18. Anak Kolong

243 51 19
                                    

Begitu Rain yang menjemput Lika dikampus mengantarkan Gendra pulang, lelaki itu langsung muntah-muntah didepan rumahnya. Tidak ada apapun yang berhasil Gendra keluarkan, selain air liurnya sendiri, tapi entah kenapa rasa mual tak berhenti mengganggunya

Gea yang sedang mengantarkan tukang yang sudah merenovasi kamar mandi yang akan Andien tempat besok, terkejut melihat putranya yang terus berusaha mengeluarkan isi perutnya

"Gendra!" Gea berlari dan membantu memijat tengkuk Gendra dengan pelan "Kamu kenapa? Mabuk perjalanan?"

Hanya gelengan kepala yang bisa Gendra berikan karena dirinya masih di kuasai mual yang tidak kunjung hilang

"Salah makan ini pasti, makan apa kamu tadi? Mama kan sering bilang jangan makan sembarangan, lambung kamu itu gak sekuat itu, sayang. Kalo Papa tau, abis Mama dimaki-maki sama dia, nak" omel Gea meskipun dengan nada khawatir

Gendra mengangkat tangannya mengode Gea untuk berhenti memijit. Merasa sudah lebih baik Gendra akhirnya berdiri dengan kepala yang disandarkan pada pundak Gea

"Kamu sakit?" Gea mengecek kondisi putranya, namun lelaki itu tidak demam dan tidak ada tanda-tanda akan meriang

"Ma.."

"Iya?"

"Mama bisa buatin air jahe kan?"

"Bisa Mama bisa"

"Aa mau, Ma" pintanya "Perut aku gak enak rasanya"

"Kamu udah makan?"

"Udah"

"Makan malem kan?"

"Iya"

"Yaudah ayo masuk Mama buatin air jahe didalem" ucapan Gea membuat Gendra mengangkat kepalanya. Wanita yang memiliki wajah mirip Gendra tersebut meraih tas punggung putranya dan Gea bawa masuk dengan mengenakannya "Tas kamu berat banget, nak. Gak sakit pundaknya?" Gea khawatir

Gendra menyeret kakinya saat Gea membuka pintu kearah dapur dan berbaring diatas sofa yang menyatu dengan dapur disudut kanan dapur, dekat jendela yang mengarah pada kolam ikan namun isinya kosong, dan kebun milik Gea yang sudah kadaluarsa, alias mati semua.

Tangan terampil Gea mengambil dua ruas jahe dari dalam kulkas dan membakarnya sebentar diatas kompor menyala. Setelah aroma jahe menguar diudara, Gea mengangkat dan mememarkannya, lalu mengambil air sebanyak dua gelas air dan memasukkan jahe tersebut kedalam air dan hanya tunggu sampai mendidih saja

"Lagian kenapa pilih FK, sih A?" Gea menatap putranya yang tak berdaya "Jurusan lain kan banyak, kenapa gak pilih yang lain selain FK? Papa kan dari awal udah bilang, seharusnya kamu dengerin. Papa bilang gitu karena menurut Papa sendiri itu berat, apalagi kamu."

Gendra mendengar petuah sang Mama, namun tidak menjawab

"Berenti kuliah aja, masuk tata boga"

"Enggaaak!"

"Belom kerja aja udah kaya gini, apalagi kalo udah jadi dokter" ledek Gea seraya menunggu air mendidih "Yang ada Mama bakal terus buatin air jahe setiap kali operasi"

"Ini terakhir." Ujar Gendra "Jangan Mama buatin sekalipun aku minta. Ini terakhir kali aku minum air jahe"

"Laki-laki itu yang dipegang apanya A?"

"Omongannya"

"Kamu bisa tanggung jawab sama omongan kamu tadi?"

"Bisa"

"Oke. Tapi perlu diinget kalo Mama kamu ini tipe pendendam, jadi kalo kamu langgar bakal Mama kecengin sampe tua nanti"

"Aku atau Mama yang tua?"

Oedipus ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang