"sayang..... " panggil naren sambil menuruni anak tangga, mencari istrinya berada. Una yang duduk sembari menonton tv menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.
"apa mas... " ia melihat suaminya berjalan sedikit lesu kearahnya dan memajukan bibirnya.
"aku laper... " naren merengek seperti anak kecil, merebahkan dirinya di sofa berbantal paha istrinya.
"kasiann suami aku, sibuk kerja sampek laper yah" gemas una memainkan pipi naren.
"hmmmm, masakin yah"
"emm boleh, mau makan apa?" una mengusap usap kepala suaminya itu.
"apa aja deh yang cepet"
"yaudah bangun una masak dulu" naren bangkit, lalu membantu istrinya berdiri.
==============
"lanjut kerja atau tidur?" una bertanya sembari membereskan piring kotor miliknya dan suaminya.
"emm kayaknya mau nonton tv aja deh, ada jadwal bola ya sekarang" naren beranjak lalu pergi ke ruang tv sedikit berlari.
Naren menyalakan tv dan mencari chanel yang menanpilkan siaran langsung pertandingan sepak bola. Beberapa saat kemudian.....
"aakkhhhh!!! mas!!!" naren terlonjak kaget, ia segera berlari menghampiri istrinya, naren melihat una yang merintih kesakitan sembari memegangi perutnya.
"unaa!! Kenapa sayang!!"
"mass perut aku sakit!" una menangis.
"kamu mau lahiran ya, aduhh gimana ini"
"ya bawa ke rumah sakit lah mas!! Aduh perutku" una memukul bahu naren sedikit keras.
"ah iya ya, aku ganti celana dulu ya bentarrrrr aja"
"ayo mas!!!! Perutku udah sakit bangett!!" naren kalang kabut di situasi itu.
"oke kamu duduk bentar sini aku ambil kunci di atas"
"cepetannnnn!!! "
"iyaaaaa" tergesa gesa naren menaiki tangga, menuju kamar untuk Mengambil kunci dan satu sarung, tidak lucu jika ia keluar menggunakan celana boxer sepaha saja, lalu ia segera turun berlari sambil memegangi sarungnya agar tidak tersandung.
"ayo sayang kita berangkat" naren menuntun istrinya keluar rumah dan memasuki mobil.
"sabar ya sayang ya" naren menggenggam jemari istrinya sembari menyetir. Tak lama kemudian mereka sampai. Naren memanggil suster untuk membantu istrinya itu. Una segera di bawa menggunakan kursi roda menuju ruang persalinan. Naren mengatur nafasnya, lalu mengikuti kemana istrinya dibawa.
"apa bapak ini suaminya?" tanya dokter saat di depan ruang persalinan.
"i-iya dok saya suaminya"
"oke bapak silahkan masuk" naren memasuki ruangan itu, mengangkat tubuh istrinya ke atas dipan.
"sabar ya buk, ini masih pembukaan ke 5"
"memangnya sampai berapa dok?, istri saya sudah kesakitan seperti ini" naren panik, menggenggam tangan istrinya, mengusap dahi una yang bercucur keringat.
"sampai pembukaan 10 pak baru kita lakukan persalinannya"
" sakit masss!!!" una semakin menangis. Sungguh, naren sangat tak kuasa melihat istrinya seperti ini. Wajah yang biasanya ia lihat dengan senyum lebar saat ini merintih kesakitan demi memperjuangkan buah hati mereka.
"sabar una yaa, kamu kuat sayang, mas ada disini temenin kamu"
Setengah jam berlalu, dokter memeriksa una sekali lagi.
"sudah waktunya, suster siapkan peralatannya, kita lakukan persalinan sekarang, pak tolong bantu istrinya" naren mengangguk, lalu memandangi wajah una yang bercucuran keringat sedari tadi merintih.
"bismillah sayang, una bisa"
"ayo buk atur nafasnya" una mengikuti instruksi dokter.
"dorong!!" una berteriak berjuang melahirnya anaknya, air matanya bercucuran bersamaan dengan keringat.
"ayo sayang, kamu bisa" naren mengusap usap kepala istrinya, cengkraman tangan una begitu kuat pada genggamannya.
Jika bisa, naren ingin menggantikan rasa sakit yang istrinya alami padanya. Sungguh benar benar ia tak tahan, ia banyak banyak berdoa dalam hati sembari menyemangati istrinya. Lalu yang di tunggu telah tiba.
"oekkkk oekkkk" tangisan bayi pecah, naren bernafas lega menitihkan air mata. Ia melihat wajah istrinya begitu lemah tak berdaya, lalu mencium keningnya.
"terima kasih sayang, terima kasih banyak" lalu istrinya tak sadarkan diri.
"bapak bisa keluar sekarang, kami akan membersihkan istri bapak" naren mengangguk lalu meninggalkan ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...