Selama dua minggu belakangan, Jeno disibukkan dengan urusan ini dan itu yang menyangkut masalah pembukaan cabang baru restaurant-nya di luar kota. Kesuksesan besar, cabang baru terus bertambah dengan Renjun sebagai orang yang selalu mendukung Jeno dari belakang.Dua minggu berkutat dengan kesibukan, selama itu pula Jeno tak punya waktu untuk bintang kecilnya. Pada dua minggu itu, bayi Eric lebih banyak tidur dan berdiam diri saat ikut keluar kota dengan ayahnya. Seakan paham bahwa sang ayah tidak punya banyak waktu untuknya, makhluk mungil itu hanya sedikit merengek dan berceloteh untuk sekedar memberitahu bahwa ia lapar dan tidak nyaman dengan popoknya.
Lelah mengurus semuanya di minggu-minggu sebelumnya, untuk minggu kali ini Jeno izin tidak datang ke restaurant karena ingin beristirahat dan bermain-main dengan bayi Eric. Minggu ini, akan ia khususkan waktunya untuk sang buah hati sebagai gantian waktu yang sempat tersita di hari-hari kemarin.
Kini, ayah dan anak itu duduk di lantai ruang tengah setelah melakukan sarapan sebelumnya. Berbagai macam mainan milik si kecil mengelilingi mereka, diantaranya mobil-mobilan, kereta api Thomas, truk pengangkut pasir, balok tumpuk warna-warni, boneka we bare bears, puzzle, little xylophone, bola lembut, lintasan bayi pinguin, dan masih banyak lagi. Pokoknya semua mainan yang ada di kotak penyimpanan dikeluarkan semuanya oleh Jeno.
Bintang kecil itu bertepuk tangan antusias melihat semua mainannya dikeluarkan oleh sang ayah. Bukan hanya itu, ia juga berguling-guling sebagai bentuk sorak sorainya. "nan!! yah!! hihi~"
Melihat antusiasme sang anak yang sampai segitunya, membuat Jeno mau tak mau terkekeh manis karenanya. "Ahahaha~ iya sayang, kita main ya. Eric main sama Ayah, bremm breem~" ujarnya sembari menjalankan mobil-mobilan di kaki mungil bayi Eric.
"ain!! bil, leta, ola, jel, tung-tung, piuin, nyak!!"
"Iya~ kita mainin semuanya, ya."
"eyy~ ain mua!!!"
"Duh..... seneng banget kayaknya, kalau gitu poppo dulu sini." Jeno menyodorkan pipi kirinya pada bayi Eric.
"ppo!! ppo!! muach!" bibir tipis si kecil mencium pipi ayahnya sampai berbunyi.
"Waduh! pipi Ayah jadi basah."
"cah....? pi cah yah!! hihihi~"
Jeno tersenyum bulan sabit, hatinya menghangat setiap mendengar tawa lucu bintang kecilnya.
"Karina, anak kita sudah semakin besar. Tumbuh dan kembangnya yang secara bertahap menunjukkan perubahan yang signifikan. Buah cinta kita tumbuh menjadi anak yang ceria, sayang."
"Okey, sekarang Eric mau main apa hm?"
"jel, ain jel!!" bayi Eric mengambil set puzzle huruf dan angka yang ada di dekat kakinya.
"Eric mau main puzzle, iya?" tanya si ayah memastikan.
Si kecil mengangguk semangat, "jel!! jell!!" ucapnya.
"Okey-okey~ kita bakal main puzzle!!"
Pasangan ayah dan anak itu mulai menyusun puzzle ke tempat yang sesuai. Sesekali Jeno akan menegur bayi Eric jika meletakkan potongan puzzle ditempat yang salah, dan hal itu direspon tawa tak bersalah dari si kecil.
"Salah, nak. Huruf É ditaruhnya di sini." Jeno mengambil alih puzzle berbentuk huruf É yang bayi Eric pasang secara paksa pada tempat puzzle berbentuk huruf F.
"eung.....? lah?"
"Iya, salah."
"hihihi~ lah!!"