Kembali lagi, selamat membacaヾ(〃^∇^)ノ
🍳🍳🍳
Seolah menjadi sahabat baik, sepi selalu saja menghiasi hari-hari dari seorang gadis manis penyimpan beribu luka. Kamar adalah tempat ternyamannya, menghindari perkataan-perkataan yang akan menyakiti hatinya itulah sebabnya ia lebih suka mengurung diri.
Dirinya mulai lelah, rela merendah untuk mendapatkan perhatian kecil dari kedua orang yang sangat ia sayangi, rela melakukan apapun demi mereka. Namun, sejauh ini belum ada yang dia dapat. Masih sama, perbandingan, pilih kasih dan paling menyakitkan adalah penghinaan.
Tok....
Tok....
Tok....
Lamunan gadis itu buyar, menatap pintu kamarnya yang diketuk oleh seseorang.
"Mamah?" Alis tebal Ainsley mengerut heran saat mendapati Rea yang mengetuk pintu kamarnya.
Yaa, mereka sudah kembali berlibur setelah berhari-hari mengukir bahagia tanpa Ainsley. Meninggalkan seorang gadis ringkih penuh luka di rumah megah seorang diri, memaksanya menjadi kuat di antara banyaknya hantaman yang menerpa.
"Turun, makan malam. Mamah masakin makanan kesukaanmu," balas Rea menatap anak keduanya itu.
Masih ingat, kah?
Aisnley hanya mengangguk, lalu menutup pintu kamarnya dan berlalu menuju meja makan.
Keempat mata dari dua orang yang berbeda usia itu beralih menatap dua sosok perempuan yang juga berbeda usia menuruni tangga. Ainsley hanya diam, tidak ada lagi senyum hangat di bibirnya, entah kenapa enggan rasanya menggerakkan bibir kecil itu membentuk senyuman hanya sekedar menyapa kedua orang tuanya.
"Lama sekali," gerutu Marva mendapati Ainsley yang sudah duduk sambil menatap hidangan di meja.
Ainsley mendongak. "Apakah lama sekali? Aku rasa tidak, tapi maaf karena menunggu lama, Pah." Marva 'tak menjawab, dia lebih memilih menyeruput air putih yang sudah disediakan.
"Ini makanan kesukaanmu, Ain. Nasi goreng favoritmu, 'kan?" Suara Rea mengalihkan atensi semua orang, Ainsley yang diajak bicara hanya mengangguk menatap Rea yang sedang menata makanan untuknya.
"Terima kasih," ucap Ainsley saat Rea menyodorkan piring nasi itu.
Mereka kembali sibuk menyantap hidangan masing-masing, Ainsley memperhatikan satu persatu makanan yang tertata di atas meja. Indera penglihatnya sama sekali 'tak mendapati sayur maupun lauk kesukaannya, hanya ada tahu yang dibumbui rempah-rempah lalu digoreng, tumis kangkung dan satu lagi ada ayam pedas manis, dan itu semua adalah kesukaan Aileen.
'Di mana makanan yang katanya sudah dimasak sesuai kesukaanku?'
Suapan pertama nasi goreng itu mendarat di mulutnya, seperkian detik lidahnya terasa panas. Ini sangat pedas!
Segera Ainsley meraih tissue lalu bangkit mendekati tempat penyucian piring, dia memuntahkan apa yang belum sempat ia telan tadi. Selesai memuntahkan nasi goreng tadi, dia kembali ke meja makan, meraih segelas air lalu meminumnya hingga kandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Favor
Teen Fiction(TIDAK JADI HIATUS, KEMBALI SEPERTI SEMULA. ON GOING!) ~~~~~~~~~~~~~~~ "Ini bukan makanan kesukaan aku, Mah!" "Sampai kapan Mamah gini terus? Sampai-sampai makanan kesukaan aku aja Mamah gak tau!" "Bang Ileen, Bang Ileen, Bang Ileen terus! Akunya k...