8 🍂 The Day

129 37 5
                                    

Ryujin sibuk mondar - mandir di kamarnya sambil mantengin ponselnya. Jaemin masih belum juga datang sampai saat ini, kenapa anak itu ngaret banget?

Malam ini akhirnya penderitaan Ryujin akan berakhir. Semoga benar - benar berakhir.

"Ryu! Sini sebentar"

"Iya, Paah?" Ryujin langsung bergegas keluar dari kamarnya dan turun menghampiri sang ayah, "Kenapa?"

"Papa mau jemput Mama dulu yah di rumah temennya"

"Ha?" Ryujin kaget, kalau Papah nya pergi berarti ia sendirian di rumah, "I--iyaudah, jangan lama - lama Pah, aku takut sendirian di rumah"

"Kaya gak biasanya aja" Sang Ayah pergi mengambil kunci mobil nya lalu keluar setelah pamitan pada anak gadisnya itu. Dan kini Ryujin benar - benar sendirian di rumah, berharap Jaemin cepat datang menemaninya.

Ia berkali - kali mencoba menelfon temannya itu, namun tidak juga di angkat. "Ni anak lagi ngapain sih, bisa - bisanya gak diangkat!"

Ryujin celingukan, ia tengah duduk sendirian di ruang tamu rumahnya. Ia mendesah kasar, rasanya ia tak bisa tenang.

Brakk!

"Aish!" Ryujin mengusap wajahnya frustasi mendengar suara barusan yang nampaknya berasal dari kamarnya.

Perempuan itu menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, setelahnya ia berdiri dan naik ke atas mengecek ada apa di kamarnya.

Tangannya memegang knop pintu dan memutarnya perlahan, "Plis jangan ngagetiiin..." Ryujin mulai membuka pintu sedikit demi sedikit sembari mengintip. Sampai pintunya benar - benar terbuka, Ryujin tak menemukan apapun di kamarnya. Hanya saja, pintu balkonnya kini terbuka.

Meski takut ia tetap melangkah masuk dan berjalan ke arah balkon. Melihat ke sekitar, mana tau ada sesuatu. Ia hanya berdecak karna benar - benar tidak ada apa - apa disana.

Ryujin berbalik hendak kembali masuk, namun tubuhnya langsung terdorong hingga hampir saja jatuh kebawah. Alasan ia tak terjatuh adalah karna seseorang menahannya, dengan mencekik leher gadis itu.

"Hai?" Orang itu mendongak menatap Ryujin dengan tersenyum lebar menunjukan gigi - gigi nya yang tajam.

"Ka ... J--jane" Sesuai dugaan Ryujin, tapi ia tak menduga kalau Jane akan sampai melakukan hal seperti ini.

"Bodoh banget sih lo percayain gue buat lepasin kalungnya, udah gue bilang jangan gampang percaya sama orang" Kata Jane sambil terkikik geli, "Oke hari ini ajal lo, ada kata - kata terakhir?"

"Si--sial... an!" Umpat Ryujin terbata - bata karna cekikan Jane membuatnya sulit berbicara bahkan bernafas.

"Makasih pujiannya, hehe" Jane sedikit meregangkan jemari tangan yang masih mencekik Ryujin itu membuat Ryujin hampir benar - benar terjatuh. "Lo tau? Begitu gue ambil kalungnya, lo bakal langsung jatuh ke bawah"

Ryujin menggeleng berharap Jane tidak melakukannya.

"Oooww, kasiaaan" Jane mengusap rambut Ryujin menggunakan sebelah tangannya, Ryujin bergidik ngeri merasakan kuku - kuku hitam panjang itu sedikit menggores kulit kepalanya. Melihat kuku - kukunya itu menyadarkan Ryujin akan apa yang ia lihat saat di toilet sekolah. Namun yang sekarang ini dua kali lebih menyeramkan.

"Lo y--yang ngi--rim kertas ... k-ke gue!?"

Jane membuka mulutnya seakan terkejut, "Lo bener banget, baru sadar sekarang?"

"Gue udah kasih banyak peringatan, serta kertas terakhir ... lo udah baca kan?" Lanjut Jane, ujung bibirnya terangkat, "Gue bakal bikin lo mati"

"Kak... please... j--jangan..." Ryujin berkali - kali menggelengkan kepalanya karna Jane semakin mendorongnya.

"Permintaan ditolak!" Ryujin memejamkan matanya pasrah, merasakan cekikan Jane semakin meregang menandakan perempuan iblis itu akan melepaskannya dan kemudian ia pasti terjatuh.

Bugh!

"Aaaak!" Ryujin memekik kaget ketika merasakan tubuhnya kembali tertarik bertepatan dengan suara gubrakan tadi. Ia membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah Hyunsuk yang tengah memeluknya erat serta ia yang kini masih di balkon kamar. Ryujin selamat!

Hyunsuk datang tepat waktu. Sebelum Jane benar - benar menjatuhkan Ryujin, ia sudah terlebih dahulu sampai. Memukul Jane hingga menabrak tembok dan menarik Ryujin agar tidak terjatuh.

"Lo masuk!" Perintah Hyunsuk yang langsung diangguki oleh Ryujin. Hyunsuk juga langsung menarik Jane yang hendak menangkap kembali Ryujin. "Sial, darimana Ryujin bisa kenal iblis kaya lo"

"Roh lemah! Gue bisa bikin lo lenyap asal lo tau!"

"Lo pikir gue takut!? Gue juga bisa kirim lo balik ke tempat lo!"

Jane menggeram, tanpa menyentuh Hyunsuk sedikitpun ia dapat mengangkat lelaki itu dan menghempaskannya hingga jatuh ke bawah. Ryujin menutup mulutnya kaget mengingat posisi balkon kamarnya yang lumayan tinggi, lalu bagaimana keadaan Hyunsuk sekarang!?

Ryujin mundur beberapa langkah ketika menyadari Jane tengah tersenyum ke arahnya. Senyuman mengerikan itu membuat bulu kuduknya berdiri karna merinding.

Ryujin langsung berlari keluar kamar mencoba untuk kabur, sayang Jane melesat lebih cepat sehingga dapat dengan mudah menyusulnya. Ryujin yang ketakutan dan berlari terburu - buru itu tiba - tiba saja terpeleset saat sedang menuruni anak tangga, ia langsung terguling kebawah.

"Aww..." Rintih Ryujin sembari memegang keningnya yang meneteskan darah. Ia terlalu lemas untuk kembali berdiri namun Jane sudah semakin mendekat kearahnya.

Tubuhnya terangkat, Jane mencekik gadis tak berdaya itu dan menahannya di tembok. Tanpa menunggu lagi Jane menarik kalung yang Ryujin kenakan. "Thank you" Kata Jane sembari tersenyum miring.

Pintu utama rumah nya terbuka menampilkan Hyunsuk yang masuk dengan nafas terengah - engah. Ia membelalak melihat keadaan Ryujin serta kalung yang sudah berada pada genggaman Jane.

"Lo kalah" Ledek Jane, tawa nyaring nya menggelegar memekakan telinga.

"Gue mohon kembaliin!"

"Gamauuu" Jawab Jane, ia mengayunkan kalung yang kini menggantung diantara jemarinya itu, "Tapi karna gue gak sekejam itu, gue punya pilihan buat lo..."

"Apa!? Cepet!"

"Lo pilih! Kalung atau gadis ini" Jane tersenyum lebar sembari mendorong Ryujin lebih keras ke tembok. Ia menjadi lebih senang ketika melihat raut bingung yang tertera jelas di wajah Hyunsuk, "PILIH! CEPET!"

"Lo ngejebak gue!"

"Gue gak peduli! Cepet pilih sebelum pertanyaannya berubah jadi, Kalung atau Jasad Ryujin"

Hyunsuk semakin panik, Ryujin tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Namun ia tiba bisa memilih. Hyunsuk menimang nya dengan sungguh - sungguh.

"Kalo lo mikir lebih lama lagi kayanya keburu dia kehabisan nafas"

Ryujin semakin melemas, ia tak berharap banyak pada jawaban Hyunsuk.

"Kalung! Gue pilih kalungnya!"

"Waw? Jawaban yang tak di sangka - sangka! Gimana perasaan lo?" Jane menatap sok melas pada Ryujin. Perempuan yang sudah pasrah akan akhir hidupnya itu hanya tersenyum kecut. "Lo mati bukan karna gue, tapi karna Hyunsuk sendiri yang gak nyelametin lo padahal udah gue kasih kesempatan"

Hyunsuk terpaksa, ia sangat membutuhkan kalungnya.

  
 

Tbc

Hyunsuk tega banget gak sii :(

I'll Never Love Again - [ Hyunsuk × Ryujin ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang