"tut....tut....tut..... " kesekian kali naren menelepon una. Tak ada jawaban. Ia tau kekasihnya itu marah padanya. Sekali lagi naren mencoba menghubungi via video call dan akhirnya dijawab. Mata naren berbinar akhirnya bisa menghubungi una. Terlihat wajah una yang begitu murung, naren tau sebabnya, una sangat marah padanya, itu pasti.
"hai sayang..." sapa naren. Tak dijawab, gadis itu hanya diam saja, posisi tengkurap di ranjang memeluk gulingnya, wajahnya memang menghadap kamera tapi matanya tidak.
"mas besok pulang una. " tutur naren kembali. Una hanya manyun saja, sesekali matanya melirik arah kamera. Hening sejenak, naren bingung harus bagaimana membujuk gadis mungilnya itu.
"mas naren kenapa si ga kabarin una! " akhirnya una mau berbicara. Naren tersenyum, bahagia campur dengan rasa bersalah. Tapi bagi naren , jika una berbicara dengan nada ngambek seperti itu, lebih lucu, bibir manyun manyun, begitu menggemaskan meski usianya sudah 20 tahun.
"sayang maaf ya, mas kerja diluar kota terburu buru lupa kabarin una, mas sibuk banget juga, una pasti nungguin kan?pliss maafin mas ya sayang, mas besok pulang una minta apa? " una hanya menggeleng. Naren mengerutkan dahinya.
"pokoknya mas naren pulang..." matanya berkaca kaca.
" iya una...mas besok pulang trus kita ketemu, udahh yaa gaboleh sedih, nanti kalo mas udah disana una ajak mas kemana aja boleh, kita lunasin hari kemarin yang batal, ya sayang?" una mengangguk.
"una, coba mana senyumnya"
Lega, hanya itu yang bisa dijelaskan bagaimana perasaannya ketika melihat senyum itu kembali, senyum yang begitu ia rindukan. Naren sangat bersyukur una ternyata mudah sekali untuk mengerti dirinya, meski kemarahannya tak terhindarkan. Perbincangan terus berlanjut hingga larut malam. Bertukar kata sayang dan rindu.
"sayang ini sudah malam, una tidur ya tunggu mas besok pulang, trus lusa kita jalan jalan, oke? " tutur naren yang diangguki oleh una sambil tersenyum. Naren memutuskan panggilannya dan merebahkan dirinya. Menatap langit langit kamar membayangkan wajah ceria una ketika nanti mereka bertemu, senyum naren mengembang dan memejamkan mata. Tidak sabarnya ia ingin segera bertegur sapa dengan gadisnya.
"Tingggg" tiba tiba notif ponselnya berbunyi, naren tersontak kaget lalu mengecek ponselnya. Notif dari teman sekantor, menanyakan kapan ia pulang. Naren membalaskan lalu meletakkan ponselnya, begegas untuk tidur karna besok akan menempuh perjalanan jauh.
===================================
"kok una laper ya cari makan yuk!" bersender di dada naren, menikmati pelukan yang amat sangat una rindukan. Dua jam lalu mereka bertemu, tak ada banyak kata yang terucap, hanya pelukan yang berbicara.
" mau makan apa sayang, pokoknya hari ini terserah una mau kemana aja" tutur naren.
"ke pelaminan aja gimana? " una menaik turunkan alisnya. Keduanya langsung tertawa. Naren mengajak una ke resto terdekat, kasihan jika kekasihnya itu menahan lapar lebih lama. Sampai disana mereka hanya diam menunggu pesanan. Una mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi instagram, mengunggah fotonya bersama naren. Pertama kalinya ia menggunggah fotonya bersama laki laki. Pasti lah dibanjiri komen komen. Pesanan datang, una segera memasukan ponselnya kembali dalam tas. Tersenyum lebar, menampakan gigi putihnya yang rapi. Naren tidak memesan makanan, hanya secangkir kopi saja, ia tidak lapar.
Bos💗
❤20k 💬356
Naren pov
Melihatnya makan, adalah salah satu hal yang aku sukai darinya. Wajahnya sangat lucu, apalagi ketika marah, menggemaskan. Aku menepati janjiku kemarin hari ketika aku diluar kota. Aku melunasi pertemuan kami yang gagal waktu itu. Ketika bertemu kembali, una sangat bahagia, terlihat jelas dari wajahnya yang ceria, persis seperti apa yang aku bayangkan. Una tak berhenti memelukku, terlihat sekali jika una sangat merindukanku, aku pun juga begitu, sangat merindukan si mungil tukang marah ini. Bagaimana tidak, semenjak kami menjadi kekasih sebulan lebih yang lalu, baru sekarang bertemu kembali. Pastilah sangat berat untuk kami yang baru dimabuk cinta.
"habis makan mau kemana sayang" tanyaku.
"emmm anterin una ke toko buku ya una mau beli novel baru, trus kita ke mall aja, mau?"
"dasar kutu buku, pantes aja ga tinggi tinggi asupannya bacaan terus jadi asupan gizinya kurang" ejekku. Lihatlah wajahnya sekarang, bibirnya seketika manyun, ahh gemas sekali.
"yauda kalo gamau sama una yang pendek,cari aja yang lain!" gerutunya. Aku terkekeh
"bener ni ya boleh?" godaku pada una. Seketika ia melotot kearahku ingin melempar sendok yang una pegang, membuatku tidak bisa menahan tawaku.
"biarpun kamu kecil, mungil, suka marah marah ngomel ngomel, aku tetep sayangnya sama kamu una." masih manyun saja gadis itu. Ia meminum jus mangganya, makannya habis, cangkirku juga telah kosong. Aku memanggil pelayan disana untuk pembayaran pesanan tadi, dan mengajak una keluar dari sana. Una tetap saja manyun, entah kenapa gadisku ini pemarah sekali. Aku nenarik wajahnya keatas, mencium bibirnya kilat lalu berjalan meninggalkannya menuju mobilku. Aku lihat dari dalam mobil una mematung, tersenyum lalu berlari, kemudian memasuki mobil. Didalam mobil aku diam saja tidak memandangnya, awalnya una juga begitu, diam. Tak berselang lama tiba tiba una mencium pipiku dan memeluku, aku membalas pelukannya, sesekali mencium pucuk kepalanya.
"I love you una."
"I love you too mas naren." masih dalam pelukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...