•Chapter 3 : Maaf Yang Berujung Tamparan•

2.4K 139 5
                                    


Memaafkan bukan berarti melupakan


Pagi ini Anna merasa bahwa dirinya tidak enak badan entah karena apa itu, ia berpikir mungkin hanya karena ia tidak makan dari kemarin malam dan lebih banyak menangis memikirkan bagaimana jika dia hamil dia berusaha menyingkirkan hal itu, dan yakin dia pasti tidak akan hamil karena dirinya hanya melakukan itu sekali.

"Non kenapa semalam nggak turun untuk makan malam non?" Kata bi Imah membuyarkan lamunan Anna.

"Hehe, masih kenyang bi." Cengir Anna. Bi Imah hanya menganggukkan kepalanya.

"Bi buatin aku bekal dong bi." Kata Anna

"Bekalnya apa non?" Tanya bi Imah.

"Nasi goreng pakai telur mata sapi, trus pakai sosis, trus saos tomat aja bi, nggak pakai sayur ya bi." Entah kenapa Anna sekarang banyak maunya biasanya tidak.

"Tumben bawa bekal non?" Tanya bi Imah.

"Lagi malas ke kantin bi." Jawab Anna.

"Bentar ya non, bibi bikinin dulu." Ujar bi Imah. Anna pun menganggukan kepalanya.

Selang berapa menit nasi goreng permintaannya pun sudah siap.

"Nih non bekalnya." Ucap bi Imah sambil memberikan kotak nasi kepada Anna.

"Makasih bi, Anna pergi dulu ya, Assalamu'alaikum." Pamit Anna.

"Walaikumsalam, Hati-hati non." Jawab bi Imah.

"Udah siap non?" Tanya supir Anna.

"Udah pak." Jawab Anna sambil masuk ke dalam mobil.

ɐןɐuuɐ


Sesampainya Anna di depan gerbang sekolah, Anna melihat semua penjuru sekolah yang tampak sepi karena hari masih jam 05.55 WIB.

Anna langsung masuk ke dalam kelasnya dan meletakkan tas di kursinya, IPhone Anna berbunyi, ia langsung mengeluarkan IPhonenya dan mengecek pesan yang masuk, tertera nama Alveno di IPhonenya ia langsung membuka pesan itu yang berisi bahwa dia telah sampai di rooftop, Anna langsung keluar dari kelas dan pergi ke rooftop menemui Alveno.

Ia telah sampai di rooftop dan langsung membuka pintu rooftop, menampakkan Alveno yang sedang bermain handphone, mendengar suara pintu yang terbuka, Alveno langsung menoleh ke arah pintu rooftop yang menampakkan Anna sedang melihat ke arahnya, Alveno langsung berjalan ke arah Anna dan menutup pintu rooftop agar tidak ada orang yang mendengar percakapan mereka.

"Maaf, gue harap lo lupain kejadian kemarin." Ucap Alveno memulai percakapan mereka.

"Setelah lo ambil mahkota gue dengan seenaknya lo bilang lupain." Ucap Anna dengan emosi.

"Trus mau lo apa?!" Tanya Alveno dengan nada setengah membentak.

"Oh lo mau uang, ntar gue transfer." Lanjutnya dengan kekehannya.

PLAKK

"Gue nggak butuh uang lo, brengsek!" Jeda Anna nafasnya memburu.

"Apa uang lo itu bisa bikin ngebalikin masa depan gue yang udah lo rusak hah?! Nggak bisa kan?! Mikir dong!" Setelah mengucapkan itu Anna langsung berlari dengan air mata yang telah jatuh ke pipinya.

Meninggalkan Alveno yang tengah memegang pipi sebelah kirinya yang perih.

Anna langsung pergi ke toilet dan menangis di dalam kamar mandi, saat ia menangis bel sudah berbunyi, Anna langsung mencuci mukanya di wastafel agar tidak nampak jejak air mata di pipinya dan mengatur nafasnya sejenak.

ALANNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang