9. Misteri mobil polisi

249 57 14
                                    

Azki yang baru saja selesai mengganti pakaiannya dengan piyana menghela napas pelan begitu melihat Lika berbaring di sisi ranjang, lalu berguling dengan selimut yang membelit tubuhnya.

Azki acuh dengan hal itu, dan melanjutkan langkahnya menuju sofa bed untuk segera melakukan situal malamnya.

Kelakuan ajaib Lika sudah bukan hal aneh lagi bagi Azki, meskipun gadis itu mengaku selalu mendapatkan hal baru dari teman masa kecilnya itu.

"Jangan peduliin gue"

"Itu yang gue lakuin."

Lika terus berguling-guling dengan selimut yang menggulung tubuhnya dan membuat suara-suara aneh ciptaannya sendiri. Lika yang tiba-tiba cuek, tiba-tiba sensitif, tiba-tiba marah, uring-uringan gak jelas, gak jarang badmood yang membuat banyak orang berpikir jika gadis itu sedang menstruasi, ternyata hanya cari perhatian belaka, itu semua sudah bukan hal asing lagi baginya.

"Gue harus gimana sekarang?"

Azki menoleh dan menemukan Lika yang sedang meniup helai rambutnya yang menutupi wajah, namun tak berhasil karena keringat yang membasahi wajahnya

"Apa yang lo pikirin?"

"Gimana caranya bangun."

Azki menghela napas dan mengangkat bokongnya berjalan kearah ranjang, membantu Lika duduk dengan benar dan melanjutkan kegiatannya

"Lo mau bantu gue?"

"Mau"

Lika tersenyum mendengar jawaban Azki. Gadis itu memang cenderung menjawab "Mau" saat ia meminta bantuan, alih-alih bertanya "Apa?" Seperti orang kebanyakan

"Bantu gue nemuin orang yang pertama kali mengklaim kalo standart goals in a sociaty itu harus cantik"

Azki mengerjap perlahan "Gue lupa kalo harus susun skripsi"

"Lo masih semester satu"

"Lebih cepet lebih baik"

"Zi" rengekan Lika membuat Azki menoleh

"Ya lo nya juga. Sejak gue beranjak dewasa, cantik udah jadi tolak ukur cara pandang orang lain."

"Itu aneh kan? Apa lo gak penasaran sama, kapan, siapa, dan kenapa, dia nerapin itu?"

"Nggak"

"Lo harus bantu gue nangkep manusia sialan itu"

Azki terkekeh mendengar ucapan Lika yang menggebu seakan-akan ia memang bertekad menangkap orang tersebut.

"Emang kenapa kalo standart goals in a sociaty itu harus cantik?"

"Ya gue keberatan dong!"

"Karna?"

"Gue jerawatan"

Azki menelaah wajah Lika yang hanya terdapat dua titik jerawat diwajahnya, itupun karena ia lupa membersihkan make-upnya. Azki lantas menggeleng pelan "Gak sebanyak itu"

"Gue gemuk." Bantah Lika

"Berat lo 39, itu ideal."

"Gue jelek."

"Kalo lo bilang gitu, gimana sama orang-orang yang beneran jelek?"

Lika mengerjap "Kasar banget kedengerannya"

"Lo gatau kan banyak orang yang ngelawan keinsecurean mereka, karena omongan lo?" Azki menghela malas "Terkenal karena cantik gak bakal buat lo pinter. Fisik lo bakal berubah 10 tahun kedepan dan mereka yang puji lo karena rupa, bakal balik ngomongin lo di belakang."

Oedipus ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang