•Chapter 7 : Berjuang sendiri•

2.4K 130 8
                                    

Di pagi hari Anna terbangun dari tidurnya karena ia merasa mual-mual dan memuntahkan isi perutnya, gadis- ia sekarang tidak gadis lagi, ia sudah menjadi wanita, wanita yang tengah hamil muda ini sedang mengalami morning sickness, untung saja pagi ini ia hanya mual saja, tidak di ikuti dengan pusing yang sering menyerang kepalanya akhir-akhir ini. Jadi ia bisa pergi ke sekolah hari ini.

Ia melihat jam di dalam kamarnya, hari sudah menunjukkan pukul 05.30 dini hari. Ia segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi kesekolah dan menemui Alveno di rooftop sekolah.

Setelah bersiap-siap, Anna langsung turun ke dapur dan duduk di meja makan untuk memakan sarapannya.

"Nih sarapannya non." Ucap bi Imah sambil memberikan sarapannya.

"Susunya mana bi?" tanya Anna heran.

"Ini non." Ucap bi Imah sambil memberikan susu putihnya.

"Makasih bi, buatin aku bekal ya bi." Kata Anna.

"Mau di buatin apa non?" tanya bi Imah.

"Sandwich aja bi tapi nggak pakai sayur, trus saosnya tomat aja bi." Ucap Anna. Hanya di jawab anggukan oleh bi Imah.

"Kunci mobil yang di titipin ke bibi mana bi?"

"Ini kunci mobilnya non." Ucap bi Imah sambil memberikan kunci mobil kepada Anna.

"Aku pergi dulu ya bi, assalamu'alaikum." Pamit Anna setelah mendapatkan bekalnya.

"Walaikumsalam, Hati-hati non." Jawab bi Imah.

Sekarang Anna membawa mobilnya sendiri karna supirnya lagi pulang kampung, jadi ia yang menyetir nya. Saat ia akan menghidupkan mesin mobilnya, ia mendapat pesan dari mamanya, ia pun langsung membuka room chat mamanya.

Mama mau pergi ke bandara, pesawatnya take off jam 7, mungkin mama datangnya jam 10 pagi di rumah, maaf mama nggak bisa ketemu kamu pas kamu mau pergi sekolah.

Ia menghela napas kasar, sebenarnya ia rindu pada orang tuanya, orang tuanya terlalu sibuk bekerja sampai mereka melupakan anaknya. Sebenarnya ia ingin menghabiskan waktu dengan orang tuanya seperti anak-anak lainnya, mau protes pun ia tidak bisa, ia takut orang tuanya tersinggung dengan ucapannya. Ia hanya bisa menyimpan dan memendamnya sendiri.

Ia langsung mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Di dalam perjalanan ia hanya memikirkan, apa respon Alveno bahwa ia tengah mengandung anaknya, ia takut jika Alveno tidak mau mengakui anaknya, dan melukai calon anaknya.

Sekarang Anna telah sampai di SMA Pahlawan, ia langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam kelasnya, hanya ada beberapa siswa yang datang. Ia meletakkan tasnya di bangkunya dan ia mengambil sebuah benda untuk bukti, ia pun langsung pergi ke rooftop sesuai janjinya dengan Alveno kemarin.

Saat ia berjalan di Koridor yang sepi, entah kenapa ia merasa ingin menangis mungkin karna hormon ibu hamil yang sering yang berubah-ubah. Mumpung masih sepi ia langsung menangis sambil berjalan ke rooftop. Saat sampai di rooftop, ia melihat Alveno yang tengah mengeluarkan rokok dalam sakunya.

"Mau ngomong apa lo?" tanya Alveno sambil menghidupkan rokok di tangannya.

"Hiks.. gu-gue ha-mil." lirih Anna tersedu-sedu sambil memberikan tespacknya kepada Alveno. Entah kenapa ia tiba-tiba langsung menangis seperti ini.

"Hubunganya sama gue apa?" tanya Alveno yang hanya melirik sekilas sambil menghisap rokoknya.

"Ini a-anak lo." jawab Anna sambil menghapus air matanya kasar.

"Yakin itu anak gue? anak om-om kali." ucap Alveno sambil terkekeh.

"Gue nggak semurahan itu! gue ngelakuin itu cuma sekali, itupun sama lo." jawab Anna sambil menahan amarahnya.

"Mau lo apa? Gue tanggung jawab gitu?" sinis Alveno.

"Iya." jawab Anna lantang

"Cih.. jangan mimpi deh lo." sinis Alveno

"Tapi ini anak lo Alveno." bantah Anna dengan penuh penekanan.

"Mau anak gue, anak orang lain kek, gue nggak peduli." ucap Alveno bodo amat.

"Apa lo tega anak kita lahir tanpa ayah?" lirih Anna.

"Kalo lo nggak mau anak lo lahir tanpa ayah, lo gugurin aja itu bocah sialan." teriak Alveno sampai menimbulkan urat lehernya.

"Oke, kalo lo nggak mau tanggung jawab, biar gue sendiri perjuangin anak gue." final Anna sambil berlalu meninggal kan Alveno.

Anna langsung pergi dari rooptof, air matanya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Bukannya ke kelas Anna malah pergi ke arah toilet dan menangis sejadi-jadinya di dalam toilet.

"Aakhh... BRENGSEK!!" teriak Anna sambil menekan-nakan perutnya, sampai ia tak sadar bahwa buah hatinya berada didalam sana. Sampai akhirnya perut Anna kram, dan ia tersadar bahwa ia menyakiti calon anaknya.

Anna menghela napas panjang, ia menghapus air matanya dengan kasar. Perlahan ia menyentuh perutnya dan mengelusnya, tempat dimana buah hatinya berada. Ia tak bisa membayangkan bagaimana harus membesarkan anaknya seorang diri, tapi tampaknya ia tidak memiliki pilihan lain.

Anna teringat orang tuanya, bangaimana jika orang tuanya tau bahwa anaknya telah rusak, pasti orang tuanya sangat kecewa dan malu, anak semata wayangnya yang ia didik dari kecil untuk menjaga kehormatannya telah dirusak oleh laki-laki brengsek seperti Alveno yang tidak mau tanggung jawab atas yang ia perbuat.

Walaupun ia kurang kasih sayang orang tuanya karena orang tuanya sibuk bekerja ia tetap menyayangi orang tuanya, ia tidak mau nasibnya yang kekurangan kasih sayang orang tuanya terjadi pada calon anaknya nanti.

Ia tersenyum pahit mengingat kenyataannya yang begitu pahit.

Anna masih bisa terima jika Alveno menyuruhnya untuk melupakan kejadian itu, tapi ini apakah Alvano tidak punya hati nurani sampai ia menyuruhnya untuk menggugurkan calon anaknya sendiri dan tidak menganggap darah dagingnya ini.

Sanggupkah Anna menjalani hari-harinya dengan kondisi hamil dengan usianya yang begitu muda?

•TBC•

Tinggalkan jejak kalianVoment, share

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggalkan jejak kalian
Voment, share

ALANNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang