Sinar mentari memasuki kamar una menembus kaca jendela, naren terbangun dari tidurnya. Ketika ia membuka mata, pemandangan pertama yang naren lihat adalah wajah cantik istrinya yang tidur begitu tenang. Naren mengusap pipi istrinya, menyingkirkan helai helai rambut yang menutupi wajah. Una terusik karna sentuhan naren.
"bangun sayangg, sudah pagi" ucapnya naren dengan suara serak khas bangun tidur. Una tak menghiraukannya, malah semakin menenggelamkan wajahnya di dada suaminya itu.
"unaaa, ayo bangun sayang" naren mencium pucuk kepala istrinya.
"una masih capek masss" rengeknya dalam pelukan. Naren tersenyum, mengusap usap kepala una.
Hampir setengah jam berlalu, una masih belum mau membuka matanya, ide jailnya muncul. Tangan naren meraba raba tubuh una yang tak memakai satupun pakaian sejak semalam. Una langsung membuka matanya.
"mas naren mau apa?"
"mas masih kurang sayang" tangan naren masih meraba raba.
"ihhh mas naren geli ah" una berusaha menjauhkan dirinya dari naren tapi pelukan pria itu sangat kuat.
"mas naren jangan nakal, una mau bangun ini"
"katanya tadi capek, sini mas pijitin" una lalu mencubit perut naren, suaminya itu mengaduh kesakitan melepaskan pelukannya.
Una segera beranjak dari ranjang, berjalan tertatih akan mengambil handuk kimononya. Rasa nyeri diarea kewanitaanya akibat ulah naren semalam. Melihat una berjalan seperti itu naren tersenyum nakal.
"perlu bantuan sayang?" tawar naren dengan cengengesan wajah tak berdosa.
Naren beranjak dari ranjang, tiba tiba menggendong istrinya ala bridal style ke kamar mandi lalu membawanya masuk ke dalam bak mandi berisikan air hangat. Berendam bersama dalam satu bak mandi. Memangku una yang memunggunginya seperti ini membuat gairah naren bangkit. Naren memeluk perut una dari belakang, menciumi pundak istrinya dan kembali membuat kissmark dileher. Una hanya terdiam menikmati perlakuan suaminya itu.
Ciuman naren naik ke pipi una, lalu menyambar bibirnya, bibir manis una yang amat sangat naren sukai dan selalu ia rindukan. Tangannya tak tinggal diam, satu tangannya meraba dada istrinya mengelusnya dan meremasnya pelan, satunya lagi meraba paha mulus una, lenguhan keduanya memenuhi kamar mandi. Naren dan una kembali bermain disana, memenuhi hasrat yang semalam kurang tuntas.
===================================
"sayangg dasiku dimana!!" teriakan naren dari kamar terdengar hingga dapur tempat una berada sekarang, ia sedang memasak. Una mematikan kompornya, lalu berjalan ke kamarnya.
"kamu kebiasaan ya, udah tak siapin itu loh masih bingung nyarinya ih" gerutu una mengambil dasi yang jelas jelas tergeletak di ranjang.
"bukan yang itu una, yang merah aja kan bajunya udah hitam masa dasinya hitam juga" naren manja.
Una membuka lemarinya lalu mengambilkan dasi yang diminta dan menyodorkannya pada suaminya. Naren hanya diam mematung tak mengambil dasinya, una mengerutkan dahi.
"ya pakein dong sayang" tanpa banyak bicara una menuruti, memasangkan dasi pada suaminya. Kini suaminya telah siap, tinggal sarapan lalu berangkat bekerja.
Mereka sudah berada di meja makan, una memberikan piring berisi nasi goreng untuk suaminya.
"sarapan ini aja gapapa ya mas, una lagi malas masak"
"gapapa una, nasi goreng buatan kamu itu mas suka banget kok" una tersenyum melihat suaminya makan, suaminya itu tidak cerewet masalah makanan.
Naren selesai sarapan, siap untuk berangkat. Una mengantarkannya sampai depan, naren mencium bibir istrinya kilat lalu berangkat. Una kembali masuk ke dalam rumah, lalu bersantai sembari menonton tv. Semua pekerjaan sudah ia lakukan, membersihkan rumah, mengurus suaminya, dan lain lain. Sudah seminggu ia menjadi istri naren, ia tetap bekerja dirumah menjalankan bisnisnya sejak muda, naren juga tidak mengizinkannya untuk bekerja diluar, tidak masalah bagi una.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...