34. Isi hati salsa

7.8K 331 0
                                    

Salsa mengikuti kemana Qila pergi dia akan merencanakan aksinya. Mobil yang Salsa kendarai mengikuti dari belakang mobil Qila.

"Pak imam kok berhenti?"tanya Qila pada pak imam yang memberhentikan mobilnya ditempat yang sepi.

"Kayaknya bannya bocor non, sebentar saya cek dulu"ucap pak imam turun dari mobil. Qila menghela nafasnya panjang, ada-ada saja kejadian yang dialami. Qila ikut keluar bersama pak imam.

"Bapak bisa gantiin bannya?"tanya Qila menatap pak imam. Yang diangguki oleh pak imam. "Bisa kok non. Tapi agak lama"

"Non mau pulang dulu?"sambung pak imam.

"Gak pak, saya tungguin disini saja"jawab Qila tersenyum, tidak mungkin dia meninggalkan pak imam sendirian disini.

Qila duduk didekat pohon besar dipinggir jalan, udaranya sejuk dan menenangkan. Dia jadi berfikir untuk membuat rumah ditempat seperti ini. Banyak burung yang berkicau an.

.
.
.

Salsa keluar dari dalam mobilnya diikuti dua orang pria lagi dibelakang nya, dua pria itu menghajar pak imam sampai tidak berdaya, Qila yang melihat itu berusaha untuk lari, dia merasa dalam bahaya. Qila tidak berhasil kabur, tangannya dicekal oleh Salsa dan dimasukkan paksa kedalam mobil salsa.

"Gue udah bilang, gue gak akan biarin Lo hidup"Salsa tersenyum remeh ke arah Qila. Wanita itu diikat dan ditutup matanya.

"Gue kasihan sama Lo, sepertinya nasib Lo bakal sama kayak kakak tercinta dan adik tercinta Lo"

"Mereka mati ditangan gue, dan sekarang giliran Lo dan bayi Lo"sambung salsa mengelus perut Qila pelan.

"Mas Rendra, tolongin aku, aku takut"ucap Qila dalam hati. Dia tidak bisa apa-apa sekarang, dia hanya bisa berdoa agar selamat dari wanita ini.

"Lo mau bilang apa sebelum Lo mati"tanya Salsa dengan senyum menyeringi. Senyuman selalu terukir diwajahnya.

"Kenapa wanita ini bisa keluar dari penjara?"Qila bergelut dengan fikiran nya sendiri, bagaikan bisa dia keluar dengan cepat. Hukuman yang dia jalani sangat lama.

"Gue harus rayain ini semua, gue udah berhasil nyulik Lo. Dan sebentar lagi gue bakal bunuh Lo"

"Lo tenang aja, gue bakal jagain Rendra kok"sambung salsa yang tidak tahu diri.

"Oh pantesan, gue ngomong gak jawab. Mulut Lo kan gue lakban"kata Salsa dengan tawa menyebalkannya.

"Gue bukain deh"ucap salsa membuka lakban yang menutupi mulut Qila.

"Oh ya Lo mau tau gak, yang udah nyebabin toko roti Lo kebakaran?"

"Itu semua gue yang bakar asal Lo tau"sambung Salsa tersenyum mengejek.

"Jadi kamu yang udah bakar toko aku, kamu jahat banget"teriak Qila yang sudah emosi. Qila hanya meringis kecil saat dagunya dicengkeram oleh Salsa dengan kuat.

"Jangan sekali-kali Lo teriak ke gue"bentak Salsa menunjuk wajah Qila.

"Gue tuh sedih, gue mau cerita sama Lo dan Lo harus dengerin cerita gue"ucap Salsa dengan wajah tertekuk. Qila melihat kesedihan diwajah itu.

"Gue itu cape sebenarnya, gue itu udah cinta sama Rendra lama banget. Tapi apa dia gak pernah cinta sama gue, dia cuma nganggep gue itu parasit dihidupnya. Padahal gue tulus cinta sama dia. Emang gue salah ya kalau cinta sama dia?"tanya Salsa lirih. Qila menjadi kasihan melihat Salsa. Tidak ada kebohongan dimatanya dia berkata jujur.

"Rendra milih kakak Lo sebagai kekasih, gue kesel banget pertama gue nyingkirin dia tapi gagal dia diselamatin sama adik laki-lakinya. Dan yang kedua gue berhasil disaat gue tau Rendra mau ngelamar kakak Lo, gue rusak mobil kakak Lo dan kakak Lo mati"ucap salsa tersenyum kecut, Qila masih mendengar kan semua cerita dari wanita dihadapannya ini. Dia baru tahu jika Bagas adiknya pergi karena ulah salsa.

"Dan setelah Kakak Lo mati kenapa Rendra malah nikah sama Lo? Hah kenapa? Kalian kan kembar mungkin itu sebab dia nikah sama Lo"kata salsa sedikit tertawa. Qila tidak ingin mati ditangan wanita ini. Bagaimana dia bisa kabur?

.
.
.

"Apa?"teriak Rendra yang mendapat telfon dari kantor polisi kalau Salsa kabur.

"Gilang ini gimana?"tanya Rendra menjambak rambutnya, dia sangat khawatir sang istri tengah keluar bersama pak imam.

"Udah Lo tenang aja"ucap Gilang menenangkan.

"Ayo kita cari istri Lo, dia pasti baik-baik aja"sbung Gilang berdiri dari duduknya diikuti oleh Rendra.

"Ada telfon tuh"ucap Gilang kepada Rendra.

"Hallo"
"Dengan pak Rendra?"
"Iya saya Rendra"
"Saya ingin memberitahu kan bahwa supir bapak yang bernama pak imam berada dirumah sakit, dia ditemukan pengendara lainnya tergeletak dipinggir jalan dengan keadaan pingsan" mata Rendra membulat sempurna, rahangnya mengeras. Dia yakin itu pasti ulah salsa.
"Apa disana ada seorang wanita bersama pak imam?"tanya Rendra dengan nada lirih.

"Tidak ada pak, hanya pak imam sendiri"

"Baik terimakasih atas informasinya"Rendra menutup ponselnya dengan cepat.

"Pak imam dirumah sakit, tapi disana gak ada Qila"ucap Rendra panik, kemana istrinya itu pergi.

"Yaudah ayo kita kerumah sakit"ucap Gilang yang diangguki oleh Rendra.

.
.
.

Pak imam sudah ditangani dirumah sakit, kondinya lumayan parah. Tangannya patah wajah dan tubunya terdapat banyak lebam-lebam.

"Pak imam"panggil Rendra masuk kedalam ruang inap pak imam.

"Maaf den, saya gak bisa jaga non Qila"ucap pak imam dengan lirih.

"Pak, dimana istri saya sekarang?"tanya Rendra pelan, dia tidak bisa menyalahkan pak imam akan hal ini. Pak imam tidak tahu apa-apa.

"Sebelum saya pingsan tadi, saya lihat non Qila dibawa pergi sama orang yang mukulin saya sama satu perempuan"jelas Pak imam, sebelum dia pingsan dia melihat Qila yang dipaksa masuk kedalam mobil dengan diseret.

"Pak imam jangan khawatir, yang penting pak imam sembuh dulu. Jangan mikir yang aneh-aneh"ucap Rendra menatap pak imam, hatinya sangat kacau sekarang.

"Gilang ayo kita keluar"sambung Rendra pelan dengan Gilang.

"Lo bisa kan lacak nomor ponsel?"tanya Rendra menatap Gilang dengan tatapan memohon.

"Bisa tapi itu butuh waktu"jawab Gilang serius. Gilang dengan kepintaran dan kecepatannya melacak keberadaan Qila dengan ponsel Qila. Untung ponsel Qila masih hidup, jadi dia bisa melacak keberadaan nya.

.
.
.

Disinilah Qila sekarang digubuk kecil tengah hutan, gubuk itu banyak dikelilingi oleh jurang dan sungai.

"Lepasin"teriak Qila.

"Tolong, siapapun tolong"teriak Qila berharap ada yang menolongnya, tapi ini ditengah hutan. Tidak mungkin ada orang disini. Dia hanya bisa berharap sang suami datang untuk menolongnya.

"Teriak aja yang kenceng, gak bakalan ada orang yang denger iya gak?"tanya Salsa pada dua orang yang membantunya.

"Iya bos"jawab mereka berdua.

"Salsa, tolong lepasin aku"lirih Qila dengan menunduk. Salsa hanya berdecak kesal melihat Qila seperti itu, sampai kapanpun dia gak akan ngelepasin begitu aja.

Jangan lupa follow!

RENILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang