a/n: perhatian ya, yang pake huruf italic itu lagi flashback. makasih! hope you enjoy it (kalo ada yang baca wkwk) ;) oh ya, gue dedikasiin part ini buat first voter gue, @syifadarmoprawiro. semoga tambah semangat bacanya dan keep vote yaa!!
==
Baru kali ini Icha benci ujan di sore hari. Biasanya cewe itu senyam-senyum sendiri di kamar sambil bales LINE dari Daffa, tapi sekarang dia malah nangis-nangisan sambil meluk boneka jerapah dari cowo itu. Daffa, bocah ingusan itu, cinta pertama Icha. Suasana yang sama di sebelas tahun yang lalu, membuat rekaman akan pertama kali pertemuan mereka berputar kembali. Kenangan indah yang dibuat Daffa, sampai Icha susah lupa.
Icha menekuk kedua kakinya kedinginan, jaket yang dibawanya dari rumah tidak cukup untuk menghangatkannya. Ia ingin pulang, tapi tidak mungkin dengan hujan deras dan kakinya yang sedang terluka.
“Kamu kenapa belom pulang?”
Di dapatinya cowo teman satu sekolahnya. Tapi ia tidak mengenali cowo itu, yang ia tahu dia berada satu kelas di bawah Icha yaitu TK-A.
“Kenapa diam? Kamu sakit?”
Icha hanya menggeleng lagi-lagi mengabaikan pertanyaan dari anak lelaki yang kebingungan itu.
“Aku Daffa tetangga kamu, nama kamu siapa?”
Sekarang Icha menatap tubuh Daffa yang sedang berjongkok mensejajarkan tubuh mereka. “Icha, namaku Icha.”
“Icha?” Daffa mengangguk-angguk. “Icha, kita pulang bareng, ya?”
Icha kecil tidak menjawab. Ia terlalu takut dengan orang yang baru dikenalnya. Menyadari hal itu, Daffa berfikir-fikir bagaimana membawa Icha dengan selamat tanpa basah.
“Icha naik ke punggung aku,” kata Daffa menyuruh.
“Buat apa?” Icha balik bertanya dengan polos.
“Katanya Icha mau pulang?” tanya Daffa. “Daffa mau anterin Icha pulang.”
Mungkin Daffa bisa menolongnya, pikir Icha sederhana.
Dengan hati-hati Icha menaiki punggung Daffa yang dibalut dengan jas hujan warna kuning. Tampak serasi dengan payung kuning miliknya yang sedang dipegang Icha.
“Daf?” panggil Icha berbisik.
“Hm?” Daffa bergumam. Badannya yang berpostur lebih kecil dari Icha terlihat kuat tanpa beban, membuat Icha penasaran. “Icha enteng, ya?”
Pertanyaan Icha mengocok isi perut Daffa. Lelaki itu benar-benar gemas dengan pertanyaan Icha apa lagi dengan suara perempuannya yang menggemaskan. “Kamu berat banget tahu! Tiap hari makan nasi secentong, ya?”
“Daffa jahat!” ucap Icha lantas menjewer kuping Daffa.
“Aduuuh!” ringis Daffa. “Jangan jewer dong nanti kita berdua jatoh nih, sebentar lagi sampe di rumah kamu kok.”
Tidak mempedulikan Daffa lagi, Icha akhirnya diam. Ia asik mencium aroma basah hujan yang menggoda hidungnya.
“Petrichor namanya,” ucap Daffa tiba-tiba.
“Siapa?” tanya Icha polos.
Daffa tersenyum. “Nama aroma yang kamu cium.”
“Oh,” jawab Icha seraya mengangguk. “Kamu pinter.”
“Memang,” kata Daffa bangga. Lagi-lagi Icha memutar bola matanya. Icha tahu kok Daffa ganteng, tapi dia ngeselin, batin Icha dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME
Teen Fiction"So kiss me?" Ini bukan soal harga diri, Icha cuman mau haknya sebagai pacar sah Daffa. Dia cukup tau dengan segala kekurangannya, memiliki Daffa sebagai pacarnya sudah seperti hoki menang kuis berhadiah rumah senilai 4 miliyar. Kisah ini buka...