MPB | V

5.9K 352 35
                                    

Spam komen lagi yukkkk
Oh ya jangan lupa follow akun wattpad-ku ya xixi.

____________

"Tumben-tumbenan lo ngajak gue makan bareng kesambet apa?" Tanya Clara sambil menyesap Jus Orange miliknya.

"Ya biar gue deket lah sama lo,"

Jawaban yang terlontar dari mulut Ares itu membuat Clara tersedak jus-nya sendiri, kenapa Ares menjadi aneh seperti ini? Bukankah si tembok berjalan ini paling anti dengan yang namanya wanita? Apa lagi ini Clara, si cewek bar-bar dengan sejuta kesongongan-nya.

"Lo gak salah ngomong barusan? Apa telinga gue yang salah denger ya? Sejak kapan seorang Ares berubah kaya gini?" Tutur Clara yang masih memandang cengo wajah Ares.

"Ya sejak saat ini, dan gue mau lo jadi pacar gue. Tapi gue gak maksa dan buru-buru kok, bertahan dari masa pengenalan dulu." Clara benar-benar dibuat melotot oleh pria didepannya ini. Apa masa pengenalan? Clara heran, seheran-herannya bagaimana bisa pria ini berbicara se-random ini?!

"Masa pengenalan apaan dih? Lo kira ini MOS? Ngawur lo Re," ucap Clara diselingi tawaan.

"Tapi gue gak bercanda Ra," kali ini Clara malah mendapatkan tatapan datar bak tembok bercat hitam didepannya ini.

"Terus mau lo apa?" Sarkas Clara yang masih menahan emosinya.

"Lo jadi pacar gue."

"Gak semudah itu Ares Hendrawan." Ucap Clara dengan senyum miring yang mampu membuat wajah datar Ares mengerutkan kening.

"Maksud lo?"

"Lo maksa gue jadi pacar lo kan? Berarti lo siap untuk wujudtin semua yang gue mau,"

Ares tertawa pelan, "Lo mau apa hm?" Clara menelan ludahnya kasar saat mendengar suara berat Ares yang sangat mendominasikan ketegasan.

"Lo kaya kan? Ya udah belin gue pesawat pribadi dua aja, Mansion warna gold satu aja sih yang ukuran 500 meter lah, terus mobil sport keluaran terbaru warna pink, gue juga mau mobil Pajero terserah warna apa tapi keluaran terbaru ya, oh ya juga gue pengen 50 novel yang best seller dalam 1 tahun ini, gendre romance dan acction ya. Beliin juga gue motor scoppy warna merah hati, udah itu aja. Lo sanggup kan? Gue harap sih sanggup karna Akbar dan mantan-mantan gue yang lain aja sanggup menuhin semua syarat yang gue ajukan. Gak sama sih tapi ya menurut gue gampang lah kaya ini,"

Bisa dilihat jika Ares saat ini sedang memandang wajah Clara dengan pandangan tak terbaca, "Gue bisa beliin itu semua asal lo gak pergi dari hidup gue."

"Tergantung sih, semua ada ditangan gue bukan lo Ares Hendrawan. Lo pikir gue cewe murahan? Gak. Akbar dan mantan-mantan gue sebelumnya juga gak berhak buat nentuin putus apa gak, apa lagi lo." Setelah mengatakan hal itu Clara henda berdiri dan pergi namun diurungkan dan menatap wajah Ares dengan senyuman manisnya.

"Gue tunggu dua minggu ya, waktu lo cuman dua minggu buat ngabulin semua itu. Kalo gak ya bye bye aja." Ucap Clara sebelum pergi membarikan kedipan nakalnya pada Ares.

"Shit!" Umpat Ares yang merasa kesal, ternyata Clara susah juga ditaklukan ya.

Mereka sendiri tidak tau bahwa ada dua pasang mata yang mengamati mereka dengan khusyuk. Yang satu menatap dengan tatapan tak terbaca dan satu memandang dengan tatapan kebencian.

Siapa itu! Entalah.

________________

Clara pulang dengan wajah masamnya, setelah apa yang dia tau tadi kalian pikir Clara lupa? Saka, Ares, Saka, Ares. Dua nama yang mampu membuat kepala Clara ingin pecah.

"Ra udah pulang makan dulu gih Ma____"

"Udah kenyang Ma." Ucap Clara menyela omongan Aira dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kenapa lagi sama Clara ya?" Gumam Aira sendiri.

"Ah mungkin kecapean aja," ujar Aira berusaha berpikir tenang.

Aira yang sedang menyusun piring-piring untuk makan bersama menoleh saat melihat putranya datang dari arah pintu dengan keadaan kacau, rambut acak-acakan, baju yang suda tidak berbentuk, dan wajah lesu.

"Abang ada apa?" Tanya Aira menghampiri putranya itu.

"Gak papa Ma." Jawab Saka dengan helaan nafas berat.

"Kamu bohong ih! Cerita ayok sini." Aira menarik tangan Saka untuk duduk disofa.

"Kenapa hm?" Aira mencoba memberi perhatian terhadap Saka, karena kesibukannya dan Darma dalam bidang bisnis membuat kedua orang tua itu sulit memahami sifat dari anak-anak mereka sendiri.

"Gak papa Ma, Saka capek aja. Pusing," ucap Saka yang tentu berbohong.

"Kamu gak bohong?" Sekali lagi Saka menggeleng pelan.

Hening beberapa menit, sampai Aira melihat bagaimana Saka mengacak rambutnya dan menggeram seperti menahan sesuatu. Aira mencoba mengerti dan diam menunggu Saka sendiri yang bercerita.

"Ma, masalah 'itu' Saka udah cerita ke Clara. Tapi Saka gak bisa jujur Saka puter balikin semuanya."

"Jangan bicara dulu ya Bang, tunggu waktu yang tepat aja. Mama tau kok kalau Saka itu juga Cinta kan sama Clara?"

Speechless!!!

Tbc.

Gak tau ah pusing.

Satu kata buat AIRA?

My Possesive Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang