ᴇɴᴅɪɴɢ

1.5K 108 17
                                    


Hari ini sekolah Eric menyelenggarakan peringatan ‘Hari Orang Tua Sedunia. Sebagai bentuk penyelenggaraan, pihak sekolah membuat pentas seni sederhana dan menjadikan anak-anak muridnya peserta. Pentas seni tersebut akan dipertunjukkan kepada para orang tua yang mereka undang untuk datang ke sekolah.

Sekolah taman kanak-kanak itu benar-benar sibuk, para guru bahkan kepala sekolah yang merangkap jadi panitia berlalu lalang demi mengurus ini dan itu untuk hasil yang sedemikian rupa. Sementara para guru sibuk mengurus persiapan acara, murid-murid ada didalam kelas melakukan gladi bersih latihan untuk pertunjukan mereka.

Eric dan teman-teman kelas sibuk berlatih untuk pertunjukan masing-masing, ada yang menari, menyanyi, membaca puisi, dan lain sebagainya.

Dengan pensil yang ada di genggamannya, Eric menulis rentetan kalimat di atas selembar kertas warna-warni yang didapatkannya dari Nako. Ketika teman-temannya yang lain berlalu-lalang mengitari kelas untuk berlatih sekaligus menghilangkan gugup, maka Eric hanya duduk manis di bangkunya sembari merangkai bait kata menjadi kalimat sederhana. Tidak ada yang tahu──kecuali Tuhan, entah apa yang akan Eric persembahkan nanti.

"eyik~" dua suara memanggil sang pemilik nama secara bersamaan.

Mendengar namanya dipanggil, lantas Eric menghentikan kegiatan menulisnya──lalu mendongak untuk melihat si pemanggil, yang ternyata adalah Somi dan Nako. "iya?" respon sederhana Eric berikan untuk kedua teman perempuannya.

"coba liat, kami cantik ndak?" Somi dan Nako memutar tubuh mereka dihadapan Eric, kedua gadis kecil itu menunjukkan sesuatu yang ada pada diri mereka.

Di atas kepala Somi, ada sebuah mahkota yang terbuat dari kertas origami berwarna merah muda. Sedangkan Nako, di atas kepalanya terdapat bando sayap yang terbuat dari kertas origami berwarna putih.

Eric mengernyitkan keningnya, sebelum bersuara kembali. "kalian lagi pakai mahkota, ya?" tanyanya.

"hu'um!! nako jadi peli, terus somi jadi puteli kelajaan." jelas Nako dengan nada ceria.

"kami buat sendili lho mahkotanya~" timpal Somi.

Dua teman perempuannya ini sangat menggemaskan, pikir Eric dalam diam. Lantas ia tersenyum, kemudian bertepuk tangan antusias sebagai bentuk apresiasi terhadap dua gadis kecil dihadapannya. "woww~ hebat, mahkotanya bagus, kalian yang pakai jadinya cantik." tuturnya manis.

Ya.... Eric memang diajarkan Jeno untuk memberi apresiasi dan pujian terhadap siapa pun yang menunjukkan suatu usaha padanya, tak peduli sekecil apapun usahanya. Jeno menanamkan nilai-nilai menghargai dalam diri Eric sejak dini, oleh karenanya anak itu selalu bertutur manis ketika memuji seseorang.

Penuturan manis yang Eric lontarkan membuat Somi dan Nako tersenyum senang, "hihihi~ telimakasih pujiannya, eyik." balas mereka berbarengan.

"oh iya, kami buatin mahkota juga buat eyik." Nako menyerahkan sebuah mahkota yang terbuat dari kertas origami hitam kepada Eric, yang tentunya diterima dengan senang hati oleh Eric. "wah~ kelen!! telimakasih nako, somi."

"kembali kasih, eyik~"

"coba eyik pakai, somi mau liat." pinta Somi.

Eric mengangguk, mahkota origami hitam itu ia pasang di atas kepalanya. "gimana? bagus ndak?"

"bagus banget!!! eyik jadi ganteng hihi~" puji Nako.

"ihh jadinya cocok dong!! ada putli somi, peli nako, dan laja eyik!!!" pekik Somi gembira.

Eric bergaya bak Raja, dan kedua teman perempuannya mendalami peran masing-masing. Ketiganya asyik bermain-main, hingga ibu wali kelas masuk ke dalam kelas dan menginterupsi mereka dan para murid lainnya.

asterism.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang