tapi Aileen tidak berhenti untuk mencoba membuka percakapan.

Setelahnya percakapan beralih pada hobi dan kesukaan, setidaknya Aileen tidak memberi jeda dirinya untuk mengorek segala sesuatu tentang pria satu ini. Aileen mencatat di dalam kepalanya tentang apapun yang diucapkan oleh Yusuf, ia akan selalu mengingat apapun yang disukai dan tidak disukai oleh pria itu.

Aileen harus menunda untuk mengutarakan pertanyaannya lebih lanjut karena ponselnya berbunyi. Pak Mukhlis yang menghubunginya.

"Ya pak?" Jawab Aileen sesaat setelah menggeser tombol untuk menjawab panggilan supir pribadinya itu.

Aileen bisa mendengar suara pak Mukhlis yang sedikit cemas. Ia mendengarkan dengan serius saat pak Mukhlis meminta izin untuk pulang ke rumahnya karena sang cucu tengah mengalami demam tinggi dan harus segera dibawa ke rumah sakit.

"Yasudah, bapak pulang saja. Pakai saja mobilnya dulu pak, besok jangan datang kalau Intan masih sakit." Ucap Aileen, terdengar pak Muhlis mengucapkan terima kasih pada sang bos. "Semoga Intan cepat sembuh ya pak. Nanti kabari saya jika butuh sesuatu."

Aileen memang tidak pernah membatasi hubungannya dengan para pekerja dirumahnya. Ia sudah menganggap orang-orang yang bekerja dengannya seperti keluarga sendiri, hal itu yang membuat para pekerjanya sangat loyal pada sang bos.

Pak Mukhlis bahkan sudah bekerja dengan keluarga Aileen semenjak wanita itu masih berada di sekolah dasar, pak Mukhlis lah yang selalu setia mengantar jemputnya. Hingga akhirnya Aileen dewasa, ia meminta pak Mukhlis untuk ikut dan bekerja di kediaman pribadinya.

Setelah sambungan telepon dengan pak Mukhlis terputus, Aileen kembali memusatkan perhatiannya pada Yusuf yang saat ini tengah mengeluarkan sebatang rokok lagi untuk ia hisap.

Sebenarnya Aileen tidak terlalu suka dengan bau rokok, selain membuat rambut dan bajunya beraroma tidak sedap, bau asap rokok juga membuat Aileen mual. Ia sering mengomel ketika Omar merokok saat berada satu ruangan dengannya, tapi pengecualian untuk Yusuf.

Mengabaikan bau asap rokok, Aileen melanjutkan percakapan dengan Yusuf, bertanya tentang beberapa hal lagi. Dia lebih terlihat seperti wanita yang tengah mewawancarai seseorang.

Yusuf seharusnya bisa melihat betapa Aileen menaruh perhatian lebih pada pria itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Aileen.

Sayangnya pikiran Yusuf sekarang sedang tidak fokus dan dia juga tidak terlalu berminat untuk menanggapi Aileen, karena yang saat ini mengusik pikirannya adalah Dinda.

Kepergian Dinda--bukan, lebih tepatnya menghilangnya wanita itu secara mendadak sangat membuat Yusuf benar-benar merasa kehilangan. Ia juga marah karena Dinda tiba-tiba pergi dan menghilang bagai ditelan bumi. Tanpa pemberitahuan, tanpa kabar dan tanpa jejak.

Yusuf sudah berulang kali menyambangi kediaman wanita itu dan tempat kerjanya. Mencari keberadaan sang kekasih, tapi sia-sia. Wanita itu sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya dengan sangat mendadak dan tanpa alasan, rekan kerjanya sendiri heran dengan hal tersebut.

Para tetangga di kediaman orang tua Dinda juga tidak mengetahui perihal kepergian Dinda dan keluarganya, rumah mereka tiba-tiba saja kosong dan tidak berpamitan pada siapapun. Yusuf kalang kabut, ia berusaha mencari dan menghubungi Dinda, tapi sayang ponsel wanita itu tidak lagi pernah aktif.

Yusuf sangat heran sekali dengan apa yang dilakukan oleh Dinda, padahal mereka tidak memiliki masalah. Malah Dinda sempat bertanya mengenai kapan Yusuf bisa datang ke rumahnya untuk melamar, tapi kenapa dengan tiba-tiba Dinda malah menghilang dan meninggalkannya seperti ini, Yusuf tidak habis pikir.

"Mas?" Terdengar Aileen memanggil Yusuf, sepertinya pria itu terlalu tenggelam dalam pikirannya hingga tidak menanggapi Aileen.

"Mas?" Aileen kembali bersuara.

Hingga Yusuf menolehkan kepalanya kearah Aileen.

"Maaf, saya mau masuk dulu." Yusuf akhirnya buka suara.

Saat pria itu berdiri, Aileen juga mengikutinya dan berjalan dibelakang Yusuf. Tidak mungkin dia duduk seorang diri di taman itu, sementara tujuannya kesini memang untuk berdekatan dengan Yusuf.

Walaupun Aileen tau bahwa tadi Yusuf setengah hati menanggapi obrolan dengannya, Aileen tidak mempersoalkan dan memahami. Ia mengerti bahwa saat ini pria itu tengah menikmati patah hatinya dan bingung akan kepergian kekasihnya yang mendadak. Aileen akan memberikan Yusuf sedikit waktu, tapi ia tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkan pria itu. Yusuf akan menjadi milik Aileen.

Saat kembali masuk kedalam ruang keluarga, Aileen kembali bergabung dengan keluarga Sutopo. Mereka terlibat beberapa obrolan ringan, Yusuf yang juga duduk di ruangan itu lebih banyak diam.

Malam sudah semakin larut, Aileen memutuskan untuk berpamitan dan ia baru akan menghubungi salah satu supir untuk menjemputnya, saat mendengar Dendi Sutopo bicara.

"Mas, tolong antar Aileen pulang." Dendi Sutopo bicara pada Yusuf.

Yes! Aileen bersorak didalam hatinya. Memang ini yang dia harapkan.

"Mas tidak bawa mobil, pa." Jawab Yusuf singkat.

"Mbak Aileen suka naik motor, mas." Sambung Sharon dengan cepat sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Aileen.

"Ambilkan jaket untuk Aileen, Sha." Perintah Lana Sutopo pada sang anak.

Sharon segera meninggalkan ruangan dan kembali masuk dengan sebuah jaket tebal ditangannya.

"Antar sekarang, mas. Nanti keburu malam, kasihan Aileen." Kini Lana Sutopo yang bicara.

Aileen benar-benar ingin bersorak senang ketika melihat Yusuf berdiri untuk mengantarnya pulang.

****

Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...

Untuk harga promonya :

Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100k

Ini untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Jika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang