t u j u h

9.6K 295 17
                                    

You received a new message

Gue tersenyum saat nama Daffa muncul disana. Agak malu sih, rasanya sepeti hari pertama kita berpacaran.

From: Daffa

tidur gih, besok kan mau nonton pacarnya tanding. Jgn mikirin gw mulu

Dasar, Daffa. Di dalam SMS pun, dia menggunakan bentuk perintah.

To: Daffa

ini siapa? sy jomblo :p

Gue ketawa cekikikan, ga sabar nunggu reaksi dia gimana.

From: Daffa

heh bocah jgn2 lo apus kontak gw y? dasar bocah labil

Loh, bukannya dia yang bocah?

To: Daffa

knp lo ga mikirnya gue punya banyak cowo sii dapuk

Kan bakal terlihat lebih unyu. Lagian gue ga pernah liat Daffa cemburu.

From:

ya lo cinta matinya kan ama gw, lagian siapa yg mau sm lo kalo bukan gw? wkwkk. udh ah, mau tidur biar ketemu pacar gue di mimpi. bye <3 u

Ya Tuhan, kok Daffa kalo ngomong suka bener, ya?

***

Icha berdiri di tribun penonton, ia lantas menyoraki nama sekolahnya dan nama pacarnya. Mungkin bukan cuma dia yang paling norak diantara penonton yang lain, karena emang banyak penggemar Daffa yang setia menonton dirinya seraya memberikan semangat. Mungkin Icha pernah cemburu, merasa posisinya sama saja dengan mereka. Namun, ia tahu kalo Daffa mempercayakan dirinya disana, di hati Icha.

Pertandingan berlangsung dengan sengit dan penuh drama. Masalahnya ini adalah duel dengan sekolah bebuyutan, harga diri di nomor satukan. Di lihatnya Daffa yang memakai ban kapten tampak kesal dengan wasit yang menurutnya berat tangan sebalah.

"Tai! Yang jatohin Icat harusnya kena pelanggaran tuh, keluarin aja!" omel Dela yang membela pacarnya.

Icha tahu pasti maksud Dela bukan karena Richard kembali menjadi pacarnya ia lantas membelanya. Namun memang faktanya Richard mendapat body kasar dari lawan, sampai ia harus digantikan posisinya. Walau begitu, Icha bisa merasakan hawa sedih dari Dela yang melihat wajah Richard meringis kesakitan, ia juga akan bersikap yang sama jika hal itu terjadi dengan Daffa.

"Sabar, Del. Kita sama-sama berdoa biar cedera Richard ga parah dan SMA kita bisa menang, ya?" ucap Icha menepuk pundak Dela.

Shoot! Daffa berhasil memperkecil selisih jarak kekalahan. Skor sekarang masih unggul dipegang lawan, 22-18. Atmosfer semakin menjadi saat Daffa lagi lagi menjadi dewa penyelamat, setidaknya masih terpaut dua angka lagi untuk menyamakan skor akhir.

"D to the A to the F to the F to the A, DAFFA!"

Pemandu sorak benar-benar berpengaruh saat ini, khususnya bagi SMA Rajawali yang sedang berusaha manyamakan kedudukan. Modal wajah cantik dan suara imut mereka membakar semangat para pemain, tapi yang paling terutama sih paha mulus nan putih mereka. Kesempatan ini tak ragu-ragu diambil Farrah untuk menjadi pusat perhatian Daffa.

"Da aku mah apa atuh, cuma penonton yang bisa duduk di bangku tribun," cibir Icha untuk dirinya sendiri.

Dela melirik Icha sekilas, kasihan juga sahabatnya itu, benaknya. "Jadi orang pesimis banget sih, gue aja santai yang duduk disini bareng lo. Gue yang hubungannya ga selama lo adem-adem aja si Richard nontonin body mereka, mata boleh berkhianat tapi hati nggak akan bisa."

"AAAAAHH!!!!!!!!" pekik Dela tiba-tiba diikuti jeritan yang lain. Icha tersentak dari lamunannya lantas melihat ke arah lapangan. Ternyata Bima berhasil menyamakan skor di sisa satu menit terakhir, membuat pertandingan bertambah greget.

"RAJAWALI TERBANGLAH SAMPAI PUNCAK TERTINGGIII!!" Galau yang sempat melanda hatinya beberapa saat kini tergantikan dengan semangat '45 milik Icha.

Saat detik ke 24, Daffa jatuh tersungkur di lapangan membuat Icha berdiri dari duduknya lantas terkejut dan memandang khawatir ke arah cowo itu. Daffa dengan kekuatannya yang tersisa berdiri mencoba mengalahkan rasa sakitnya. Dengan keputusan yang sudah bulat dari wasit, akhirnya Daffa berhak mendapatkan penalti.

"Kalau mau menang, harus ngalahin diri sendiri dulu."

Ia tersenyum lantas menatap dari jauh sosok penyemangatnya, jika kali ini Daffa menang ia sungguh akan mempersembahkannya untuk Icha sebagai perjuangannya untuk cewek itu. Jika untuk basket saja dia ga main-main, apa lagi buat cinta?

Mendapat tatapan seperti itu jantung Icha berdesir halus. "Kamu pasti bisa." Icha berbicara tanpa suara, namun Daffa dengan jelas mengetahui gerakan bibir tipisnya.

Wasit meniupkan peluitnya. Daffa mengambil ancang-ancang dan... shoot!

Berhasil! Rajawali menang! Daffa jadi pahlawan! Oh, Icha menangis terharu. Ia berlari ke lapangan, yang ia mau sekarang memeluk Daffa erat-erat.

Namun pandangannya berubah jadi pilu. Kakinya seakan tidak mampu lagi menahan beban tubuhnya yang ringan. Ia sendiri tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Mustahil, yakinnya. Bagaimana... bisa? Tidak mungkin!

Daffa berciuman dengan Farrah. Daffa... mencium Farrah. Farrah... dicium Daffa. Icha tidak peduli siapa yang memulai. Tapi mereka berciuman, ci-u-man!

Icha kira ia satu-satunya yang penglihatannya terganggu. Namun semuanya melihat apa yang dilihatnya. Mereka bersorak dengan adegan ciuman panas yang tersaji di depan umum.

"Daffa..." panggilku lirih. Saking lirihnya, Daffa mendorong kasar tubuh Farrah agar menjauh darinya.

"Icha? Kamu salah paham, bukan kaya gitu!" Daffa membantah.

Tangis Icha pecah. Namun bukan tangis seperti anak kecil yang meraung manja minta dibelikan permen. Ia menangis seperti aksi ciuman mereka hanya debu yang melilipkan matanya. Icha tidak tahu kelilipan sampai sesakit ini.

"Udahlah. Pacaran sama aku cuman buang-buang waktu saja. Selamat bersenang-senang!"

"Nggak! Kamu salah paham!" Daffa terbata-bata mengucapkannya. Ia berdiri gamang hendak berlari meraih Icha yang mulai pergi dari pijakannya.

"Ugh!"

Icha membalikkan badannya. Daffa jatuh pingsan. Kesedihannya sekarang berubah menjadi kekhawatiran.

KISS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang