ʙᴇɢɪɴɴɪɴɢ

6.2K 298 81
                                    


◑◐──start

Jeno hancur berkeping-keping, dunianya runtuh. Berandai jikalau dirinya adalah kaca, maka ia tak ada bedanya dengan serpihan kaca yang remuk.

Ia kehilangan wanitanya, rumahnya, sandarannya, semestanya, cinta pertama dan terakhirnya. Karina-nya pergi, untuk selama-lamanya.

Di depan ruang operasi, Jeno terduduk lemas di sana. Beberapa saat yang lalu, dokter beserta perawat dan suster yang menangani istrinya keluar dengan wajah bermuram.

"Kami segenap hati, meminta maaf yang sebesar-besarnya. Maaf, Pak Jeno. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan punya kehendak sendiri. Istri anda tidak bisa diselamatkan, kami hanya mampu menyelamatkan bayinya saja.

Karina Yasmine, waktu kematian 22 Desember, pukul 22.12 WIB."

kilas balik ▫️)
Two Days Before,
"Mas Jeno...." sang istri memanggilnya. Jeno pun menoleh pada istrinya yang bersandar di pundaknya. "Kenapa, hm?" balasnya.

"Kita buat nama anak yuk, kan persalinan aku tinggal menghitung hari." ajak wanita cantiknya. Jeno tersenyum sabit, "Ayo, kamu sudah punya usulan?" tanyanya. Istrinya itu mengangguk lucu, "Kata dokter kan, kemungkinan besar calon bayi kita jenis kelaminnya laki-laki. Jadi, aku mau ngasih nama Eric." jawabannya ceria. Jeno mengangguk-anggukkan kepalanya, "Nama yang bagus. Kalau boleh tau, apa alasan kamu ngasih nama Eric?"

Mendengar pertanyaan yang terucap dari bibir suaminya membuat Karina bersemu merah, "Ugh.... semenjak hamil kan, aku lagi suka-sukanya sama boygroup. Ada nih, salah satu member boygroup yang aku sukain, namanya Eric. Eric ganteng, mirip sama Mas." jawabnya mencicit. Jeno terkekeh kecil, istrinya itu benar-benar menggemaskan, pikirnya.

"Gantengan saya atau Eric? jangan-jangan kamu bilang Eric mirip sama saya karena ada something." tak usah ditanya, menjahili sang istri memang hobinya Jeno. Karina merengut lucu, "Ihh enggak ya!! yaiyalah gantengan kamu!!!" pekiknya. Jeno tergelak, menjahili dan membuat istrinya merengut lucu adalah kesenangannya. Dicurinya satu kecupan singkat di ranum sang istri, "Makasih, saya memang ganteng." ucapnya percaya diri. Karina tak membalas apa-apa, katakanlah ia merajuk. Biasa..... suasana hati seorang ibu hamil tidak bisa diprediksi.

asterism.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang