─────────────────
Author
"Bye Pete!"
Peter pun menggerakkan tangannya, membuka gagang pintu rumah dan berjalan keluar. Peter berjalan, pertama lurus kemudian belok ke kanan, memasuki gang yang gelap, kecil, dan sempit. Disana, dia mendapati Barty Junior yang sudah menunggunya di gang itu sambil memainkan tongkat sihirnya.
"Terlambat 1 menit, Wormtail," katanya, menyeringai kecil. Peter menelan ludahnya kasar, dia menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Maaf, Crouch... Aku.." dia hendak menjawab, tapi Barty Junior menghentikannya karena tidak mau mendengar alasan 'tidak masuk akal' milik Peter itu.
"Bagaimana? Hari ini ada rapat Orde bukan?" Barty bertanya, Peter mengangguk mantap—terlihat takut dan panik. "Moody tahu kalau ada salah satu anggota Orde yang bekerja sama dengan Pelahap Maut... Aku.." jawabnya, bibirnya bergetar.
"Tapi dia tidak tahu kalau itu kamu, kan?" Peter menggeleng cepat, bola matanya melirik ke arah jalanan yang disinari oleh lampu jalan warna putih, kemudian melirik balik ke arah Barty Junior di depannya saat ini.
"Alastor Moody.. Matanya itu bisa melihat ke segala arah, kau harus lebih berhati-hati, jangan membuat gerak-gerik yang mencurigakan," kata Barty Junior memberi peringatan, Peter lagi-lagi mengangguk dan menjawab, "Iya." dengan suara yang kecil dan bergetar.
"Lalu.."
Barty Junior menaikkan alisnya sebelah, dia hendak pergi tetapi setelah mendengar suara Peter lagi dia mengurungkan niatnya dulu. "Lalu apa?" dia bertanya, Peter menghembuskan nafasnya panjang, "Mereka bertanya-tanya kenapa kemarin Rabastan dan Rudolphus menarget Potter.." katanya.
Barty Junior yang mendengar itu hanya terkekeh pelan, mengusap wajahnya pelan, kemudian meredakan suara kekehannya itu, "Karena ramalan, Idiot. Oh, apakah Dumbledore itu tidak membahasnya di rapat Orde?" Peter menggeleng, dia melongo bingung ke arah Barty Junior.
"Ramalan, kalau.."
Tiba-tiba saja terdengar suara orang berbicara yang memotong kalimat Barty Junior. Itu adalah Phoebe dan Sirius, yang saat ini sedang berjalan berdua sambil berbincang sebentar.
"Sirius, kau tahu, kan, kalau aku ini Auror?" kata Phoebe yang kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. "Iya.. Lalu masalahnya dimana?" balas Sirius, lagi-lagi mendekatkan wajahnya kepada kekasihnya itu.
"Aku ingin fokus ke pekerjaanku dulu, Sirius, aku harus menemukan para Pelahap Maut itu. Untung saja Snape mau membantu untuk memberitahu kita dimana para Pelahap Maut berkumpul," kata Phoebe, lagi-lagi membuat Sirius mendengus kesal, "Kau mengandalkan Snivellus itu?" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐍𝐀𝐌𝐎𝐑, sirius black
Fanfic꒰ completed - sirius black x readers ꒱ ꒰ written in bahasa indonesia ꒱ en·am·or /iˈnamər,eˈnamər/ be filled with a feeling of love for. gadis itu sering dijahili oleh sebuah kumpulan bernama marauders, tapi siapa sangka dia akan jat...