Dengan berat hati dan takut Qila masuk kekamar Rendra, dilihatnya sang pemilik sudah tidur diranjang empuknya. Dengan pelan berjalan mendekati ranjang.
Kapan lagi dia bisa menatap sang suami tanpa takut seperti ini, memandang wajah tampan suaminya. Dengan cepat dia menepis semua pikirannya, dia berjalan keluar kamar lagi. Membuka kamarnya yang ditempati dita, Dita sudah tertidur pulas dengan selimut sebatas dada.
Diluar sedang hujan, hawanya sangat dingin, dengan pelan dia berjalan menuju sofa ruang tamu, membaringkan tubuh mungilnya yang kedinginan itu disofa panjang tanpa selimut dan bantal. Dia bersyukur masih bisa diberi tempat untuk berlindung.
Pukul dua belas Rendra bangun dari tidurnya dia merasa dingin ditubuhnya, pantas dingin dia tidak mengenakan selimut sama sekali. Saat dia bangun untuk menarik selimut dia tidak mendapati istrinya itu dikamar ini.
"Kemana tuh cewek?"tanya Rendra beranjak dari duduknya.
"Apa tidur dengan Dita, tapi gak mungkin kasur dikamar itu untuk satu orang"kata Rendra membuka pintu kamar. Matanya menangkap sosok yang dia cari, meringkuk diatas sofa tanpa selimut.
"Lo itu bego apa gimana sih, Lo bisa buat Dita curiga dengan Lo tidur disini. Bisa mikir gak sih Lo"kata Rendra dengan pelan tapi tetap saja kata-kata nya menyakitkan hati.
"Aku gak maksut gitu"cicit Qila berdiri dari duduknya.
"Sekrang Lo tidur dikamar gue, tapi jangan harap tidur diranjang gue, gak sudi gue tidur satu ranjang bareng pembunuh"kata Rendra meninggalkan Qila.
"Huft selalu saja, ya mungkin benar kata kak Rendra aku itu pembunuh saudara-saudara ku"ucapnya memegangi dadanya yang sesak karena selalu mendengar kata itu dari mulut suaminya.
Didalam kamar Rendra tidak ada sofa panjang hanya ada sofa kecil dua buah, akhirnya Qila memutuskan untuk tidur dikarpet dibawah tempat tidur Rendra.
Dia tidur hanya beralaskan karpet itu saja, sungguh miris hidupnya.
Pukul setengah lima pagi dia bangun seperti biasa setelah sholat dia memasak untuk suaminya meskipun tidak pernah dimakan.
Pukul enam pagi dia sudah rapi dengan bajunya untuk pergi kekampus, sebelum pergi dia meletakkan tas gendongnya disofa dan pergi kekamar Dita.
"Dita bangun, ini sudah pagi kamu bisa telat kesekolah"ucap Qila menggoyang kan lengan Dita.
"Euh kakak ipar"kata Dita masih menutup matanya.
"Cepat bangun kamu bisa terlambat, aku sudah siapkan sarapan untukmu dan kakakmu"ucapnya meninggalkan Dita.
Dengan segera dia pergi, Qila pergi ketoko rotinya dulu, pukul sepuluh dia baru akan kekampus. Jadi dia akan pergi ketoko rotinya dulu.
"Kakak ipar"teriak Dita ynag tidak mendapati kakak iparnya itu.
"Pagi-pagi udah teriak-teriak aja kenapa sih"kata Rendra keluar dari kamar dengan pakaian rapi untuk kekantor.
"Kakak, dimana kakak ipar?"tanyanya pada sang kakak.
"Gak tau udah berangkat mungkin"jawab Rendra acuh.
Dita berjalan menuju dapur diikuti oleh Rendra dibelakangnya. "Wah kakak ipar masak nasi goreng pasti enak nih"katanya mengambil nasi goreng dengan campuran daging dan sosis.
Rendra juga mengambil nasi goreng itu, dia memuji masakan istrinya itu sangat enak, meski tidak memujinya langsung.
Selesai dengan sarapannya Dita pergi kesekolah diantar oleh sang kakak. Rasanya Rendra sangat malas pergi kekantor, jadi dia memutuskan untuk pergi kecafe dekat kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENILA (Selesai)
General FictionTerpaksa menikah dengan pacar kakak kembarnya. Sebelum sang kakak meninggal dia mendapat wasiat untuk menikah dengan pacar kakaknya yang bernama Rendra. Kakaknya meninggal karena kecelakaan satu minggu sebelum pertunangannya terjadi. Dia tidak menya...