🍁
Bukan mencari siapa yang paling sempurna, karena pada akhirnya enggak akan pernah ada, sekalipun dia orang yang paling di dambakan.
_________________
Dia—Yessica—meringis kecil karena cengkraman tiba-tiba pada pergelangan tangannya yang membuat dia sangat terkejut. Baru saja makiannya akan ia lontarkan, pada akhirnya tertahan karena semakin terkejut melihat siapa sosok di hadapannya sekarang. Mata hitam legamnya itu menyusup masuk dengan begitu dalam dan tajam. Bahkan, Chika bersumpah ia tak pernah melihat pandangan seperti itu sebelumnya dari seorang Sergito Adrian Madhava, sosok yang dikenal banyak orang dengan sifat kalem tak banyak bicaranya. Chika menghela nafasnya melihat kearah sekitar, beberapa pasang mata tertuju pada mereka, kedatangan Gito ke kampus nya berhasil mengundang perhatian banyak orang. Sekali lagi, Chika meringis sadar akan genggaman yang kuat masih dirasa. "Lepasin kak, sakit." Pinta Chika pada akhirnya setelah otaknya berhasil mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Kita butuh bicara Chik."
"Iya, tapi lepasin sakit, kamu enggak liat apa kita jadi tontonan orang? Lepasin ini sakit aku enggak boong." Gito—pada akhirnya melepaskan genggamannya pada pergelangan Chika yang mengundang desis sakit dari mulut Chika. "Ayo, di mobil." Ucap Gito singkat sebelum menarik tungkainya lebih dulu meninggalkan Chika. Kembali Chika menghela nafasnya, tak heran jika gaya pacaran Gito memang sangat kaku seperti ini. Chika tak menyangka, akan jadi sangat buruk setelah statusnya berubah menjadi milik. Pada akhirnya langkah keterpaksaan itu pun diseret pula menuju mobil BMW milik Gito.
Sungguh—Gito ada malah menjadi sebuah hal yang tak biasa. Kehadirannya di kampus secara tiba-tiba berhasil membuatnya bertanya-tanya, ada apa? Sebab—beberapa kali kesempatan meminta waktu seorang Sergito Adrian Madhava yang dunia nya dipenuhi kesibukan untuk sekedar berkencan saja rasanya sangat sulit dan mustahil sekali Chika dapatkan. Tapi—hari ini kedatangannya berhasil membuat Chika bertanya-tanya. "Kamu enggak menghargai saya Yessica." Chika mengernyitkan dahinya bingung, setalah hampir 10 menit saling diam, kalimat itulah yang harus Chika dengar. Bagaimana bisa Gito melontarkan pernyataan yang bahkan Chika saja masih tak paham dengan kedatangan kekasihnya ini.
"Maksudnya?"
"Ya—ya kamu enggak menghargai saya sebagai pacar kamu!" Chika menatap kekasihnya dalam. Chika menggelengkan kepalanya pelan masih tak memahami maksud kekasihnya, sebelum pada akhirnya Chika menjatuhkan punggung lelah nya pada kursi penumpang. "Aku enggak tau loh kamu kenapa, kita enggak ada komunikasi hampir semingguan karena kamu lagi di Lombok, kamu kan yang bilang kalau kamu lagi urus resort, yang kata kamu itu proyek pertama yang kamu handle, hem? Trus tiba-tiba dateng bilang aku enggak hargai kamu, dimana deh letak enggak menghargainya padahal aku paham kamu sibuk, aku juga enggak nuntut banyak ini itu ke kamu, aku biarin kamu selesain urusan kamu. Dimana letak enggak menghargainya aku kak?" Tutur Chika dengan lembut, ia sungguh tak ingin memulai perdebatan panjang. Jika saja Gito paham—betapa lelahnya dia hari ini harus bertemu dengan dosen pembimbing dan dibayang-bayangi dengan revisi yang menumpuk.
"Kamu pergi sama Vito!"
"Ya apa masalah nya?"
"KAMU PACAR SAYA YESSICA!" Lagi, Chika menghembuskan nafasnya, ada bersama Giti selama hampir 4 bulan ini permasalahan yang selalu saja ia dapatkan adalah mengenai Vito, dan selalu saja begitu. Jika boleh mengatakannya Chika sangat lelah selalu dan selalu memperdebatkan persoalan yang sama. "Kamu maunya apa?" Tanya Chika masih dengan nada bicara yang lembut, bukan—anggap saja ia sudah muak dan begitu lelah dengan sikap kekasihnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y . O . U . R . S [SELESAI]
Fanfictionsetiap manusia berhak berada pada cinta yang tepat.