20. ABCD

154 35 1
                                    

Lika menggigit sapu tangan dengan tangan yang memeluk bantal erat saat dokter yang menanganinya, membersihkan serpihan pasir dilututnya menggunakan obat antiseptik khusus luka.

"Apa sesakit itu?" Tanya dokter lelaki dihadapan Lika

Gadis dengan bandana kuning di kepalanya itu melepaskan sapu tangan dan membiarkan terjatuh begitu saja "Perih dok, agak ngeri juga."

"Udah selesai, tinggal kasih krim doang"

"Harus?"

Dokter bernama Bilal di dada kirinya tersebut menyodorkan krim antibiotik pada Lika "Ini bisa bantu jaga kelembapan kulit dan mencegah timbulnya infeksi. Mau pake?"

"Saya aja" Lika meraihnya

"Tipis-tipis aja biar gampang kering"

Sambil meniup lututnya, Lika mengoleskan krim pemberian dokter dihadapannya dengan perlahan

"Kamu bawa, tapi jangan dipake lagi kalo ada ruam di lutut"

"Iya."

Bilal mengambil kain kasa untuk menutup luka dilutut Lika, sama seperti apa yang ada di pipi bagian bawah Lika, siku, pergelangan kaki, dan tulang kering. "Kamu sering aktivitas di luar rumah?"

"Kadang"

"Ganti kasanya sehari sekali atau dua kali dalam sehari. Apalagi kalo kain kasa basah atau gak sengaja kotor. Kalo kain kasa susah dilepasin waktu kamu mau ganti, basahin perban dulu pake air atau larutan air garam. Itu bisa buat keropeng kulit melunak jadi kain kasa bisa dilepas"

"Iya. Kaki saya sakit dok"

"Pasti, lebam soalnya, itu juga bisa buat kamu susah gerak beberapa hari kedepan. Begitu pulang kamu kompres pake air hangat, ya"

Lika mengangguk dan membaringkan tubuhnya dengan perlahan karena sakit diseluruh tubuhnya.

"Kamu pulang sama siapa? Temen kamu udah pulang soalnya" tanya Bilal

Selesainya pertanyaan Bilal, Gendra muncul diambang pintu, Lika melihat lelaki itu dan tersenyum menyapanya. Senyum Lika luntur saat Adena juga ikut masuk dibelakang tubuh lelaki itu, bahkan tangan mereka tertaut begitu menghampirinya

"Lo ngapain lagi?" Tanya Gendra ketus "Berenti cari masalah, hobi lo akhir-akhir ini buat gue jantungan tau gak?"

"Gue mana tau kalo bakal kayak gini" jawab Lika sewot tanpa menatap lawan bicaranya

"Seharusnya lo tau, karena lo gak bisa bawa motor"

"Bisa, kan lo yang ajarin"

"Tiga tahun lalu, Anulika"

"Gue gak salah Dra, pengendara motornya yang nabrak gue dari belakang" Lika mendongak dan melotot pada lelaki di hadapanya

"Lo nyalain lampu sein-nya?" Tanya Gendra. Gadis itu tak menjawab "Nggak kan? Pantes lo ditabrak dari belakang, bukan ditabrak mobil pun udah untung, lo"

"Lo liat gue, gue luka, banyak, cuma karena gue ditabrak motor bukan mobil, menguntungkan?" Heran Lika "Gila lo."

"Dengan kemungkinan lo bisa aja mati konyol di jalanan, segini bisa di bilang untung, Key"

Lika menatap Gendra lalu berdecih "Kenapa bawa dia?" Yang dimaksud Lika adalah Adena, namun gadis itu tak menatap Adena

"Lo pikir gue bakal biarin pacar gue rawat cewek lain?" Pertanyaan Adena membuat Gendra menoleh sesaat, namun tak mengatakan apapun

"Dan kalian pikir gue mau satu mobil sama kalian?" Balas Lika nyelak "Ngebayanginnya aja gue muak kalo harus liat kalian haha-hihi sedangkan gue cuma diem dibelakang"

Oedipus ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang