MPB | L

9.7K 502 18
                                    

Coba sekali-sekali komen yuk,😔

_____________________

"SAK! CLARA KENAPA?!"

"Saka adek kamu kenapa?!" Terdengar nada kedua wanita itu terlihat panik, Saka menghela nafasnya gusar.

"Clara jatuh, gak sengaja kedorong Saka pas lagi berantem Ma. Kepalanya bocor," ucap Saka dengan nada pelan dan menyesali semua.

"Hiks, pa! Clara pa." Isak tangis Aira terdengar begitu jelas diruang tunggu itu apa lagi ditelinga Saka.

"Tenang ma, kita tunggu dokter dulu ya." Ucap Darma menenangkan sang istrinya.

Sedangkan Carol melirik pada Saka dengan sinis, "Lo gak bisa dipercaya Sak. Kalo gue masih SMA sih gue bakal jagain Clara dengan ketat. Gak bakal gue bikin lecet sedikit pun, lah Elo malah bikin Clara luka. Gak terima gue," Sarkas Carol dengan nada mengejeknya.

Saka hanya diam, dirinya diam karena memang benar. Memang benar dirinya lalai dalam menjaga Clara.

"Punya adek kok disakitin, lo tau kan? Seberjuang apa Mama ngelahirin Clara? Lo lupa? Apa pura-pura lupa?" Menusuk dan dalam, kata-kata Carol mampu membuat rulung hati Saka tertusuk.

"Udah kak, gak usah ngomel-ngomel sama Abang." Ucap Aira menenangkan Carol dengan mengusap bahunya tapi tetep saja Carol masih menatap sengit pada Saka.

"Ma, dokternya udah keluar." Tutur Darma menarik pelan tangan Aira.

"Dok gimana anak saya? Apa saya boleh masuk? Lukanya gimana dok?" Pertanyaan cepat Aira membuat Dokter tertawa pelan.

"Anak ibu terkena benturan cukup keras, untung saja cepat dibawa kerumah sakit kalau tidak bisa menimbulkan kekurangan darah yang bisa menyebabkan kematian. Benturan dikepala itu banyak berdampak hal negative. Kita doakan saja semoga tidak terjadi apa-apa kepada Nak Clara, untuk tadi pasien sudah melewati masa kritisnya dan sekarang sudah normal. Boleh masuk namun jangan menggangu istirahat pasien ya, untuk itu harap perwakilan dari bapak-ibu untuk mengatur biaya administrasi dan pasien harus dirawat inap sekitar 3-4 harian, saya permisi." Setelah mengatakan panjanh lebar yang membuat semua yang ada disana dokter tadi pergi diikuti oleh Darma.

Saka, Carol, dan Aira masuk kedalam kamar ditempati oleh Clara yaitu UGD dan belum dipindahkan ke kamar pribadi atau VVIP.

Aira menangis ketika melihat putri bungsunya yang terpapar lemah, terbaring diatas ranjang rumah sakit dengan kepala diperban, selang dihidung, dan infus ditangannya.

"Ra, ini Mama udah pulang Ra. Lo gak kangen? Biasakan kalo Mama sama Papa pulang lo yang paling heboh Ra, bangun yuk. Ntar gue beliin bakso beranak lima porsi deh gak papa yang pedes kali ini, tapi bangun dulu dong Ra." Carol jujur, dirinya tidak bisa melihat adiknya seperti itu. Gadis itu akan lemah jika menyangkut Clara.

Saka hanya diam mematung dirinya berdiri disamping Clara dengan pandangan datarnya. Entah apa yang dipikirkan Saka namun yang jelas hatinya kini berdenyut nyeri, wajahnya memang sedatar triplex namun tak dipungkiri jika matanya memerah, menahan tangis.

Rasanya Saka ingin menghacurkan apa yang bisa dihancurkan, dan berteriak sekeras mungkin. Kenapa tidak dirinya saja yang ada diposisi ini?

Aira yang melihat putranya dengan wajah seperti itu langsung melangkahkan kakinya kearah Saka dan merengkuh tubuh tinggi Saka untuk dipeluk. Bagaimana pun Saka adalah anaknya dan Aira tidak mungkin akan marah pada putranya.

"Mama gak nyalahin Abang, Mama cuman mau ngingetin. Lain kali kamu liat situasi kalau mau kelahi itu, kamu emosi boleh nak. Tapi jangan gegabah kamu emang gak luka tapi adek kamu yang kena. Kamu tau kan sejudes apa pun Clara kekamu kalau liat kamu berantem dia pasti ngelerai karena dia cemas Sak, Mama harap kamu ngerti ya Nak?" Lagi. Rasanya hati Saka dihantam ribuan batu saat ini, seakan semua ini kesalahan Saka namun jika ditampik juga tidak benar.

"Maaf Ma," ucap Saka dengan lidah kelu yang berusaha berucap.

Carol sudah diam, dirinya terus memengang tangan Clara dan menyenderkan kepalanya disamping ranjang, sedangkan Aira dan Saka duduk dikursi.

"Bentar lagi Clara bakal dipindahin ke ruang VVIP ma," ujar Darma yang baru saja datang.

"Iya pa,"

_________________

"Lo kalo ada masalah ngomong sini sama gue anjing!" Setelah mengatakan hal itu Gilang langsung memberikan pukulan kuat tepat pada Rahang seorang anak SMK YANI.

"ANJING! BANTU WOY!" Pekik Pria itu yang biasa dijuluki Langit, yang lain langsung menyerang Gilang tapi dibantu oleh Wawan, Anji, Oji, dan Ares.

Bugh!

"Huh?! Jatoh lo?! Haha geli gue nama Langit tapi rendah orangnya!" Sarkas Gilang yang langsung menginjak pangkal paha Langit.

"Argghh! Anjing sakit!" Langit berusaha menyingkirkan kaki Gilang namun tidak bisa.

"Lo ngaku gak kalo lo yang jadi PAPARAZI KITA?! NGAKU GAK LO!!"

"ARRGHH! BBUKAN GUE!!"

"Heh! Diem lo pada! Diem ditempat gak?! Kalo gak gue bikin cacat seumur hidup ni ketua geng lo yang rendah ini?!" Gilang kali ini tampak berwibawa, tidak cengegesan seperti biasanya. Ares yang telah menumbangkan tiga komplotan anak gak jelas itu hanya bisa diam menonton, tapi jika diserang maka Ares akan maju.

"Bukan gue! Gue bilang bukan ya bukan! Lo gak percaya! Paparazi apaan coba?! Gue aja gak tau!" Gilang menoleh kearah Oji yang malah mengangkat bahunya.

"Bohong lo anjing!" Tepat saat Gilang ingin menginjak aset berharga Langit suara peluit satpam terdengar.

"WOY KALIAN NGAPAIN MAEN KEROYOKAN?! GUE LAPORIN POLISI NI! MINGGAT GAK LO PADE?!!" Satpam itu berteriak sambil mengangkat tongkatnya.

"Kabur coy! Kabur! Bapaknya Wawan dateng!" Sontak Anji, Ares, Wawan, dan Gilang langsung menjalankan motor mereka.

Ares masih belum melajukan motornya, dirinya diam sebentar menatap Langit yang kesakitan. Sebelum benar-benar pergi Ares mengeluarkan serigai mengerikan yang bisa dilihat oleh Langit bahwa itu sebuah ancaman.

Kita tunggu saja Ares akan berbuat apa.

"Kabur! Ada pak Hendra!"

"Gue jangan ditinggalin cok!" Pekik Langit yang mencoba bangkit.

"Ayo! Ayo naik cepet!"

"HEH KALIAN ANAK ANAK NAKAL MAU KEMANA?! KENAPA PADA LARI?!!" Pak Hendra yang ngos-ngosan merengut kesal dengan bibir yang komat-kamit.

"Awas aja sampe ada tawuran disini, udah tau ini belakang sekolah kasian kalo ada anak yang gak sengaja lewat sini dan ketemu mereka yang lagi tawuran."

Tbc.

My Possesive Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang