Naren menggandeng tangan istrinya berjalan bersisihan di tepi jalanan jogja,menikmati kebersamaan mereka. Merasa kakinya pegal naren mengajak duduk di sebuah kursi pinggir jalan.
"mas una mau itu" una menunjuk pedagang rujak di sebrang jalan raya sana.
"mau? Yaudah kamu tunggu sini aja ya mas beliin dulu" naren beranjak lalu menyebrangi jalan raya untuk membelikan apa yang diinginkan istrinya.Banyak yang membeli sehingga membuat naren harus mengantri. Una tak sabar menunggu, ia memutuskan menyusul suaminya.
"pak rujaknya satu ya"
Brukkkk, lalu suara teriakan orang orang sekitar melengking, sebuah tubuh tertabrak mobil dan terpental. Naren terkaget lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat apa yang terjadi. Disana, ia melihat tubuh istrinya yang tergeletak tak berdaya di jalanan aspal.
"unaaa!!!!!!" teriak naren seketika, berlari menghampirinya. Naren bersimpu memangku tubuh istrinya yang bersimbah darah.
"una!! Bangun sayang!! Tolong bangunn unaa!!jangan tinggalin aku unaa!!" tangisnya pecah, istrinya tak sadarkan diri.
"unaa!!!!!!" naren tersentak, bangun dari tidurnya, nafas tersengal. Istrinya ikut terbangun dan panik seketika.
"mas naren kenapa mas" naren yang melihat una disampingnya seketika memeluknya erat erat.
"hei... Mas naren..., kenapa?" dipelukan itu, naren merasakan tubuh istrinya panas, ia melepas pelukannya.
"sayang, kok badanmu panas banget, kamu kenapa sayang" panik naren.
"gapapa mas...., udah tidur lagi yuk" una tersenyum, tapi senyuman itu adalah senyum lesu, wajahnya sedikit pucat.
Masih pukul 2 malam, sempat ada sedikit perdebatan kecil una yang tidak mau minum obat, tapi akhirnya mereka kembali tidur.
====================================
Seperti biasa di pagi hari una melakukan tugas ibu rumah tangga, membersihkan rumah dan memasak untuk suaminya. Hari ini naren libur bekerja, mereka bisa berduaan dirumah.
"beresss.." una tersenyum senang mematikan kompornya, ia baru selesai masak. Meski tubuhnya sedikit meriang, bukan alasan untuknya mengabaikan tugas sebagai istri.
"mas!!! Udah bangun belom!!!" dari dapur.
"udah sayang!!" naren baru saja selesai mandi, tengah mengeringkan rambutnya depan cermin, ia mendengar teriakan ibu negara memanggilnya."turun yuk sarapan"
"iya mas turun bentar lagi" naren menyisir rambutnya, lalu keluar kamar.
Naren melihat istrinya berjalan membawa piring dengan wajah yang pucat dan terlihat lesu sekali.
"sayang, kita ke dokter yuk, aku gamau kamu kenapa napa"
"gapapa mas, cuman capek aja kok, nanti juga normal lagi" una tersenyum meyakinkan suaminya, lalu mengambilkan sarapan.
"selamat sarapan" una mencium pipi suaminya itu dan ikut duduk untuk sarapan juga.
Selesai sarapan una membereskan piringnya dan piring suaminya, membawanya ke wastafel untuk dicuci.
Prangggg!!!
Naren terlonjak kaget, segera menghampiri istrinya, pas sekali ia datang istrinya roboh di pelukannya. Yap una pingsan.
====================================
Una mengerjapkan matanya, ia kebingungan dimana ia berada. Una melihat sekeliling, akhirnya ia sadar sedang berada di UDG. Pintu ruangan terbuka, menampilkan suaminya yang datang dari luar, masuk sembari tersenyum menghampirinya.
"hai sayang, gimana keadaan kamu?hm?" naren mencium kening istrinya.
"aku kenapa mas?
"kamu tadi pingsan sayang" mengusap usap kepala una, lalu hening sejenak.
"sayang mas mau nanya, kamu udah datang bulan belum?" una menggeleng pelan.
"belum mas, una sakit apa?" tatapan una sayu, naren meraih tangannya, menggenggamnya.
"kamu ga sakit apa apa sayang, tapi una akan jadi ibu dan mas jadi ayah" ucapnya seraya tersenyum.
"maksud mas? Una hamil?" matanya berkaca kaca.
"iya sayang, una hamil, anak kita udh ada di perut una, kata dokter udah 5 minggu" naren ikut berkaca kaca, menciumi tangan dan kening istrinya, lalu memeluknya.
"una jangan capek capek ya, una pingsan karna kecapean kata dokter, kasian dedek bayinya" una mengangguk tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...