Eric berlari keluar rumah, langkah kakinya yang kecil namun cepat itu membawa tubuhnya menuju pekarangan rumahnya. "ayah~ yyo ke aman!!" pekiknya bersemangat."Iya tunggu sebentar, Ayah nyiapin perlengkapan kamu dulu!!" balas Jeno dari dalam. Ayah tunggal itu masih sibuk mengurusi tas kecil untuk perlengkapan si kecil.
Mendengar balasan sang ayah, batita lucu itu mengangguk-angguk. Lantas ia mengambil duduk di pelataran rumah untuk menunggu ayahnya merampungkan persiapan.
Selama duduk, manik hazel-nya mengedar pandang ke seluruh penjuru lingkungan rumahnya. Banyak objek dan benda yang menarik perhatiannya, mulai dari bunga, pohon, rerumputan, kupu-kupu yang sempat hinggap di batang pohon, kawanan lebah yang mengerubungi bunga, mobil ayahnya, dan lain sebagainya.
"woo! unga-na miyip diuku eyik!!" antusiasme Eric muncul ketika melihat bunga matahari yang merekah sempurna di sudut pekarangan rumahnya, bunga itu milik Karina yang dijaga Jeno sampai sekarang, ngomong-ngomong. Bagi Eric, bunga yang dilihatnya itu sama persis dengan gambar bunga yang ada di buku ceritanya.
"hihihi~ da pupu!!"
"bah nyak, hiy~"
"hon bechal, eyik cil."
"bil ayah bechal, nda miyip thama puna-na eyik...."
Bibir tipisnya berceloteh setiap menatap suatu objek, reaksi yang diberikannya tak jauh dari kekaguman, kebingungan, dan gumaman pelan.
"hee~ tu....... thiapa?" Athalla kecil itu bergumam kecil saat maniknya bersitatap dengan seorang bayi perempuan yang ada didalam baby stroller──didepan rumah yang berseberangan dengan rumahnya.
Karena penasaran, kaki-kaki kecilnya melangkah mendekati bayi perempuan itu. Eric keluar dari pagar dan berjalan menuju rumah seberang, "allo~ amu thiapa? aku eyik." sapanya ceria.
Bayi perempuan itu menatap Eric dengan tatapan polosnya, sesekali kelopak matanya berkedip lucu. "hum....? hihihi~" responnya yang tersenyum dan tertawa setelahnya, membuat Eric ikut tertawa karenanya.
"hihihi~ amu luchu!!" puji Eric.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita keluar dari rumah. "Anak mama— eh? ada siapa ini?"
"allo~ aku eyik!!"
"E-eyik?"
"no no, taphi eyik."
"E...... ric?"
"yya, eyik!!"
"Oh..... namanya Eric? hai Eric~"
"hihihihi allo~"
Wanita itu terkekeh kecil atas perilaku sopan dan ceria dari batita laki-laki yang bersama dengan bayinya. Refleks, tangannya tergerak untuk mengelus surai Eric. "Duh..... pinter banget sih Eric~" pujinya.
"hihihi~ eyik pintel!!"
"Ahahaha— iya, Eric pinter. Oh iya, rumah Eric dimana nak?" tanyanya.
"mah eyik di-thitu~" Eric menunjukkan rumahnya yang ada diseberang.
"Wah, rumahnya di sana ya?"
"hu'ung, mah eyik yang itu~"
"Sayang— eh, ada siapa nih?" seorang pria ikut keluar dari rumah, ia sedikit kaget saat menemukan istri dan anaknya bersama seorang batita laki-laki.
"Namanya Eric, Mas. Anak tetangga seberang rumah kayaknya, soalnya dia bilang rumahnya ada diseberang." jelas sang istri. Si suami mengangguk-angguk, "Oh, gitu~ ngomong-ngomong, Mas nggak asing sama mukanya, mirip siapa ya?"