"ayah una berangkat dulu ya." una berpamitan pada ayahnya lalu berlari keluar rumah.
"unaa kamu ga pamit sama mama dulu!" teriak naren.
"kan una udh izin ayah hehe" Kepala una muncul di pintu. Ayah una dan naren menggelengkan kepala.
"yasudah saya pamit dulu ya om" naren menyalami tangan ayah una.
"oh yaa hati hati, jangan pulang terlalu lama."
"iya om siap" kemudian naren menyusul una yang sudah lebih dulu di mobilnya.
"kita jalan sekarang sayang?" naren baru saja memasuki mobilnya.
"yokkk gasss"
"oke berang berang makan ketupat" naren menyalakan mesin mobilnya.
"apaan tu mas?" una bingung.
"berangkattttttt" naren menjalankan mobilnya. Mereka berdua tertawa. Naren memutar lagu agar tidak hening. Diputarnya lagu dari pamungkas. Mengiringi perjalanan mereka berdua, mereka akan pergi ke tempat orang tua naren tinggal, yahh naren akan membawa una pada orang tuanya. Sebenarnya ayah dan ibu naren sudah tau soal hubungan naren dan una, maka naren diminta membawa calon menantu untuk bertemu mereka. Tangan kiri naren memegang tangan una. Saat tiba di reff lagu, mereka bernyanyi bersama.
I want you to
Take me home, I'm fallin'
Love me long, I'm rollin'
Losing control, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours
Walk you down, I'm all in
Hold you tight, you call and
I'll take control your body and soul
Mind too for sure, I'm already yours
Naren mencium tangan una, gadis itu tersenyum menatap naren. 3 jam sudah perjalanan mereka, naren merasa lapar. Ia mengajak una untuk berhenti mengisi perut mereka, di sebuah resto terdekat. Berbincang bincang ringan, una memainkan gawainya. Naren diam diam memotret una, lalu memajangnya di instagram. Hari patah hati untuk wanita wanita yang mengejar naren dan para pengagum rahasianya.
Nona cerewet 💛
❤36.235 💬1.569
Setelah mereka makan, naren melanjutkan perjalanan mereka yang masih lama lagi.
"tidur aja sayang, perjalanan kita masih jauh" naren mengusap usap kepala una. Una membenarkan duduknya, mencari posisi nyaman untuk tidur. Naren meminggirkan mobilnya ditepi jalan, menurunkan senderan kursi una agar kekasihnya bisa tidur dengan nyaman.
"dahh tidur ya sayang" mencium kening gadis itu lalu melanjutkan perjalanan kembali. Sesekali naren memandangi una yang sedang tertidur pulas sambil menyetir, wajah una terlihat tenang dalam tidurnya, senyum naren mengembang. Ia merasa bahagia bisa membawa una untuk bertemu orang tuanya, yang berarti kemungkinan besar una bisa menjadi milik naren seutuhnya. Ia mulai membanyangkan kehidupan rumah tangganya nanti bersama una, wanita yang sangat naren cintai. Hidup bersamanya, dan mempunyai keturunan, ahh hati naren tersentuh.
Setelah menempuh beberapa jam akhirnya mereka hampir sampai, sekitar 10 menit lagi. Naren meminggirkan mobilnya, akan membangunkan una.
"una, bangun sayang kita hampir sampai" mengusap pipi una. Una terusik, mengerjapkan matanya lalu terbangun. Naren membenarkan kursinya kembali lalu menyodorkan sebotol air mineral agar una merasa segar. Lalu melajukan mobilnya kembali.
"sayangg, una kok takut ya" celetuk una tiba tiba. Naren meraih tangan una, menggenggamnya.
"kenapa takut sayang? Santai saja bapak ibuku ga galak kok, ga usah takut oke? Ada aku sayang" una mengangguk tersenyum. Naren menciumi tangan una.
Mereka masuk ke halaman rumah yang cukup luas, halamannya hijau dan bertaman. Rumah bergaya klasik itu begitu indah, una keluar dari mobil sangat terpana.
Ting tong!! Naren membunyikan bel rumah, sosok wanita paruh baya muncul setelah pintu terbuka, naren memeluknya.
"ehh anak ibuk udah sampe, apa kabar nak"
"naren baik buk, ibuk dan bapak sehat kan? Mata naren berkaca kaca, melepas pelukan.
"jangan kuatir, wong bapak ibuk ini seger terus kok!"
" loh kamu sendirian to? Katanya bawa mantu ibuk?" naren menuntun ibunya untuk melihat ke taman halaman rumah.
"itu mantu ibuk" disana, una sedang bermain dengan kelinci kelinci peliharaan ibu naren, diumbar bebas di taman yang diberi pagar kecil.
"unaaa!!!" teriak naren memanggil una. Una menoleh, tersenyum lalu berlari kecil kearah ibu dan anak itu.
"assalamualaikum buk" una mencium tangan ibu naren. Ibu naren tersenyum mengurap kepala una.
"ibukk, ini una, calon menantu ibuk"
"ya allah cantik sekali kamu nduk" una tersipu malu mendengar perkataan ibu naren.
"yasudahh, ayo masuk yuk, kalian pasti capek to perjalanan jauh banget kok e" naren dan una mengikuti ibunya masuk rumah, saling senggol senggolan siku.
"pakkk!! Pakkk!! Naren sudah sampai ini lo pak!"
"Bapak dimana to buk?" naren tidak melihat sosok ayahnya sedari tadi.
"halahhh yo biasa, bapakmu di halaman belakang"
"lohhh udah sampai to" una dan naren mencium tangan pria paruh baya yang baru saja muncul.
"pakk ini una" naren memegang bahu una, memperkenalkan kekasihnya itu pada sang ayah.
"lahh bapak sudah tau, kalau ini bukan una mantu bapak, siapa lagi?" mereka tertawa. Una sangat malu, bertemu CALON MERTUA.
"yasudah kalian mandi dulu ibuk mau masak nanti kita makan sama sama. Naren, kamu anterin una ke kamar adekmu ya" naren mengangguk lalu menggandeng tangan una menuju kamar adiknya. Adik naren sedang kuliah di luar kota jadi kamarnya kosong tidak ada yang menempati.
Sampai kamar una langsung menjatuhkan tubuhnya diranjang, pinggangnya terasa pegal sekali, matanya terpejam.
"Mandi dulu sayang, trus nanti kamu bantuin ibuk masak ya" naren berjongkok disisi ranjang, mengusap kepala una dan mencium keningnya. Una membuka mata, mengangguk tersenyum.
"sayang!" una memanggil naren ketika pria itu telah diambang pintu kamar.
"emmm? Ada apa una?" naren mengerutkan dahinya.
"Koper una belum kamu turunin dari mobil ih gimana una mau mandinya!" naren menepuk dahinya, lalu keluar dari sana. Tidak lama kemudian naren kembali masuk membawa koper kecil milik una, una menerima koper itu, naren tetap terdiam disana. Una membuka kopernya, menyadari naren masih ada disana una menoleh.
"mas naren ngapain? Kan koper una udah diambil, dah sana ah una mau mandi tau!"
"emm, mas boleh ikut sayang?" goda naren menaik turunkan kedua alisnya. Una melotot kearahnya sambil tangannya membawa handuk yang akan dilempar kearah naren. Naren tertawa lalu segera keluar dari sana menutup pintu, una menggelengkan kepala ikut tertawa, dan segera bergegas mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...