. dua puluh tiga .

467 67 27
                                    

🍁

Aku ingin selalu jadi orang pertama yang ada di setiap momentum.

_______________






"Bosen enggak sih sama gue bertahun-tahun?"

Vito terdiam, matanya masih saja terpejam menikmati terpaan angin malam yang perlahan menusuk-nusuk kulit nya. "Enggak ada alasan bosen kalau sama lo."

"Klasik."

"Hem, trus lo mengharapkan jawaban yang kaya gimana, kan, lo tau sendiri dominasi lo di hidup gue gimana." Perlahan Vito menoleh menatap Chika yang duduk di atas kap mobil kesayangannya, dengan pandangan lurus menuju langit malam yang terang. "Apa itu enggak cukup Chik?"

Chika terkekeh pelan di sana, ia mengangguk kecil. "Gue tau." Vito tersenyum kecil, ia beralih menaiki mobilnya hingga duduk sebelahan dengan sang gadis. Vito meraih tangan Chika dan mengecup punggung tangannya dengan lembut. Sederhana, selalu begitu. Vito tau bagaimana membuat hatinya menghangat hanya karena sentuhan kecil. "I love you." Ucap Vito berhasil membuat Chika tertawa keras. Ah — bahkan mungkin beberapa hewan yang berkelana malam ini ikut serta menertawai aksi yang baru saja Vito pertunjukan.

"Kok ketawa?"

"Lucu aja." Vito memberengut kecil, sedangkan Chika masih saja menertawakan. Kepala gadis itu dibiarkan bersandar pada bahu kokoh lelakinya. Sekali lagu menikmati terpaan-terpaan angin malam yang lembut. Jari-jemarinya Chika biarkan bersahutan, saling menyapa dalam genggaman.

Ya, begini saja rasanya perputaran waktu sedikit melambat hanya karena momentum yang selalu mampu memberikan cerita.

Chika suka, selalu dipertemukan bagaimana Vito menyisihkan waktunya hanya untuk membentuk sebuah bait cerita setiap harinya. Jika ditanya, bosen? Tentu saja tidak. Chika menyukainya, sebab, Vito pun tak template jika membawanya pergi. Selalu ada cerita yang Vito tawarkan, juga selalu ada bahagia yang dibawa pulang nantinya.

Hah — sudah banyak dilewati, barangkali tak pernah terfikirkan akan berjalan hingga detik ini. Bersama Vito, barangkali tak seperti pada pasangan-pasangan yang lain. Chika tahu, bahwa ; Vito bukanlah laki-laki yang menye-menye, Chika tahu Vito juga bukan orang yang romantis. Tapi, ada bersama Vito — lelaki penyandang nama belakang Fabumi, rasanya Chika punya dunia yang benar-benar miliknya. Bersama Vito, sesederhana yang sungguhan Chika suka. Vito tampil apa adanya, rasanya tak pernah ada seseorang yang seperti Vito. Nada bicaranya, cara dia membuat seseorang tertawa, laki-laki dengan mobil Accord Prestige yang sering mogok, laki-laki yang tanpa banyak bicara selalu membawa nya makan di rumah makan padang. Ah, sisi Vito tak pernah Chika temui pada siapapun, dan ya - Chika menyukai nya. Sebagaimana Vito mencintainya dengan sabar.

Jika ditanya, kenapa harua Vito. Jawabannya adalah Vito orang yang mampu membuat Chika mengatakan "dia orang yang tepat." Dia barangkali bukanlah sosok yang sempurna, dua bukan yang di idam-idamkan kaum hawa, tapi bagi Chika Vito enough. Hah - andai dengan mudah Chika mengatakan, mungkin lelaki disampingnya ini sudah menaruh senyum tengil yang menunjukkan bahwasannya dia adalah orang yang gampang besar kepala jika dipuji. Sungguh, itu yang menjadi ciri menyebalkan Vito. Meskipun pada akhirnya Chika pun suka. "Sadar enggak sih? Banyak hal yang udah dilewati bareng-bareng. Dari saling gengsi, gue yang barangkali nyakitin lo berkali-kali, lo yang sabar mencintai gue, nunggu gue dan akhirnya saling jujur, sampai kita sekarang. Lama juga yah? Kayaknya gue enggak expect bakal sampai di titik ini deh Drun." Ucapnya, sesekali Chika terkekeh jika saja harus mengingat bagaimana perjalanan dia dan Vito hingga sampai pada titik dimana keduanya saling menghubungkan perasaan.

Y . O . U . R . S  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang