26. Mama dan Papa

253 40 6
                                    

Gendra menenangkan Gea yang sejak tadi terus panik dalam diam, setelah mendengar penjelasan Rian mengenai kondisi mental Gendra.

Rian bilang Oedipus yang Gendra derita tidak bisa sembuh, hanya akan menghilang dengan sendirinya dengan cara mengidentifikasi ibu, atau mencari pasangan yang mirip dengan ibunya, Gea, entah dalam bentuk fisik, pikiran, dan kebiasaan.

"Aku gapapa" Gendra terus mengatakan hal seperti itu pada Gea yang sejak pulangnya mereka dari rumah sakit, Gea tidak banyak berbicara.

Gea menatap putranya dengan pandangan sendu. Dielusnya wajah putra semata wayangnya, digenggam tangannya, dan terakhir Gea menarik Gendra kedalam pelukannya

"Jangan nangis, aku lemah soal mama" larang Gendra

"Mama ga nangis"

"Iya, jangan"

Gea melepaskan pelukan mereka dan menggenggam tangan Gendra "Kamu tau, selama ini siapa yang paling mama andalkan?"

Gendra menggeleng "Gatau. Mungkin papa?"

Gea sama menggelengnya seperti sang putra "Bukan, mama" jawab Gea "Kamu tau kan, kakek kamu meninggal waktu mama masih kecil. Semenjak kakek kamu meninggal, mama lebih banyak menghabiskan waktu sama nenek"

Gendra mendengarkan

"Mama punya mama yang cantik, tangguh, kuat, seorang mama yang gak gampang nyerah sama keadaan, seorang mama yang selalu berusaha ngasih yang terbaik buat anak-anaknya."

"Kalau ditanya orang tentang siapa idola Mama, mama bakal jawab dengan tegas, Mama (nenek Gendra) menurut mama gak ada yang kayak nenek kamu di dunia ini. Nenek kamu yang terbaik dan gak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun."

"Nenek kamu sering cerita, kalo dulu, awal-awal mereka nikah, mereka hampir aja cerai, padahal mereka udah punya Mas Rion yang waktu itu baru umur 2 tahun"

Gendra mengernyit "Kenapa Ma?"

"Karena kakek kamu belum siap jadi ayah"

"Kan mereka udah punya anak" Gendra semakin bingung

Gea mengangguk, lantas menjelaskan "Nenek bilang kalo kakek kamu dulu cuek ke mas Rion, karena kakek dididik sama ayah yang juga cuek. Makanya waktu kakek udah jadi seorang suami, kakek jadi gak tau gimana caranya bersikap, waktu berhadapan dengan anaknya sendiri."

"Kenapa kayak gitu?"

"Kemungkinan besar karena pola asuh yang kakek kamu terima sejak kecil." Gea tersenyum menatap Gendra. Perempuan itu selalu suka saat berceloteh dengan putranya, karena Gendra tidak akan pernah memalingkan wajahnya dari kedua netra Gea

"Sejak kecil, perempuan udah dipersiapkan buat jadi istri dan ibu yang baik, makanya mereka di kasih masak-masakan, boneka, dan bermain peran sebagai ibu. Sedangkan para lelaki justru sebaliknya, mereka dipersiapkan untuk fokus sama karir dan pekerjaannya, biasanya mereka dibelikan mainan kayak senjata, mobil, bola, robot, yang berhubungan sama masa depannya sebagai lelaki, dengan pekerjaan tertentu."

Gendra mengangguk "Kan gak mungkin cowok mainan masak-masakan, boneka atau mainan lainnya yang kecewek-cewek-an, Mama"

"Kenapa gak mungkin? Padahal, jadi seorang ayah gak cuma soal bisa punya karir bagus, kuat, sama punya uang. Tugas ayah juga merawat anaknya dan menjadi orang yang bisa diandalkan keluarga." Jawab Gea

"Nenek juga cerita, kalo sejak kecil, kakek kamu selalu dapet ‘hak istimewa’ buat fokus sama dirinya sendiri daripada mikirin keluarga. Rasa tanggung jawab memikirkan keluarga cuma kakek lakuin demi memenuhi kebutuhan pribadinya aja. Makanya kakek gak punya sudut pandang seorang ayah"

Oedipus ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang