𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠.
"Iya gue kabur gara-gara itu!" Teriak Anna lantang di depan muka Alveno, ia kesal dengan Alveno yang mengatainya seperti itu."Cih... Lo kira dengan lo kabur-kaburan kaya gitu bakal ngeselesaiin masalah?!" Desis Alveno. Tak suka dengan teriakan Anna di depan wajahnya.
"Engga Anna, ngga sama sekali, yang ada lo tambah memperumit masalah." Sambungnya. Membuat Anna bungkam bukan main.
Anna langsung terdiam dengan ucapan Alveno, tidak tau harus menjawab apa, dan menerka-nerka ucapan Alveno barusan.
"Diem kan lo. coba deh lo pikir gimana perasaan bokap sama nyokap lo ngeliat lo kaya gini."
"Mereka pasti kecewa Anna." Lanjut Alveno.
"Ini juga salah lo brengsek! Coba aja lo nggak nidurin gue, pasti nggak bakal terjadi yang kaya gini." Akhirnya Anna membuka mulutnya yang sedari tadi hanya bungkam.
"Oke gue ngaku gue brengsek, tapi lo juga nggak bisa salahin gue doang dong. Disini lo juga salah! Andai aja lo nggak masuk sembarangan ke kamar gue, pasti kita nggak bakal berakhir kaya gini." Bantah Alveno.
"Lah lo juga kenapa nggak bisa ngendaliin nafsu lo?!" Protes Anna.
"Dimana-mana yang namanya orang mabuk itu ya bakalan nggak sadar ngelakuin apapun." Jawab Alveno malas.
"Lo juga ngapain mabuk-mabukan?!" Berang Anna.
"AGRHH sialan, gue mulu yang salah bangsat." Geram Alveno.
"Lah dari awal kan emang lo yang salah." Ucap Anna dengan melirik Alveno sekilas tak terima.
"Serah lo lah, capek gue debat sama lo." Ujar Alveno pasrah sambil memijat pelipisnya.
Terjadinya keheningan saat ini, tidak ada yang mau memulai percakapan kembali. Di dalam ruangan itu, tiba-tiba saja suhu atmosfernya berubah, entah lah sepertinya hanya karena suasana yang berubah hening.
Setelah diam untuk beberapa saat, tiba-tiba saja perut Anna terasa mual, Anna pun langsung lari ke arah dapur, ya walaupun dia tidak tahu di mana letak dapurnya, hanya feelingnya saja yang melihat meja makan dan pasti disana adalah dapur.
Anna pun masuk kedalam kamar mandi apartemen Alveno dan memuntahkan semua isi perutnya, yang isinya hanya air, karena dirinya tidak sarapan pagi tadi dan sampai saat ini dia masih belum makan, karena selera makannya menghilang sejak pagi tadi.
Alveno panik melihat Anna yang tiba-tiba lari ke arah dapurnya. Ia pun langsung menyusul Anna memastikan keadaan cewek itu baik-baik saja.
"Eh eh elo kenapa?" Tanya Alveno kelimpungan. Sungguh Anna sangat hobi membuat dirinya panik seperti ini.
Anna tak menjawab, ia hanya memegang kepalanya yang terasa berat, apakah Alveno tidak melihat dirinya yang mual hingga muntah begini?
Alveno tidak tahu harus apa, ia hanya memegang bahu Anna dan menuntun Anna jalan ke arah kamarnya untuk beristirahat saja di tempat tidurnya.
Dengan tetelan Alveno membaringkan tubuh Anna di ranjangnya, takut terjadi apa-apa. Ia pun mengambilkan selimut untuk Anna dan ingin menyelimuti Anna, tetapi gerakannya terhenti mendengar ucapan Anna.
"Gue ngga suka pakai selimut, panas." Lirih Anna. Mendengar itu Alveno mengurungkan niatnya untuk menyelimuti Anna.
Perut Anna benar-benar sakit sekarang, sepertinya dirinya lapar dan ingin menanyakan apakah ada makanan di apartemen Alveno, tetapi ia urungkan niatnya untuk menanyai itu karena gengsinya lebih besar dari pada laparnya.
"Lo lapar?" Tanya Alveno. Alveno mendengar suara keroncongan dari perut Anna. Anna membulatkan matanya, ia merasa malu kali ini, kepergok, ia merutuki perutnya yang berbunyi.
"Lo mau makan apa? Biar gue pesenin deh, soalnya gue ngga bisa masak." Lanjut Alveno.
"Ngga usah deh, gue ngga suka makanan luar akhir-akhir ini." Tolak Anna.
"Kenapa?" Tanya Alveno banget bingung.
"Ngga tau, setiap gue makan makanan luar bikin mual." Jawab Anna.
"Trus gimana ya?" Gumam Alveno yang masih terdengar jelas olah Anna.
"Ada bahan-bahannya ngga? Biar gue yang masak." Gantian sekarang Anna yang bertanya.
"Ada sih, tapi lo gapapa masak?" Tanya Alveno dengan nada sedikit khawatir.
"Gue ngga sakit parah juga kali, sampai gue ngga bisa masak." Ucap Anna dengan memutarkan matanya malas.
Alveno hanya bisa menuruti kemauan Anna dan melihat Anna yang menyiapkan bumbu masakannya, karena sedari tadi ia hanya pasrah menghadapi ibu hamil yang kelebihan hormon seperti Anna ini.
"Lo bikin apa?"
"Nasgor, lo mau dibikinin juga?" Anna melirik Alveno dari ujung matanya, ia tengah asik memotong seledri.
Setelah lama berpikir akhirnya Alveno mengiyakan tawaran Anna "Emm boleh deh." Alveno juga ingin merasakan masakan Anna.
Anna menganggukan kepalanya dan melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Alveno ia hanya duduk asik di meja makan sambil memperhatikan Anna yang sedang menyiapkan bumbu. Ia membayangkan gimana nanti saat dirinya dan Anna menikah, pasti dirinya akan sering dimasakan oleh Anna seperti ini.
"Sshhh." Suara Anna membuyarkan lamunan Alveno. Mendengar itu Alveno panik lagi dan langsung berdiri dari tempat duduknya, menghampiri Anna.
"Lo kenapa lag- tangan lo berdarah!" Syok Alveno. Tangan Anna teriris pisau.
Alveno langsung mengambil kotak p3knya, sebelum memberikan obat hansaplast, terlebih dahulu Alveno mengambil tangan Anna dengan pelan dan meniup jari telunjuk Anna yang terkena pisau tadi.
Anna lebih syok dibanding Alveno, dirinya sungguh kaget melihat reaksi Alveno yang menurutnya berlebihan, padahal dirumah ia juga sering terkena sayatan pisau tapi ia tidak mempedulikannya karena menurutnya hanya sakit sedikit.
Anna memperhatikan Alveno yang tetelan meniup tangannya, reaksi Alveno seperti orang khawatir, dirinya sungguh bingung.
Jari Anna diemut oleh Alveno, membuat Anna membelalakan matanya lebar, dirinya kaget.
"K-ke-kenapa diemut?" Tanya Anna gugup.
"Pas jari gue berdarah kena pisau juga, bunda nge emut jari gue, gue juga ngga tau kenapa, yaudah gue lakuin kayak gitu ke elo." Jawab Alveno enteng sambil memberhentikan aksinya yang mengemut jari telunjuk Anna.
"Tapi darahnya bisa dibersihin pakai air kan?" Tanya Anna. Yang dijawab Alveno dengan mengangkat kedua bahunya acuh, pertanda ia tidak tau.
Alveno melanjutkan mengobati jari Anna dengan memberi hansaplast pada luka tersebut.
"L-lo khawatir?" Tanya Anna terbata-bata. Ia sungguh penasaran dengan sikap Alveno sedari tadi yang tampak khawatir.
•TBC•
Next or unpubs?
Tinggalkan jejak. Vote, comment and share. Thankyou.
Siders? fuck off the way.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANNA
Teen FictionIni entang dua insan yang tidak saling mengenal, apalagi saling mencintai, tiba-tiba di persatukan oleh takdir yang mempermainkan mereka. ••• "Maaf, gue harap lo lupain kejadian kemarin." Ucap Alveno. "Setelah lo ambil mahkota gue dengan seenaknya...