Naren, una, dan ayah ibu naren menonton TV bersama sama, una duduk bersender pada lengan kokoh naren sambil memangku toples isi kripik kentang di pahanya. Ayah dan ibu naren duduk di sofa lain sebelah sofa tempat naren duduk bersama una.
"naren, kapan kamu akan menikahi una?" tanya ayah naren tiba tiba. Una mendongak menatap naren yang juga menatap dirinya.
"gak lama lagi pak. " naren tersenyum lalu beralih menatap ayahnya.
"yo jangan kelamaan, kasian una nanti keburu diambil orang mau?" celetuk ibu naren.
"yaaa kalo una siap, naren juga siap pak, naren juga udah nabung kok pak buat nikahin una" jantung una berdegup kencang.
"gimana una? Kamu sudah siap jadi istri anak bapak?" hening sejenak, lalu una menjawab pertanyaan dari calon mertuanya itu.
"emm una sih siap aja pak, tinggal nunggu mas naren lamar aja" ayah naren terkekeh.
"yasudahh, kamu sabar sedikit lagi ya nduk, nanti bapak, ibuk, sama naren datang ke rumah ketemu orang tuamu, untuk melamar kamu"
"hehe nggih pak" una tersipu. Naren mengarcak rambut gadis itu, membuatnya menggerutu. Ayah ibu naren yang melihat tingkah anak dan calon mantunya itu hanya tertawa. Terlihat begitu cocok dan saling menyayangi satu sama lain. Ayah ibu naren menyukai una juga karna dimata mereka una adalah gadis yang sopan, sederhana pelampilannya tidak neko neko seperti anak jaman sekarang yang suka memakai pakaian minim minim. Cantiknya una juga natural make up yang tidak menor menor.
Hampir larut malam mereka masih mengobrol banyak, hingga akhirnya ayah ibu naren pamit istirahat. Tinggal naren dan una berduaan disana, bercanda ria menonton bersama sambil menikmati camilan yang ada.
"wahh aku ga salah pilih calon mantu kayaknya, bapak ibuk langsung seneng dan tiba tiba nanyain soal pernikahan kita." una hanya tersenyum, memukul lengan naren karna malu, naren mengaduh kesakitan.
"una tanganmu itu sakit loh kalo buat mukul!" una mengusap usap lengan naren yang ia pukul tadi sambil tertawa pelan, lalu kembali menyenderkan kepalanya. Kemudian hanya ada hening diantara mereka, asik menikmati film yang ada.
Kantuk una mulai datang, una berusaha untuk tetap membuka matanya, film yang sayang jika dilewatkan, tetap hening diantara mereka. Beberapa saat kemudian mata una terpejam dengan sendirinya, membawanya ke alam mimpi, tidur dengan posisi masih bersender pada lengan naren.
Naren mendengar dengkuran halus dari sisi kirinya, lalu memeriksa una, dan benar saja una sudah tertidur pulas. Dengan hati hati naren mengangkat tubuh una, membawanya masuk kedalam kamar, lalu merebahkannya di ranjang dan duduk di sisi kanan gadis itu. Una terusik, naren mengusap usap perlahan kepala gadis itu agar tenang kembali dalam tidurnya.
Wajah kekasihnya itu terlihat begitu manis dikala tidur. Naren membungkukkan badannya mendekati una, mengamati setiap sudut wajah kekasihnya, menyingkirkan helai helai rambut una yang mengganggu. Tangan naren beralih menangkup sebelah pipi una, mendekatkan wajah mereka berdua, lalu mengecup bibir gadis itu sedikit lama. Una mengerjapkan matanya, membukanya pelan, tatapan mereka beradu begitu dekat, hanya jarak beberapa senti saja. Naren tersenyum, lalu mencium bibir una kembali, mengecap dan menghisapnya lembut, tangannya mengusap usap dahi gadis itu. Awalnya una pasif, tapi perlahan ia membalas ciuman naren. Naren yang mendapatkan balasan tak tinggal diam, tangan kanannya berkeliaran menelusup kedalam sweater una, jemari nakalnya bermain didalam sana. Beberapa menit kemudian ciuman naren beralih pada leher, tangannya keluar dari sweater una. Naren kembali menatap manik mata kekasihnya, tersenyum lalu mengecup pipinya kanan kiri bergantian.
"good night sayang, tidur nyenyak ya, maaf ganggu dikit" bisiknya lalu mengecup kening una, gadis itu hanya tersenyum. Naren menyelimuti tubuh una, tersenyum, lalu beranjak keluar dari sana, pergi ke kamarnya sendiri untuk tidur juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME NAREN
Romance" saya pikir kita saling mengerti, tapi ternyata tidak, semuanya berbeda, saya tidak mengerti apa yang naren alami,begitupun baliknya, keadaan terburuk saya sekalipun tidak ada yang bisa mengerti, termasuk orang yang sangat saya cintai, yaitu mas na...