Halo, enjoy^_^
Suara berisik yang ditimbulkan dari orang-orang sekitar 'tak mengusik pria itu mengecek ponsel yang dia genggam berulang kali, sesekali bibirnya berdecak kesal kala orang yang ditunggunya tidak kunjung menghampiri. Kekesalannya lenyap saat melihat senyuman manis itu di antara ramainya manusia di sekitar, bagai cahaya yang menghipnotis, mata sipit milik pria tersebut terus terpaku pada satu sosok gadis manis yang berlari ke arahnya.
"Abang!" Gadis itu berhambur memeluk pria yang dia sebut 'abang'
"Hai, cantik. Kamu cantik banget, Ain," puji Aileen sembari tersenyum.
"Ihh, jangan gitu, Ain jadi salthing." Aileen tertawa melihat wajah lucu Ainsley saat berbicara. Hari ini adalah hari kelulusan Ainsley, sebentar lagi gadis itu akan masuk SMA.
"Abang ngapain di sini? Bolos, ya? Ketahuan Papa bisa kena amuk, apalagi sampe ketahuan Mama," ucap Ainsley.
"Enggak, kok. Abang ke sini bareng Mama," kata Aileen sembari tersenyum.
Ainsley kaget sampai tidak sadar matanya sudah hampir mau keluar, apakah Ainsley sedang bermimpi?
"S--serius, Bang?" Aileen mengangguk membenarkan.
"Nahh, itu Mama." Aileen menunjuk Rea dengan dress merah selutut, wanita itu tampil sangat menawan walau usianya tidak lagi muda.
"Mama!" Ainsley berlari menghampiri Rea. Saat ingin memeluk Rea, Ainsley tersadar dan menghentikan niatnya.
Dengan lucu Ainsley mendongakkan kepalanya, menatap Rea yang juga sedang menatapnya. "Boleh peluk gak, Ma?" tanya Ainsley penuh harap.
Tidak menunjukkan ekspresi apapun, tetapi Rea tetap merentangkan tangannya, memberi izin tanpa harus berucap. Ainsley tersenyum cerah, dengan cepat ia berhambur kepelukan Rea, wangi ini yang Ainsley rindukan, dekap hangat ini juga Ainsley rindukan, dan satu lagi ... elusan 'tak terduga di kepalanya membuat Ainsley dejavu ke masa-masa kecilnya dulu.
Mata Ainsley memanas, satu isakan berhasil keluar begitu saja. Inikah akhir semua? Pikir Ainsley. "Ain rindu, Mama," racaunya.
Rea masih membisu, mata cantik itu hanya memperhatikan wajah yang ia tangkup. Mengusap perlahan air mata yang jatuh, lalu mengecup singkat kening anak gadisnya, satu senyum kecil berhasil terbit dan setelah itu Rea kembali menegakkan punggungnya.
Lagi-lagi tanpa mengucap apapun Rea berbalik arah, berjalan menuju mobil yang terparkir di ujung jalan, Aileen tersenyum menatap sang mama lalu beralih menatap Ainsley yang masih termenung menatap punggung indah itu.
"Dek," panggil Aileen.
Ainsley menoleh, lalu tersenyum. "Gapapa, Bang. Mama ke sini cuma meluk sama cium aja aku udah seneng, gak harus hadiri acara sampai selesai."
"Abang susul Mama, gih. Mama pasti udah nungguin di mobil," ucap Ainsley.
"Kalau kamu pulang bawa piala, Abang bakal kasih hadiah, oke? Maaf, ya Abang gak bisa hadiri acara perpisahan kamu, kamu tau sendiri Papah 'kan?"
"Aman, kok Bang, Ain gapapa," jawab Ainsley sembari tersenyum. Aileen membalas senyum itu, tangannya mengusap pelan kepala Ainsley, takut tatanan rambut indah itu rusak jika disentuh terlalu kencang. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya Aileen memeluk Ainsley, lalu menciumi puncuk kepalanya, barulah setelah itu Aileen pamit dan pergi menyusul sang mama.
Sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil, Aileen masih sempat melayangkan kiss jauh. Ainsley tertawa, setidaknya kehadiran mamanya walau hanya sesaat mampu menaikkan moodnya yang hancur tadi, ia pikir keluarganya tidak akan peduli, tapi siapa sangka mamanya datang, yaa walau pun hanya sekedar memberi pelukan dan ciuman langka itu Ainsley bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Favor
Teen Fiction(TIDAK JADI HIATUS, KEMBALI SEPERTI SEMULA. ON GOING!) ~~~~~~~~~~~~~~~ "Ini bukan makanan kesukaan aku, Mah!" "Sampai kapan Mamah gini terus? Sampai-sampai makanan kesukaan aku aja Mamah gak tau!" "Bang Ileen, Bang Ileen, Bang Ileen terus! Akunya k...