• Chapter 15 : Sesuatu yang hampir •

2K 87 7
                                    

𝐇appy 𝐑eading 𝐆uys.


Setelah Anna mengantarkan Alveno dan keluarganya ke depan pintu pagar rumahnya, ia hanya menatap kosong jalan di depan rumahnya.

"Nak ayo masuk" Ucap mama Anna, yang melihat anaknya yang hanya bisa termenung seperti itu.

"Eh iya mah" Kaget Anna.

Ia pun berjalan masuk kedalam rumahnya, bersama mamanya. Rasanya ia ingin langsung masuk kedalam kamarnya dan menangis dibawah bantal sendirian. Tetapi niatnya terhalang karena mamanya menyuruh untuk duduk dulu sambil berbincang dengannya.

"Anna sini duduk dulu, ada yang mau mama bicarakan" Ucap mama Anna sambil menepuk-nepuk kursi yang telah ia duduki. Anna pun langsung duduk disebelah mamanya sambil menyeringit pelan.

"Ada apa mah?" Tanya Anna heran.

"Kamu benaran sudah siap untuk menikah nak?" Tanya mama Anna sambil mengelus-elus rambut anaknya. Tetapi Anna hanya terduduk diam.

"Mama tidak akan memaksa kamu nak, itu semua keputusan mu. Apapun keputusan mu mama pasti terima nak" Lanjut mama Anna.

"Aku masih bingung mah" Ucap Anna lirih sambil menunduk.

"Aku butuh waktu ma" Sambung Anna sambil berdiri dari hadapan mamanya dan langsung berlari ke dalam kamarnya. Mamanya hanya bisa menatap sendu, mungkin anaknya butuh waktu untuk sendiri.

Sampai dikamarnya Anna langsung mengunci pintu dan menghempaskan badannya keatas kasur sambil menangis tersedu-sedu di bawah bantal. Ia tak tahan dengan semua ini sungguh, rasanya ia ingin menghilang dari dunia ini.

Ia masih ingin sekolah dan melanjutkan cita-citanya, dan ia masih ingin membahagiakan kedua orang tua nya, bukan malah menambah beban kedua orang tua nya itu. Jujur ia tidak ingin berpisah dengan orang tuanya walaupun ia sering ditinggal sendiri dengan bik Imah.

Ia juga tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya dengan suaminya nanti, ia takut sungguh takut jika dirinya akan menjadi seperti sinetron-sinetron yang ditayangan TV itu tidak mendapat kasih sayang dari suaminya, dan akan dicampakkan oleh suaminya.

Disela-sela isak tangis nya, ia memikirkan sesuatu yang mungkin itu bisa membuat dirinya tenang, bagaimana jika ia lari dari rumah dan bersembunyi selang berapa waktu agar masalah ini bisa selesai. Tetapi ia tidak mempunyai banyak uang tabungan untuk lari dari rumah, ia bingung nanti dirinya akan tinggal dimana dan makan apa. Tetapi ia tidak menghiraukan semua itu.

Ia pun bangkit dari kasurnya dan membereskan semua barang-barang serta mengambil dompet yang didalamnya ada kartu ATM yang isinya tak seberapa itu.

Ia mengintip keluar melihat situasi rumah nya yang cukup sepi, dan ia pun melihat sekeliling rumah rupanya mamanya tidak ada, sepertinya mama Anna sudah pergi ke butik duluan. ini waktu yang pas buat pergi dari rumah.

Anna pun mengendap-endap keluar dari rumahnya seperti maling, ia takut ada yang menemuinya dan membuat rencananya gagal seketika.

Ia pun bernapas lega, karena rencananya pun berhasil, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya jika ia pergi melarikan diri dari rumah.

Di jalan yang sepi, Anna hanya bisa menatap jalanan yang kosong, sambil mengelus-elus perutnya yang masih rata, ia memikirkan apakah semua yang ia buat ini benar, ia memikirkan dimanakah dirinya akan tinggal, bagaimanakah kehidupannya, apakah ia sanggup menjalani harinya, ia memikirkan itu semua sambil menendang nendang batu krikil yang ada di jalanan.

Sekitar 15 menitan ia berjalan kaki menjauhi rumahnya, ia merasa capek di bagian kakinya, ia pun duduk di depan halte bus yang masi kosong.

Sedangkan di sisi lain, Alveno sedang berada di alfamart untuk membeli beberapa cemilan, karena dia tau pasti kalau di rumah Kenzo pasti tidak ada cemilan untuk dimakan saat bermain nanti.

Setelah membeli beberapa cemilan, Alveno pun keluar dari alfamart tersebut, ia mengambil motornya diparkiran dan langsung menancap gas ke rumah Kenzo.

Diperjalanan menuju rumah Kenzo ia melihat seseorang yang tidak asing yang berjalan, ia memperlambat jalan motornya dan melihat siapa yang sedang berjalan tersebut.

Dan ternyata itu Brianna, calon istrinya. Ia cukup kaget kenapa Brianna berjalan sendirian dijalan yang sepi ini. Alveno pun membunyikan klakson motornya sehingga Anna pun membalikan diri kebelakang untuk melihat siapa yang mengklakson dirinya tersebut.

"Mampus" Gumam Anna. Dirinya cukup terkejut melihat siapa yang menemukannya.

Alveno memberhentikan motornya dan turun dari motor untuk menanyakan kenapa Brianna jalan sendirian disini. Ia pun mendekat ke arah Brianna dan melihat Brianna dari atas sampai bawah.

Brianna menelan saliva nya kasar, sambil memundurkan dirinya kebelakang, takut melihat tatapan mengintimidasi dari Alveno.

"K-ke kenapa" Ucap Anna gugup.

"Gue yang harusnya nanya, lo ngapain disini?" Ucap Alveno sambil menaikan salah satu alisnya. Brianna hanya mengalihkan tatapannya dari Alveno dan menunduk ke bawah.

"Gue nanya." Tekan Alveno.

"O-oh i..itu." Ucap Anna sambil melirik kesana kemari, untuk mencari jawaban yang pas.

"G-gue mau ke... ke rumah Grace, iya kerumah Grace, iya hhaha" Lanjut Anna yang mendadak menjadi gugup.

"Gue tau lo bohong!" Ucap Alveno sambil menatap Anna tak suka.

"Lo diusir?" Tanya Alveno kembali.

"Ah engga kok, engga." Ucap Anna sambil menggelengkan kepalanya cepat.

"Trus lo kemana sendirian begini?" Tanya Alveno sekali lagi.

"Ke rumah Grace." Jawab Anna cepat.

"Kenapa jalan? Kenapa ngga dianterin aja?" Tanya Alveno.

"Oh itu sopir gue ngga ada hehe, lo kan liat tadi ngga ada sopir gue dirumah." Jawab Anna. Ya memang benar bahwa sopir Anna tidak ada di rumahnya, karena cuti.

Alveno hanya mengangguk anggukan kepalanya pelan.

"Yaudah gue anterin." Tutur Alveno sambil naik keatas motornya kembali dan memasang helm di kepalanya.

"Hah?" Respon Anna bingung melihat reaksi Alveno yang terbilang cukup aneh ini.

"Ck ayo tunggu apalagi, katanya mau kerumah temen lo" Titah Alveno kepada Anna yang sedang melongo tersebut.

Anna hanya garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal, nanti pasti Grace menanyakan beberapa pertanyaan kepada Anna karena tidak memberitahu dahulu bahwa ia akan pergi kerumah Grace, dan rencananya lari untuk lari dari rumah gagal.

"Eh anu ngga usah deh, biar gue sendiri yang pergi hehe" Ucap Anna dengan ragu.

"Gue tau lo bohong dari tadi sama gue, udah keliatan banget dari gelagat lo yang kaya orang lagi bohong" Tutur Alveno geram. Tadi dirinya naik ke motor hanya untuk memastikan apakah benar Anna ingin pergi ke rumah Grace apa bukan.

Dan Anna hanya bisa menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya pelan.

"Ck lo ngga pinter bohong ternyata." Gumam Alveno yang masih bisa terdengar oleh Anna.


•TBC•

Sorry kalau cerita aku agak freak
Next or delete?

ALANNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang