Part 2

6.9K 690 79
                                    

Mobil yang Johnny tumpangi berhenti tepat di depan pintu gerbang taman kanak-kanak yang menjadi tujuannya. Dari kaca jendela mobilnya Johnny melihat keadaan sekitarnya. Matanya dapat menangkap beberapa mobil yang terparkir di dalam TK tersebut bertanda jika targetnya memang sudah di tempat.

Johnny turun dari mobilnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitam bahannnya. Mengedarkan pandangannya ke depan dengan tatapan angkuh dan datarnya. Johnny pun melangkahkan kaki jenjangnya untuk menyusuri gedung 1 lantai tersebut yang tidak terlalu besar.

Johnny masih berjalan sambil melewati beberapa kelas sampai sesuatu menabrak di kaki jenjangnya.

Brugh

"Aw cakit"

Johnny mengerutkan dahinya melihat anak kecil yang jatuh terduduk di lantai. Ia sama sekali tidak ada keinginan untuk membatu anak kecil tersebut, sampai akhirnya anak kecil tersebut bangkit berdiri sendiri dan menatapnya dengan bibir yang mengerucut.

"Ugh maafin Magu om, Magu buru-buru."

Mark, anak kecil tersebut. Membungkukkan badannya sedikit tanda Ia meminta maaf pada yang lebih tua sesuai dengan ajaran yang sang papa berikan padanya. Setelahnya Mark berjalan ke samping untuk melewati keberadaan Johnny. Tetapi, langkah kecilnya di ikuti oleh Johnny sehingga Mark tidak bisa melewatinya.

"Permisi Magu mau pipiss" Mark mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah rupawan Johnny yang masih menatapnya dengan datar.

"Kau sudah menabrakku anak kecil" ucap Johnny untuk pertama kalinya.

Beberapa anggota Johnny yang berada sedikit jauh darinya masih bisa mendengar ucapan sang Boss. Hal tersebut membuat beberapa dari mereka ada yang menatap Mark dengan pandangan malang, kasian, namun ada juga yang biasa saja. Mereka semua tau, segala hal yang menghalangi langkah sang Boss takkan pernah terbebaskan.

"Magu kan tadi udah minta maaf sama om" Mark mulai memelas. Ia sudah sangat kebelet buang air kecil saat ini.

"Maaf saja tak cukup bagiku anak kecil" Johnny menggapai sesuatu dari belakang punggungnya yang selalu tersimpan di sana. Mengeluarkannya dan memutarkannya di tangannya dengan santai sampai ujung barang tersebut tepat berada di dahi Mark.

Mark yang kaget dan terpesona dengan keahlian dari Johnny hanya dapat mengedipkan matanya beberapa kali.

"Kau tak takut dengan benda ini?"

Mark menjawab dengan menggeleng pelan.

"Magu punya di rumah yang kaya gini terus bisa keluar airnya" Balas Mark lagi dengan tatapan berbinarnya.

"Kau suka barang ini?" Johnny bertanya lagi.

"Heum!" Mark menganggukkan kepalanya dengan yakin.

Johnny mengeluarkan senyum miringnya sekilas. Tanpa berkata apapun Johnny pergi meninggalkan Mark yang kebingungan dengan sikap Johnny. Namun hanya sebentar karena akhirnya Mark langsung berlari ke arah kamar mandi.

"Aw aw Magu udah gak kuat"

Johnny yang terus berjalan menghentikkan langkah kakinya di depan kelas yang berada di ujung. Berdiri di depan jendela kelas yang membuat Ia dapat melihat keadaan di dalam kelas tersebut. Netra kelamnya menangkap kehadiran dari lelaki tua yang Ia cari, bertepatan saat itu juga pria tua tersebut menyadari keberadaan Johnny.

FIREFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang