Waktu terus berjalan, hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, dan bulan menjadi tahun. Tak terasa, kini Eric telah berusia 3 tahun. Kemarin, ia baru saja merayakan hari ulang tahunnya bersama sang ayah dengan mengundang tetangga seberang rumah a.k.a keluarga Jungmo dan anak-anak sebayanya yang tinggal di sekitaran komplek perumahan.Tidak perlu dijabarkan, sudah pasti bintang kecil itu senang atas perayaan hari penambahan umurnya. Ditambah lagi dengan banyaknya teman baru, kepalang senang Eric dibuatnya.
Karena ulang tahun tidak akan jauh dari yang menyangkut hadiah, Jeno lantas memberi satu keinginan pada bintang kecilnya yang akan ia usahakan agar bisa terealisasi sebagai bentuk hadiah darinya. Maka, di hari yang bukan akhir pekan ini Eric menagih hadiah ayahnya dengan keinginan untuk melihat gajah.
(°kilas balik ▫️)
Jeno mengusap-usap puncak kepala Eric dengan tangan besarnya, ia baru saja menyelesaikan sesi pembacaan dongeng sebagai pengantar tidur untuk bintang kecilnya itu. Eric kecil mulai merasa kantuk karena usapan lembut sang ayah, matanya mulai memberat dan mungkin saja akan terpejam beberapa detik lagi.Sebelum itu benar-benar terjadi, Jeno sempatkan untuk menanyakan sesuatu pada si kecil terlebih dahulu. "Eric, bintang kecilnya Ayah....." panggilnya.
Eric yang hampir memejamkan matanya lantas urung, "hum.....? iya yyah?" responnya dengan wajah yang kentara sekali menahan kantuk.
Ayah dari Athalla kecil itu tersenyum samar, "Hari ini kan hari ulang tahunnya Eric, jadi Ayah mau ngasih hadiah buat kamu."
"adiyah......? adiyah itu apha yyah?"
"Hadiah itu..... adalah sesuatu yang ditujukan dalam bentuk pemberian dari seseorang kepada seseorang dengan tujuan memberi tanpa meminta imbalan, paham?"
"nda..... ayah mong apa?"
"Hahahaa~ nggak, nggak apa-apa. Oh iya, jadi Eric mau hadiah apa? Ayah bakal usahain buat ngabulin keinginan Eric."
Mendengar penuturan ayahnya, lantas Eric memasang wajah berfikir. Manik hazel-nya menatap langit-langit kamar, jari telunjuk mungilnya mengetuk-ngetuk dagu menandakan tengah mempertimbangkan sesuatu. Sekon demi sekon berlalu, manik ganda Athalla kecil itu masih betah menatap langit-langit kamar hingga akhirnya ia alihkan pandangan──yang kemudian menjadi tertuju pada buku dongeng di tangan sang ayah. Di detik berikutnya ia tersenyum, "eyik maw iat gajahh!!!" serunya bersemangat.
"Ah iya? Eric mau liat gajah??" tanya Jeno memastikan.
"hu'um, gajah!!" jari telunjuk nan mungil itu menunjuk sampul buku dongeng yang bergambar gajah.
Jeno tersenyum, "Okey~ besok ya kita liat gajah di kebun binatang, sekarang Eric bobo dulu ya."
"yeayy iat gajah~ maacih yyah!!!"
"Kasih kembali, bintang kecilnya Ayah....."
Tidur dengan suasana hati yang terlampau baik, Eric merasakannya malam ini.
(°kilas balik ▪️)Di sinilah Jeno dan Eric sekarang──di kebun binatang yang letaknya di pinggiran kota, sepasang ayah dan anak itu berkeliling area kebun binatang dengan arahan dari petugas.
Banyak kandang dan penangkaran hewan yang mereka lewati, namun satu pun tak ada yang mampu mengambil perhatian Eric. Lantaran ingin melihat gajah, oleh karenanya Athalla kecil itu hanya berfokus pada keinginannya saja.
Setelah beberapa menit menyusuri jalur di area kebun binatang, akhirnya ayah dan anak itu sampai di depan penangkaran gajah.
"gajah!! gajah!!" Eric memekik senang, jari telunjuk mungilnya menunjuk-nunjuk kawanan gajah yang sedang memakan rerumputan. Jeno terkekeh manis, rasanya sangat bahagia melihat bintang kecilnya yang begitu bersemangat.
"dung gajah njang, teyina-na yebal, badan-na becal, gajah mam yuput!!" celotehan itu bersumber dari belah bibir Eric.
"Belalai, bukan hidung." koreksi Jeno yang sedari tadi menyimak setiap celotehan sang anak.
Salah seekor bayi gajah mendekat pada Jeno dan Eric, hal tersebut membuat Eric sangat antusias. "ayah!! gajah-na kethini!!!" girangnya.
Bayi gajah yang mendekati mereka berhenti tepat dihadapan Jeno dan Eric. Tidak apa, diantara gajah dan ayah-anak itu terdapat kaca pelindung sebagai penghalang dan keamanan.
"allo gajah~ aku eyik!!" pintar sekali bintang kecil itu menyapa gajah dan memperkenalkan dirinya. Gajah dihadapannya menggeru, seakan membalas sapaannya.
Jeno terkekeh, begitu juga dengan petugas dan pengunjung lainnya. Athalla Eric Fatahillah itu terlalu menggemaskan, mereka tidak kuat.
"Teruslah ceria dan bahagia, nak. Ayah senang melihatmu seperti ini."
note. agak tijel, tapi yaudahlah───TRABAS!!
To be continued..........