tahun pertama bintang kecil

564 99 7
                                    


Jam dinding berdenting panjang menandakan waktu yang tepat tengah malam. Mendengar dentingan jam yang berdengung nyaring, membuat Jeno yang tengah mengarungi alam mimpi lantas terbangun. Kelopak ganda yang menutup itu perlahan terbuka dan mengerjap, menampilkan manik bundar dengan iris legam bak langit gulita.

Setelah sekian menit lamanya memproses dan mengumpulkan nyawa, pria dengan nama belakang Fatahillah itu perlahan bangkit dari posisi terlentangnya──mengubahnya menjadi duduk bersila. Manik legamnya menilik jam dinding yang tergantung apik pada tempatnya, jarum jam yang terus berotasi seiring dengan bunyi dentingan itu merujuk pada angka 12 lewat 7.

"Udah tengah malem....." gumamnya pelan.

Beralih dari jam, kini atensi maniknya tertuju pada sebuah kalender yang bertempat di atas meja nakas. Sekarang tanggal 22 bulan ke-12 tahun 2021, singkatnya 22 Desember 2021. Tanggal itu, menjadi saksi bisu perihal datang dan pergi yang menjadi bagian dari kisah hidup seorang Al-Jeno Fatahillah.

22 Desember, tanggal yang menjadi saksi atas dua peristiwa di satu waktu. Pada tanggal itu semuanya terjadi, kedatangan bintang kecilnya diiringi dengan kepergian cintanya.

Di tanggal ini, terhitung satu tahun sudah bayi Eric melihat dunia, dan satu tahun pula berpulangnya Karina ke pangkuan Tuhan.

Manik legamnya memanas, memproduksi kelenjar lacrima dalam jumlah yang berlimpah. Tanpa diinginkan, tetes demi tetes air mata turun berkejaran dari pelupuk mata Jeno. Mengingat peristiwa satu tahun silam, membuat Jeno sesak luar biasa. Namun di samping itu, ia juga merasakan bahagia yang teramat besar.

Jeno menghembuskan nafasnya pelan, kini fokus atensinya jatuh pada dua objek. Yakni, figura potret cantik Karina dan keranjang bayi milik Eric. Entah mengapa, air matanya semakin deras mengalir kala manik legamnya bersitatap dengan potret Karina yang tersimpan apik di dalam figura gantung. Dengan tubuh yang bergetar, ia menundukkan kepala dan memejamkan mata, disusul juga kedua tangannya ia tadahkan. Dalam bisik nan lirih, Jeno panjatkan doa-doa untuk Karina-nya tercinta. Jangan tanya apa doanya, biarkan itu menjadi rahasia Tuhan dan dirinya sendiri.

Seusai berdoa, Jeno pandangi potret sang istri dengan pancaran manik yang sendu. "Karina..... terhitung sudah satu tahun berlalu sejak kepergian kamu. Nggak terasa ya, rasanya baru kemarin saya duduk lemas di depan ruang operasi waktu dokter bilang kamu nggak bisa terselamatkan. Dalam kurun satu tahun terakhir, hidup saya hampa tanpa kamu. Meskipun hadirnya Eric mampu mengobati, nyatanya saya tetap merasa kehilangan. Saya tau, saya egois. Mengharapkan kamu kembali selalu menjadi permohonan doa saya setiap kali bersujud, namun seiring berjalannya waktu doa saya berganti menjadi permohonan agar kamu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Baik-baik di sana ya, sayang. Sampai kapanpun, saya akan selalu mencintai kamu. Saya cinta kamu, Karina Yasmine Fatahillah." lirihnya dalam senyap.

Dirasa puas bercakap dengan potret sang istri, obsidian gandanya beralih tatap pada keranjang bayi Eric. Perlahan ia turun dari kasur, kakinya melangkah──membawa raganya mendekati keranjang bintang kecilnya.

Sesampainya di hadapan keranjang bayi Eric, Jeno dapati anak semata wayangnya itu terlelap dengan damai. Wajah polos si kecil saat tengah menjelajah alam mimpi sangatlah menggemaskan, belum lagi dengkuran halus dan perutnya yang naik turun secara konstan karena bernafas dengan stabil. Melihat kondisi bintang kecilnya sekarang, membuat Jeno mau tak mau mengulas senyum bahagianya.

Tangan besarnya tergerak, kemudian jatuh pada pipi tembam bayi Eric. Dengan gerakan yang halus, diusapnya lembut pipi mochi sang buah hati. Kepalanya merunduk, ia dekatkan bibirnya dengan daun telinga si kecil. "Selamat ulang tahun, bintang kecilnya Ayah. Selamat untuk tahun pertamamu di dunia, sehat dan bahagia selalu ya nak. Ayah harap kamu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan ceria, seluruh kebaikan di semesta akan melingkupi setiap langkah kakimu. Ayah akan selalu menyayangi kamu, sampai kapanpun." bisiknya yang begitu lirih. Setelahnya ia antarkan satu kecupan lembut dan hangat di kening Athalla kecil dalam sekon yang lama.

asterism.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang