Tiga

38 9 0
                                    


🍳🍳🍳🍳

Duduk di kursi belajar yang terletak di dalam kamarnya, jam menunjukkan waktunya makan malam. Namun tak terbesit sedikitpun untuk makan malam bersama keluarganya di bawah.

Bukannya tak ingin, ia hanya ingin belajar. Ia takut nilai-nilaimya akan turun dan membuat kecewa sang Papah.

Suara ketukan pintu mengalihkan fokusnya.

"Masuk."

Pintu terbuka, Ain masih belum beralih dari buku-bukunya. Aileen dia membawa nampan berisi makanan, dan air putih untuk Adiknya.

Aileen berdecak. "Makan! Kenapa gak turun makan bareng? Kamu ini belajar terus, jangan dibawa serius gini banget, Dek."

Ainsley meletakkan penanya di meja, menatap Abangnya yang duduk di sofa dekat jendela kamarnya.

"Jangan dibawa serius? Mana bisa, aku bukan Abang. Kita beda," ucap Ainsley bangkit dan berjalan mendekati Abangnya.

Ainsley mendudukkan bokongnya, menatap Abangnya yang membuang nafas gusar.

"Kenapa buang nafas?" tanya Ainsley mengambil piring yang berada di nampan.

"Kita gak beda, kita adik kakak. Aku sama kamu juga anak kandung Mamah dan Papah, gak ada yang beda, Dek," ucap Aileen.

"Oh ya? Kalau gitu kenapa perlakuan mereka beda, ya? Abang tau alasannya?" tanya Ainsley santai.

Ainsley meletakkan piringnya kembali ke nampan, dan meminum air putih.

"Kenapa gak makan? Kamu belajar juga butuh tenaga kan," ucap Aileen.

"Pedas." Ainsley bangkit dan kembali duduk di meja belajarnya.

Perutnya keroncongan, tapi jika dipaksakan makanan yang ia tidak suka rasanya, itu juga akan semakin menyiksa.

"Sepertinya mereka beneran lupa, deh kalau aku ini anaknya juga," ucap Ainsley.

Aileen berjalan mendekat ke Adiknya. "Mamah mungkin gak inget, Dek. Udah tua, jadi maklum."

"Kalau lupa, kenapa setiap makanan yang Mamah masak selalu pedas? Itu namannya bukan lupa, tapi emang sengaja masak pedas."

"Padahal putrinya ini gak suka pedas," lanjut Ainsley.

"Bawa lagi makanannya ke dapur, Bang. Kalau aku yang bawa, bisa dimarahin belum selesai waktu belajar udah keluar kamar, makasih udah bawain," ucap Ainsley.

Aileen menatap adiknya, lalu melangkah keluar kamar. Ainsley menatap kepergian Abangnya dengan sayu.

"Ck, miris banget hidup gue. Sepertinya gue gak bakalan bisa ngerasain masakan Mamah."

TBC....

Update! Pendek dulu, vote hayyuk! Jangan pelit, tiggal neken doang susah amat, Neng.

Follow sekalian, hehe

Play Favor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang