MPB | P

6.6K 425 14
                                    

Hihi udah 2 hari gak up, rasanya ada yang bedaaa gitu. Maap ya Bila sibuk bet dirl jadi ya ngadet, hahah tapi HAPPY READINGG!!

Darma sedari tadi mondar-mandir tak karuan karena hendak berbicara pada Aira tentang perpindahan Clara keluar negeri. Namun selalu diurungkannya karena melihat Aira yang hanya diam melamun dengan tangan Clara yang digenggamnya dengan erat.

Aira bungkam masalah Saka dengan Clara, Aira bungkam tak mengatakan yang sesungguhnya. Putranya sendiri malah menyukai putrinya sendiri, kenapa dunia begitu sempit? Bukankah banyak wanita dan pria lain? Tapi kenapa malah seperti ini?

"Pa, duduk. Ngapain mondar-mandir aihh!" Pekik Carol yang merasa jengah atas sikap Darma itu.

"Sebenernya papa itu_____"

Tok tok tok.

"Permisi, dengan pasien Clara? Dimohon untuk orang tuanya segera keadministrasi untuk melakukan perpindahan ke luar negeri. " Ucap seorang suster yang mampu mengambil kesadaran Aira ketika mendengar nama Clara.

"A-apa? Perpindahan keluar negeri?" Suster itu mengangguk dengan cepat. Aira menatap Darma dengan mata hitamnya.

"Papa jangan ngambil kesimpulan sendiri. Aku Mamanya aku berhak atas Clara pergi atau gak! Gak Sus! Cancel semua! Biar aja anak saya disini." Ucap Aira dengan air mata yang kembali mengalir.

"Loh Ma? Papa kan ngasih usulan supaya Clara bisa cepet pulih Ma," ucap Carol menengangkan sang Mama.

"Gak Carol, sama aja Papa kamu mau misahin Mama sama Clara." Tutur Aira menatap lekat tepat pada manik Darma.

Seperkian detik tidak ada yang bersuara, Suster yang tadi pun ingin angkat bicara juga tak enak. Sampai akhirnya Darma berbicara yang membuat seseorang mungkin akan salah paham.

"Oke. Dicancel kamu emang gak mau kan Clara sembuh, kamu mentingin diri kamu sendiri. Clara memangnya bukan anak ku ha?" Aira mengangguk dengan cepat hendak mengatakan sesuatu namun suara sang putri terdengar begitu menusuk ditelinganya.

"Mama," Aira langsung berbalik. Bukan, itu bukan suara Carol melainkan Clara yang perlahan-lahan membuka matanya.

"Anakku." Aira langsung meringsut memeluk Clara dengan erat, ucapan syukur diucapnya dengan lantang.

"Ya Allah! Terimakasih!" Aira menangis histeris dengan terus mengecup kening Clara dengan bertubi-tubi.

Bahkan Dokter yang baru datang dengan beberapa suster juga mengucap syukur pada Allah yang sudah mengasih keajaiban yang begitu dalam.

"Mama kenapa nangis? Papa kenapa nangis juga? Kak Carol kenapa nangis? Orang Clara cuman tidur bentar kok. " Ucapan Clara mampu membuat Darma dan Aira menangis lagi.

"Iya sayang iya, Clara tidurnya kepulasan sampe hampir lupain Mama ya?" Ucap Aira dengan mengusap lembut pipi Clara.

"Udah Mama gak usah nangis Clara juga ikutan sedih, maaf udah bikin Mama dan semua Khawatir." Bobir pucat itu mencetak senyum yang mampu membuat Aira ikut tersenyum.

"Tidak pernah keajaiban seperti ini terjadi sebelumnya, saya sangat berterimakasih pada Tuhan karena telah menyelamatkan Clara dari maut yang sangat dekat. Clara pun juga sangat kuat mampu menahan sakit yang amat luar biasa itu. Kita periksa sekali lagi ya, setelah itu mungkin keadaan pasien Clara jika lebih baik mungkin dua atau tiga hari bisa pulang melihat kondisi Clara yang sadar dan tidak merasakan sakit atau hilang ingatan." Ucap panjang lebar Dokter yang bername tag Wiliam itu, masih sekitaran berumur 25 tahunan.

"Iya dok terimakasih, Clara anak saya juga kuat bisa melalui semua. Saya harap kejadian itu gak terulang lagi sedih rasanya melihat anak saya terkapar lemah tak berdaya," ucap Darma dan Clara hanya menyimak masih memandang lekat wajah sang Mama yang begitu indah.

Clara pun diperiksa, Darma dan Carol pergi mencari makan karena sudah seharian mereka tidak makan setelah kejadian badan Clara mengejang tadi pagi.

Selesainya Dokter Wiliam izin pamit pada Aira, wajah Aira kini kembali tersenyum lagi. Tidak kosong seperti hampir seminggu ini selalu melamun dan kadang-kadang menangis histeris.

"Ma," panggil Clara karena Aira yang benggong.

"Ya nak?" Ucap Aira lalu membelai pipi Clara lagi.

"Ma Clara mimpi ada perempuan pake baju putih, ngelambai-lambai tangannya kearah Clara dia mau ngajak Clara pergi Ma tapi Clara gak mau. Terus Mama dateng sambil nangis gitu, terus apa ya pokoknya tiba-tiba Clara ada disalah satu kotak gitu gak tau deh apa isinya putih semua Clara nangis nangis minta pulang tapi gak bisa," Clara mengangis dengan keras saat mengatakan ingin pulang tapi tidak bisa.

"Jangan nangis sayang, terus gimana? Mama pengen tau lanjutannya."

"Terus Clara teriak gini, "Clara mau pulang kamu bukan ibuku." Karena Ma ada suara wanita paruh baya itu ngajak Clara pergi, biar gak bisa ketemu Mama sama Papa lagi. Katanya kalian pembohong. Clara jadi binggung."

Ngajak Clara pergi, biar gak bisa ketemu Mama sama Papa lagi. Katanya kalian pembohong. Clara jadi binggung.

Deg.

Aira terdiam seribu bahasa dirinya tidak ngeh saat Clara menceritakan sosok wanita berbaju putih itu.

Tbc.

My Possesive Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang