Semenjak tau istrinya sedang hamil, naren melarang una untuk melakukan aktivitas berlebih, jadi ia menyewa seorang asisten rumah tangga, awalnya una menolak tapi naren tetap dengan keputusannya. Naren tak mau jika una sampai kelelahan yang membahayakan kesehatannya dan juga calon anaknya.
Una baru saja selesai mandi, kini berada didepan cermin yang menampakan seluruh tubuhnya dari kepala hingga kaki. Una mengelus perutnya yang mulai terlihat membesar, usia kandungannya sudah menginjak hampir 6 bulan, ia tersenyum memperhatikan dari kaca. Naren memasuki kamar, melihat istrinya berdaster di depan cermin mengelus perutnya, ia menghampirinya lalu memeluknya dari samping, ia baru saja pulang bekerja.
"emmm istriku udah wangi" naren mencium pipi una berkali kali.
"iya dong, mas yang masih bau, mandi sana"
"kalo gak mau, gimana?" una menoleh dan menatap suaminya dengan tajam.
"kalo ndak mau mandi, gausa tidur sama una!"
"alah nanti juga kamu na yang cariin mas" ucap naren melepas peluknya lalu merobohkan dirinya di kasur.
"mandi dulu sayang..... " baru saja naren mengeluarkan ponsel dari saku sudah di rampas oleh istrinya.
"ckk! Iyaa iyaa unaa" naren bangkit, mencium pipi istrinya lalu masuk kamar mandi.
Ting!!!!
Notifikasi ponsel naren, una yang kepo memeriksanya, ia sudah lama tidak melihat isi ponsel itu. Ingatkah kalian soal mereka yang bertukar ponsel gara gara mantan naren? Yah sampai sekarang masih seperti itu. Sebenarnya una sejak lama ingin mengembalikannya tapi naren bilang tidak perlu, begitu saja tidak masalah. Ia membuka aplikasi Whatsapp, ada pesan berupa vn, una memutarnya.
"emm makasih ya naren traktirannya, kapan kapan kita makan bareng lagi ya, gantian aku yang traktir deh, aku seneng ngobrol banyak sama kamu" suara seorang wanita bernada manja, dan foto profilnya yang wah, seksi sekali.
"mas naren abis sama siapa" batinnya, hatinya memanas, fikirannya kemana mana tentang suaminya.
Naren keluar dari kamar mandi, melihat istrinya yang duduk mematung dan melamun diatas kasur.
"sayang ambilin bajuku dong" una hanya melirik ke arah naren. Pria itu faham, sepertinya istrinya sedang tidak mood, akhirnya ia mengambil sendiri pakaiannya. Setelah bersisir sisir ria, naren menghampiri istrinya.
"kenapa sayang"
"ini siapa? Pacar kamu?" naren mengerutkan dahinya, tiba tiba istrinya menuduhnya seperti itu.
"mana sayang, ada ada aja kamu" una langsung menunjukkan vn tadi, memutarnya.
"ohh itu temen aku una"
"temen???? Temen kok genit banget!" una langsung menyerahkan ponsel itu pada naren dan beranjak pergi keluar kamar. Naren tersenyum kecut, begitu cemburuan sekali istrinya itu.
Una merasa lapar, tapi ingin memakan sesuatu yang pedas, jadi ia memutuskan membuat sambal sosis. Di dapur una tengah sibuk memasak, sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.
"masak apa sayang" una terdiam saja tak menjawab.
"ihh kok aku dicuekin sih" una tetap diam saja, sampai acara memasaknya selesai. Ia memindahkan sosis yang berlumur sambal itu ke mangkok lalu membawanya pergi dari sana.
Naren mengikuti istrinya dari belakang, membuntutinya. Una berjalan ke ruang tv, duduk di sofa, menyalakan tv sambil memangku mangkok yang berisi makanan tadi. Naren tak tinggal diam, ia mengambil mangkok itu, menaruhnya di meja lalu berganti ia yang tidur dengan kepala di pangkuan istrinya, menghadap perut una yang membesar.
"dedek, bunda lagi marah sama ayah, gak mau ngomong sama ayah, ayah ngobrol sama kamu aja ya" ucap naren sambil mengelus perut istrinya itu, berbicara dengan bayinya.
"ayah pengen jalan jalan, mau ajak bunda tapi bundamu lagi marah, jadi ayah ajak kamu aja deh ya, eh tapi kasian nanti bunda nangis kalo ditinggalin, bundamu kan gak bisa jauh jauh dari ayah" una yang mendengar itu menahan tawanya sambil menikmati sosisnya. Naren sesekali melirik keatas, melihat wajah istrinya.
"ihhh bunda masih marah aja dek, bantuin ayah dong biar bunda gak marah lagi" seakan tau apa yang ayahnya maksud, tangan naren merasakan bayi di kandungan una menendang keras.
"sshhh aduhh"
"ehhh dedek nendang sayang, sakit yah??" una mengangguk.
"dedek, jangan keras keras juga dong nendangnya, kasian bunda sakit"
"unaa, jangan diemin mas gini dong" naren menyembunyikan wajahnya di perut istrinya.
"itu tuh temen mas waktu kuliah dulu, tadi siang ketemu, dia kerja di deket kantor mas situ, jadinya mas ajak makan siang sekalian, mas gak ada maksud apa apa una" una merasa kasihan pada suaminya, harusnya ia tak berfikiran macam macam tentang suaminya itu.
"mas dulu gak ada perasaan sama dia kan"
"enggak sayang, dulu ataupun sekarang gak ada sama sekali, mas tuh cuman sayang sama istri mas yang galak ini" ucapnya sambil menoel noel pipi una yang semakin gembul karna kehamilannya.
"kalo una gak suka, mas akan lebih jaga jarak sama dia"
"ya emng harus gitu" jawab una ketus.
Naren merubah posisinya menjadi duduk.
"yaudah, peluk dulu dong" una melirik arah suaminya, lalu memeluknya erat erat.
"love you una" naren menciumi pucuk kepala istrinya berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Roman d'amour" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...