SABAR SAYANG

2 0 0
                                    

Una tengah asik memasak di dapur, suaminya lapar. Sepanjang memasak, ia mendengar suara naren dan anaknya yang bersautan. Suara juna merengek lalu di susul suara naren yang menenangkannya, seperti itu terus yang una dengarkan dari dapur.

"sabar juga mas naren ternyata" gumannya sambil terkekeh, sesekali melirik arah kamarnya.

"okeyyy sudah selesai" una mematikan kompornya, lalu memindahkan masakannya ke wadah.

"mas!!ud..." belum selesai ia memanggil, suaminya itu sudah terlihat menuruni tangga sambil menggendong juna.

"lah kok ganti baju mas?"

"iya nih, juna ngompol di baju aku, jadi basah semua deh" una menahan tawanya.

"yaudahhh sini, juna sama bunda dulu yaa ayah mau makan nanti main lagi sama ayah" ia mengambil alih anaknya dari suaminya, lalu menyusuinya.

"ternyata ngurus anak itu susah ya na"

"ah kamu mas, baru juga 4 hari udah ngeluh, apalagi sampe gede si juna" una terkekeh.

Setelah menyelesaikan makannya, naren mengambil kembali juna dari bundanya, bayi itu belum tidur.

"sayang, mas bawa juna ke atas ya"

"tidurin sekalian deh ya, una mau makan dulu nanti nyusul" naren mengangguk lalu pergi ke kamar.

===================================

Ceklek! Una membuka pintu kamarnya, ia tersenyum. Karna una melihat kedua jagoannya tertidur pulas bersama, juna dan ayahnya. Una memindahkan juna ke tempat tidur bayi, lalu ia menghampiri suaminya. Ia naik ke ranjang, mendekati suaminya, menatapnya lekat. Sungguh merasa sangat bersyukur naren ada dalam hidupnya, sosok lelaki yang sangat bertanggung jawab. Seperti pahlawan yang menyelamatkan una dari keterpurukan setelah keluarganya tiada, naren bisa menggantikan kasih ayahnya dan menjadi suami yang amat sangat mencintai una. Tak terasa una menitihkan air mata, memandangi wajah suaminya yang tengah tertidur. Una menyelimuti tubuh suaminya dan ikut merebahkan diri, lalu berbisik.

"una cinta sama mas naren, sangat mencintaimu" bisiknya memeluk suaminya dari samping.

"mas juga sangat mencintaimu una, kamu hidupku" una membuka matanya, mendongak ke atas. Ternyata suaminya belum benar benar tertidur. Naren mengubah posisinya berhadapan dengan una, menarik istrinya ke dalam pelukan.

Naren melepas pelukannya, menangkup wajah istrinya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya pada wajah una, mengecup bibir istrinya berkali kali. Naren mengubah posisinya lagi, menjadi di atas una. Kemudian, tak sabaran ia menyambar bibir una, tapi tetap melumatnya lembut. Tangannya bergerak memainkan payudara istrinya.

"sayang... Udah boleh kan main lagi?" bisiknya.

"sabar mas, masih sebulan lagi baru boleh" seketika wajah naren berubah, terlihat sekali kekecewaan disana. Naren menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher una.

"tapi mas pengen una" ucapnya lirih. Una menghela nafas, kasihan suaminya itu.

"yasudah, mas boleh ngapain aja tapi jangan dimasukin, belum boleh" ucapnya sambil mengusap usap rambut naren, pria itu terdiam.

Tiba tiba, una merasakan lehernya seperti di hisap. Naren melepas ciuman pada leher istrinya, membuka kancing piama yang di kenakan una hingga terbuka semuanya.

"mas mau ini kayak juna" una tersenyum, lalu mengangguk.

"una miring aja, mas nyusunya hadap kamu" una menurut saja apa kata suaminya.

Una mengeluarkan satu payudaranya, dengan cepat dilahap oleh naren. Pria itu menyusu seperti bayi, memeluk pinggang una. Tak lama kemudian naren tertidur, persis sekali anaknya, menyusu hingga tertidur. Una terkekeh melihatnya, pelan pelan melepaskan putingnya dari mulut naren, lalu ikut tidur.












DON'T LEAVE ME NARENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang