Meja yang penuh buku, tangan terus mencatat angka demi angka, berkutat dengan laptopnya. Una tengah fokus mengurus bisnisnya, mumpung suaminya juga mengurus pekerjaannya dirumah, mereka sama sama sibuk satu sama lain. Saat asik menghitung, tiba tiba sepasang tangan merangkul tubuhnya dari belakang, itu tangan naren.
"gimana sayang?"
"alhamdulillah mas, orderan makin naik" una mendongakkan kepalanya, tersenyum.
"wahh selamat yaa" naren menciumi pucuk kepala istrinya itu.
"mas naren udah selesai?"
"sudah sayang, kamu masih lama ga?" naren beralih berjongkok di samping una.
"bentar lagi mas"
"yaudah mas tungguin disini sampe selesai" una tersenyum lalu mencium kening naren sebelum kembali melanjutkan pekerjaanya.
Ponsel naren tiba tiba berbunyi, naren mengeluarkan ponsel dari sakunya. Setelah dia mengecek, naren hanya memandangi saja tidak segera di jawab. Una yang melihat itu mengerutkan dahinya.
"kenapa mas? Angkat lah siapa si yang telpon malem malem?" naren tetap terdiam, una langsung mengambil ponsel itu dari naren. Telepon dari nomor tak dikenal, una menjawab teleponnya.
"halo, naren" suara wanita dari sebrang sana. Una melirik ke arah naren.
"narennn, kenapa kamu diam? Segitu marahnya kamu sama aku?" ketika naren akan bicara una mengisyaratkan untuk tetap diam.
"naren, ku mohon biacaralah denganku, aku sangat merindukanmu"
"maaf suami saya sedang beristirahat, anda bisa membicarakan dengan saya jika ada sesuatu" akhirnya una angkat bicara.
"siapa kau? Kenapa ponsel naren ada padamu?
"saya istrinya mas naren, ini ponsel suami saya terserah saya mau apakan ponsel suami saya, dan kamu lancang sekali berbicara seperti itu pada suami orang, tidak tau diri!! Dengerin ya, Tolong berhenti menghubungi suami saya, jika tidak kamu akan menanggung akibatnya" tegasnya sebelum mematikan teleponnya. Una meletakkan ponsel naren di mejanya, lalu kembali berkutat pada laptopnya.
"una, itu.... Dia.... " belum selesai naren berbicara una sudah memotongnya.
"mantan mas naren" jawab una memotong perkataan naren. Seketika naren mati kutu, bagaimana bisa istrinya tau soal wanita tadi?
"sementara mas naren pake ponsel una dulu, una pegang punya mas naren, mas boleh tambahin nomor nomor temen kerja yang penting buat dihubungin,inget!! Temen kerja yang penting!!" ucap una ketus.
"iyaa sayang, terserah una aja, mas nurut aja sama istri mas yang galak ini" naren tersenyum, mengusap kepala istrinya yang sedang marah itu.
Una menutup laptopnya, tiba tiba naren mengangkat tubuh istrinya, menggendongnya ala bridal style menuju ranjang. Perlahan naren menurunkan tubuh una diranjang dan ikut merebahkan dirinya, una terdiam saja lalu memunggungi suaminya.
"sayanggg" naren mengusap kepala una, istrinya tetap terdiam.
Naren memeluk istrinya dari belakang, menciumi tengkuknya, karna kegelian akhirnya una tertawa.
"jangan marah sama mas dong"
"kenapa si mantanmu masi genit sama kamu mas" una manyun manyun.
"unaa, mas itu suami una, milik una, ga akan ada yang berani gangguin kalo istri mas itu galak kayak una" naren memainkan pipi istrinya.
"yaudahhh cari aja yang ga galak sana!!"
"ga ah, istri galak kayak kamu mas jadi lebih aman dari kejaran mantan" naren tertawa sambil memeluk dan menciumi pipi istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...