. sembilan belas .

448 64 34
                                    

🍁

Enggak perlu khawatir.
________________


"Enak dong lo berduaan."

"Enak sih, kapan lagi kan gue berduaan sama cewe lain pas enggak ada elo?" Chika berdecih mendengarnya, meskipun pada akhirnya ia ikut tertawa bersama Vito, entah apa yang seharusnya di tertawakan? Tapi rasanya lucu saja.

"Trus gimana?" Vito berdekhem kecil di sebrang sana, mengubah posisinya menjadi tengkurap, Chika mampu melihat bagaimana Vito berusaha mengubah posisi yang nyaman untuknya berceloteh tengah malam ini, ya, selalu saja begitu. Pun dengan Chika yang sibuk menghapus meka-up tipisnya, telinganya mendengar setiap kalimat yang Vito lontarkan, beberapakali mereka pun saling melontarkan tawa juga cibiran yang terdengar begitu lawak.

Banyak yang mengatakan, begini ; seseorang akan merasa sangat bahagia ketika berada bersama orang yang tepat, dan juga seseorang akan merasa nyaman karena cinta yang tepat.

Mungkin itu menjadi template yang seringkali Chika dengar, namun memang begitu adanya. Ia bahagia. Bersama seorang Vito rasanya ia mampu menjadi dirinya sendiri tanpa harus mengubah apapun, bersama Vito sedikit luka ataupun khawatir yang ditawarkan, sebab lelaki itu selalu terbuka dengannya. Ya, sama seperti sekarang, bagaimana bibir tipisnya sedari tadi membuat banyak kalimat yang terdengar begitu menyenangkan untuk menyingkirkan sedikit rasa bosannya ditengah malam. Ah, Sesederhana itu namun ada perasaan yang selalu sulit diungkapkan lewat kata-kata.

Teorinya memang begitu, Vito selalu ingin membuat Chika bahagia bersamanya, selalu. Bahkan ketika dirinya sedang tak bersama dengan lelaki pemilik nama belakang Fabumi ini, Chika mampu merasakan itu.

Ada banyak hal kecil yang mungkin jika pasangan lain tidak akan diceritakan. Namun berbeda dengan Vito yang menceritakan segalanya pada Chika dari A-Z, sekalipun itu terdengar tidak penting bagi Chika. Tapi, sungguh Chika menyukai Vito yang seperti itu, meskipun terkesan menyebalkan pula, namun tak dapat dipungkiri bahwa lelaki itu memang se-menyenangkan itu vibes nya.

Katanya ; kejujuran adalah yang utama. Entah Vito yang terlampau jujur, atau dia memang hanya sekedar ingin menceritakan tentang apa yang terjadi padanya, terutama tentang pertemuannya dengan sang mantan.

Meski begitu, Chika suka.

"Nah, trus pas gue mau balik dia tiba-tiba dua manggil gue trus nanya, drun lo cinta enggak sama Chika?" Sorot matanya fokus pada seseorang di sebrang sana yang tengah berbicara panjang lebar mengenai hal yang terjadi hari ini. Tentu—persolan pertemuannya dengan Amirah Fatin—seseorang yang baru hari ini Chika tau namanya, yang hari ini baru Chika ketahui pula bahwa gadis itu adalah mantan pertama Vito. Tangannya ia tumpu untuk menyangga dagunya, telinganya sedari tadi mendengarkan celotehan-celotehan kecil Vito yang entah mengapa malah terdengar menggemaskan.

"Ya, gue kaget dong, kaya—ngapain dia nanya gitu?"

Senyum simpulnya mengembang, ia menarik toples berisi keripik kentang BBQ-nya. "Trus lo jawab apa?"

"Ya gue jawab gue cinta lah sama lo, banget malahan. Udah gila kali kalo enggak dapetinnya susah." Ucap Vito dengan sedikit kesal diseberang sana, Chika tertawa kecil padahal seharusnya dia kesal mendengar lelakinya menceritakan tentang mantan pacarnya di hadapannya, bahkan secara terang-terangan. Namun, entah mengapa dia suka, ya—suka dengan cara bagaimana Vito menceritakannya, atau tentang bagaimana Vito dengan tegas mengatakan bahwa dia mencintai seorang Yessica Tamata Yosadana. Rasanya bahagia, sesederhana itu memang. Ada perasaan yang selalu ingin Chika sampaikan, namun dirinya sangatlah gengsi, apalagi persoalan cinta-cintaan yang keduanya pun sama-sama selalu enggan mengatakan cinta satau sama lain. Namun malam ini rasanya bahagia mendengar bahwa seorang Alvito Atalanta Fabumi mencintai nya, bahkan dengan sangat jelas mengatakan pada wanita lain. Ah, bagaimana mungkin Chika tidak merasa tersanjung akan hal itu?

Y . O . U . R . S  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang