─────────────────
Author
Seminggu telah berlalu, sekarang kalender sudah menunjukkan hari Rabu pada tanggal 8 September di tahun 1976 ini. Atau bisa dibilang, tanggal dimana bulan purnama akan datang. Hal itulah yang membuat salah satu murid dari Gryffindor belum siap untuk malam ini.
Sedari tadi Remus hanya menatap kearah makanannya dengan tatapan kosong, bahkan tidak menyentuh bukunya. Jangankan menyentuh, pria itu saja tidak bergerak sama sekali. "Lupin? Heii?" panggil Phoebe melambaikan tangannya beberapa jali didepan Remus.
Pria itu yang merasa dipanggil itu langsung mengedipkan matanya beberapa kali, lamunannya akhirnya terpecah gara-gara suara dan lambaian tangan Phoebe tadi padanya.
"Lupin," panggil gadis itu sekali lagi. Remus mendongak, melihat wajah sang gadis yang terlihat sangat khawatir. "Lupin, kau tidak menyentuh makananmu sama sekali sedari tadi," Remus hanya menghembuskan nafasnya berat.
"Ya.. Tidak nafsu makan," Remus mendorong piring yang berisikan dengan telur mata sapi itu menjauh dari tempatnya dan memberikannya kepada Sirius yang masih melahap makanannya dengan kurang semangat seperti biasanya.
"Kalian berempat hari ini kenapa?" kata Phoebe bertanya, sedikit membentak kepada keempat pria yang terlihat cukup lusi hari ini. "Nothing, kita hanya tiba-tiba kehilangan nafsu makan." jawab Sirius cepat, tidak ingin membuat suasana menjadi lebih tegang.
"Kalau begitu, baiklah. Tapi makanlah sedikit, Potter, Pettigrew, dan Lupin," Phoebe mulai beranjak berdiri dari tempat duduknya seraya membawa tumpukan bukunya. "Kau juga, Black." tambahnya lalu berjalan keluar dari Aula Besar.
James menghela nafasnya lega setelah melihat sosok Phoebe yang lama-kelamaan menghilang dari pintu Aula Besar. "Akhirnya dia pergi juga.." ujarnya lega, mengelus dadanya. "Ya, Moony, bagaimana perasaanmu?" tanya Sirius khawatir dengan sahabatnya itu.
"Aku tidak apa-apa. Hanya takut, nanti malam," jawab Remus menundukkan kepalanya. "Hei, kita akan selalu bersama denganmu, Moony, tenanglah." Peter menenangkan Remus, mengelus punggung pria bermarga Lupin itu secara perlahan dan lembut.
"Makasih, Wormtail,"
Sedangkan di sisi Phoebe, sekarang dia menghabiskan waktunya di halaman dekat koridor kastil sambil menggumamkan lagunya yang pernah ia nyanyikan seminggu yang lalu. Dia cukup bangga dengan lagu yang ia buat dengan nada yang asal juga.
"Hei," kata seseorang yang membuat Phoebe menoleh kaget. Dia melihat gadis bersurai merah dan memiliki warna mata hijau yang bersinar. "Oh, Evans, hai." sapa Phoebe balik, kembali mendongak, menatap kearah langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐍𝐀𝐌𝐎𝐑, sirius black
Fanfiction꒰ completed - sirius black x readers ꒱ ꒰ written in bahasa indonesia ꒱ en·am·or /iˈnamər,eˈnamər/ be filled with a feeling of love for. gadis itu sering dijahili oleh sebuah kumpulan bernama marauders, tapi siapa sangka dia akan jat...