Hari yang cerah, tapi panasnya tidak begitu terik. Angin sepoy sepoy menerpa wajah una, anak rambutnya bergerak menari bersama alunan irama udara. Una dan brian berjalan bersisihan ditaman kota.
Una pov
Aku diajak mas brian keluar rumah. Tidak jauh, hanya di taman kota terdekat. Tempat yang penuh kenangan bersama mantan kekasihku, mas naren. Apakah aku dan mas naren benar benar berakhir? Mungkin. Dan jika diperbaiki pun tidak akan bisa, aku sudah bertunangan dengan mas brian dan kami akan menikah, sudah mustahil bagiku mengharapkan mas naren kembali. Mungkin memang sulit melupakannya. Namun seiring berjalannya waktu aku harap aku bisa mencintai mas brian seperti aku mencintai mas naren, sebagai penggantinya menemani hidupku.
Mas brian menggandeng tanganku sedari tadi. Ketika santai berjalan tiba tiba....
Brukkk!! Seseorang menabraku dari belakang, aku tersungkur. Siku dan lututku terluka, aku meringis kesakitan.
"maaf dek maaf saya tidak sengaja, saya terburu buru" ku dengar sosok itu minta maaf dan sedikit berdebat dengan mas brian. Aku mengenali suara ini, aku mendongak ke atas. Dan benar, itu mas naren, kami saling tatap. Aku hanya diam tak berkata kata, air mataku jatuh. Aku dibantu mas brian untuk berdiri.
"maafkan saya dek, saya tidak sengaja, saya benar benar terburu buru, akan saya beri uang untukmu berobat. " aku kaget, mas naren tidak mengenaliku? Aku hanya menggeleng.
"emm ti-tidak usah, saya gapapa hanya luka kecil saja." jawabku, suaraku bergetar.
"benarkah? Kalau begitu saya benar benar minta maaf, saya terburu buru saya duluan ya? " aku hanya mengangguk saja, lalu mas naren pergi, perih sekali hatiku. Mas brian mengambil tasku yang jatuh.
"kamu gapapa sayang? Coba mana sini lukanya aku liat" mas brian memeriksa luka di siku dan lututku, membersihkan bajuku dari debu debu yang tersisa, aku hanya diam saja.
"kita pulang aja ya, kamu kuat jalan sampe tempat motor tadi? " aku mengangguk, lalu berjalan tertatih dibantu mas brian, perih lukaku tidak seperih luka hatiku ketika mas naren tidak mengenaliku lagi. Mas brian tiba tiba berhenti dan beralih didepanku, otomatis aku berhenti juga. Ia berjongkok didepanku, aku tidak mengerti.
"naik cepet sayang!" perintahnya.
"ih engga malu mas, aku bisa jalan sendiri kok! "
"udah ayo sayang cepet naik, ga ada penolakan! " aku menurut, aku menaiki punggungnya, mas brian menggendongku ke tempat motornya diparkir, lalu kami pulang.
Naren pov
Aku berdiri mematung dibalik pohon, melihat wanita yang kucintai digendong oleh pria lain. Aku menabraknya tadi, tak kusangka yang kutabrak adalah unaku. Aku berusaha tegar melihatnya berjalan bersama pria itu. Walau sebenarnya aku ingin sekali memeluknya, mungkin jika una sendirian aku tidak akan berfikir panjang langsung memeluknya erat, aku rindu pada una, sangat rindu. Tapi apa dayaku, una sudah milik orang lain, meski belum sepenuhnya, tapi bagiku aku sudah tidak punya hak dan tempat lagi untuk mencintai una.
Aku lekas kembali ke kantor untuk bekerja. Pikiranku terus tertuju pada una, aku sangat cemburu. Tapi bagaimana lagi, ini sudah jalan kami berdua. Sulit sekali memang melupakan una. Tapi aku harus bangkit, aku tidak boleh terus larut dalam kesedihan ini, una bahagia aku juga bahagia.
===================================
2 bulan lagi una akan menikah. Tapi una masih belum bisa melupakan naren dan beralih mencintai brian yang akan menjadi suaminya. Entah mengapa una tidak rela jika naren pergi. Apalagi setelah pertemuan mereka sebulan lalu, naren menabrak una dan seakan tidak mengenalinya, menambah rasa menyesal bagi diri una.
Perjalanan panjang akan mereka lalui, kisah naren dan una akan terus berlanjut, meski mungkin tidak saling bersama, hati dan pikiran mereka tetap menyatu. Setiap hari saling memikirkan satu sama lain, hanya memikirkan saja tidak saling mencari. Memang menyiksa, tapi ini ujian mereka. Sekarang bagi mereka impian untuk saling memiliki pupus, musna tak tersisa. Tapi mereka tak akan tau keajaiban semesta merestui cinta mereka, naren dan una.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...